JAKARTA, KOMPAS--Untuk mendukung operasional moda raya terpadu (MRT), PT Transportasi Jakarta menyusun pengembangan rute non BRT atau non koridor. Setidaknya saat MRT Jakarta mulai beroperasi komersial pada akhir Maret 2019 ada enam rute non BRT dari kawasan perbatasan di selatan Jakarta ke dua stasiun MRT.
Agung Wicaksono, Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, Senin (18/02/2019) dalam acara forum jurnalis Transjakarta menjelaskan saat MRT Jakarta beroperasi komersial, untuk mempermudah akses warga di selatan Jakarta juga di kawasan perbatasan menuju stasiun MRT, Transjakarta berekspansi dengan membuka rute ke daerah sekitar.
Fase I MRT Jakarta sepanjang 16 km, berawal dari Lebak Bulus di Jakarta Selatan, dan melewati kawasan selatan menuju Bundaran Hotel Indonesia di tengah. Di sisi selatan setidaknya ada dua stasiun yang melewati kawasan permukiman. Yaitu stasiun Lebak Bulus dan stasiun Fatmawati.
Untuk mendukung kemudahan mobilitas warga menuju dan dari dua stasiun itu disusunlah rute pengumpan. Yaitu Pondok Cabe - Stasiun Lebak Bulus; Cinere - Stasiun Lebak Bulus; Jatijajar di kawasan Depok menuju Stasiun Lebak Bulus; Jatijajar - Stasiun Fatmawati; BSD - Stasiun Fatmawati; dan Bintaro - Stasiun Fatmawati.
Pekan lalu, lanjut Agung, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta sudah mengundang para kepala dinas perhubungan dari daerah sekitar Jakarta. Yaitu supaya Transjakarta bisa masuk dan melayani warga dari kawasan sekitar selatan Jakarta menuju stasiun MRT.
Daud Joseph, Direktur Operasional PT Transportasi Jakarta menjelaskan, dari koordinasi itu saat ini Transjakarta sedang dalam proses mendapat izin operasi di daerah sekitar Jakarta itu. Harapannya, saat MRT Jakarta menggelar ujicoba yang bisa diikuti publik, bus Transjakarta dari kawasan perbatasan sudah bisa melayani. Demikian juga saat nanti di pekan terakhir Maret 2019 MRT Jakarta beroperasi komersial, warga dari selatan Jakarta sudah bisa dilayani Transjakarta.
Untuk warga dari BSD dan Bintaro, bus yang dioperasikan adalah Royal Trans. Dari BSD bus berangkat dari Giant lalu masuk tol JORR menuju Stasiun Fatmawati. Dari Bintaro bus berangkat dari Bintaro Trade Center lalu masuk tol JORR menuju Stasiun Fatmawati.
"Sesuai segmen di dua kawasan itu, bus yang kami operasikan adalah bus Royal Trans dengan tarif Rp 20.000 - 25.000. Untuk awalan dua bus beroperasi di pagi dan sore dari dua titik itu," ujar Joseph.
Dari kajian Transjakarta, segmen penumpang dari dua kawasan itu adalah warga menengah ke atas. Sehingga bus Royal Trans lah yang dioperasikan.
Adapun dari empat rute lain, bus yang dioperasikan adalag bus Transjakarta reguler dengan tarif reguler, Rp 3.500.
Selain penambahan enam rute non BRT itu, manajemen Transjakarta juga mematangkan dan mewujudkan trayek JakLingko. Yaitu trayek angkutan dengan menggunakan bus kecil atau yang duluny dikenal sebagai angkutan kota (angkot).
Targetnya, lanjut Joseph, untuk rute sampai akhir 2019 ditargetkan menjadi 236 rute dari 163 rute di akhir 2018. Lalu jumlah bus naik dari 2.315 unit menjadi 3.588 unit di akhir 2019.
"Dengan berani keluar dari pakem yaitu mengembangkan dan menambah rute non koridor, lalu juga menambah jumlah bus, maka itu menjadi kunci penambahan jumlah penumpang Transjakarta," jelas Joseph.
Nanti, saat MRT berujicoba operasi pun, diharapkan warga yang akan mengikuti ujicoba publik diharapkan naik Transjakarta dari titik rute pengembangan tadi.
Wijanarko, Direktur Teknik dan Fasilitas PT Transportasi Jakarta melanjutkan, selain integrasi antarmoda yang terus dimatangkan, ia juga tengah mematangkan integrasi fisik dari MRT Jakarta dan Transjakarta.
Dari koridor 1 Transjakarta (Blok M - Kota) dan koridor selatan - utara fase I MRT Jakarta (Lebak Bulus - Bundaran Hotel Indonesia), ada empat titik halte dan stasiun yang saling terhubung. Masing-masing sampai hari ini masih dalam proses penyelesaian integrasi fisik.
Untuk halte Transjakarta Bundaran Hotel Indonesia dan Stasiun Bundaran Hotel Indonesia, proses rekonstruksi sedang berjalan. Titik integrasi lain yang juga sedang berjalan adalah halte Tosari dengan stasiun Dukuh Atas, halte Transjakarta Lebak Bulus dengan Stasiun Lebak Bulus, serta halte Transjakarta CSW dengan Stasiun MRT Lebak Bulus.
"Untuk pengembangan titik integrasi di Sisingamangaraja dan CSW kami sayembarakan untuk pengembangannya," jelas Wijanarko.
Untuk titik CSW perlu ada sayembara karena di titik itu ada kantor ASEAN selain juga kantor-kantor penting lainnya. Sehingga dengan sayembara muncul desain kawasan yang mencerminkan Jakarta sebagai ibukota ASEAN. "Ada 20 peserta dan sudah memasukkan karya. Di Maret nanti akan ada pengumumannya," jelas Wijanarko.
Sementara di Lebak Bulus yang menjadi PR Transjakarta adalah menuntaskan ketersediaan area pengendapan bus supaya tidak menimbulkan kemacetan.
Selain dengan MRT, lanjut Wijanarko, Transjakarta juga sedang menuntaskan integrasi dengan LRT Jakarta di titik Stasiun Velodrome.