Sony Dwi Kuncoro akan memasuki usia 35 tahun pada 2019, tetapi dia belum memutuskan beristirahat dari kompetisi di lapangan bulu tangkis. Sejak lama Sony ingin menunjukkan profesi yang dia jalani kepada anak-anaknya.
Peraih lima gelar juara Super Series pada era 2007-2015 ini menjadi andalan tim Jatim United dalam Djarum Superliga Bulu Tangkis di Sabuga, Bandung, Jawa Barat, yang dimulai Senin (18/2/2019). Tampil sebagai tunggal pertama dalam kejuaraan dengan format beregu putra dan putri itu, Sony mengalahkan tunggal putra pelatnas Ihsan Maulana Mustofa, 21-13, 21-9.
Sayangnya, Sony menjadi satu-satunya penyumbang kemenangan bagi timnya. Jatim United kalah dari Djarum 1-4. Djarum memperoleh kemenangan dari Berry Angriawan/Mohammad Ahsan, Shesar Hiren Rustavito, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Praveen Jordan, dan Ikhsan Leonardo Rumbay.
Mungkin Ihsan tak bisa main dengan maksimal. Saat dia mulai kendur, saya mulai mencoba mengontrol permainan dan bisa.
Kalah stamina dan kecepatan, Sony masih bisa memenangi pertandingan meski tertinggal lebih dulu pada awal penampilan. Seiring dengan permainan Ihsan yang tidak konsisten, Sony unggul 19-11 sejak skor imbang 11-11 pada gim pertama. Pada gim kedua, dia menang dengan skor lebih telak.
”Mungkin Ihsan tak bisa main dengan maksimal. Saat dia mulai kendur, saya mulai mencoba mengontrol permainan dan bisa,” kata Sony.
Superliga menjadi kejuaraan ketiga bagi Sony tahun ini. Pada dua turnamen internasional sebelumnya dalam kalender Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Indonesia dan Thailand Masters, dia tersingkir pada babak pertama. Dalam Indonesia Masters di Jakarta, 22-27 Januari, Sony bahkan harus tampil sejak babak kualifikasi.
Pada 2018, pemain asal Surabaya, Jawa Timur, ini mengikuti sembilan turnamen. Dalam empat turnamen berlevel BWF World Tour Super 500 ke atas, Sony harus menjadi peserta sejak babak kualifikasi. Itu karena finalis Kejuaraan Dunia 2007 tersebut tidak memenuhi syarat peringkat dunia untuk tampil langsung dalam babak utama.
Dengan 32 peserta pada babak utama, setidaknya Sony harus berada pada peringkat 32 besar dunia untuk mengamankan tempat pada babak utama. Saat ini dia hanya berperingkat ke-66 dunia.
Sony punya alasan lain untuk tetap bertanding, yaitu dukungan keluarga dan PBSI Jawa Timur. Satu hal lain yang terpenting adalah keberadaan anak-anaknya.
Memasuki usia 35 tahun pada Juli nanti, peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 itu kesulitan bersaing untuk menjuarai turnamen-turnamen besar. Namun, dia masih bisa menembus semifinal turnamen Level Super 500 dan final turnamen di bawahnya pada 2018.
”Untuk membuat kejutan-kejutan, memang sudah susah, tetapi saya masih bisa mendapat hasil baik, tidak selalu jelek. Makanya, saya tetap bertanding. Apalagi, saya masih menikmati menjadi atlet,” kata Sony yang terakhir kali menjadi juara pada Singapura Terbuka 2016.
Sony juga punya alasan lain untuk tetap bertanding, yaitu dukungan keluarga dan PBSI Jawa Timur. Satu hal lain yang terpenting adalah keberadaan anak-anaknya.
Telah menjadi ayah dari dua anak, Divya Amanta Kuncoro (7,5) dan Naraya Aisya Kuncoro (5,5), Sony akan memiliki anak ketiga tahun ini. ”Sejak lama saya ingin anak-anak melihat pekerjaan ayahnya. Sekarang anak saya sudah bisa bermain bulu tangkis. Saya memang mengarahkan dia bermain bulu tangkis, belum untuk menjadi atlet, tetapi setidaknya aktif berolahraga,” ujar Sony.