Banjir di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berangsur surut, Senin (18/2/2019). Namun, lebih dari seratus warga tetap mengungsi. Mereka trauma dan khawatir terjadi banjir susulan karena hujan masih turun deras di daerah itu.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
SOREANG, KOMPAS – Banjir di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berangsur surut, Senin (18/2/2019). Namun, lebih dari seratus warga tetap mengungsi. Mereka trauma dan khawatir terjadi banjir susulan karena hujan masih turun deras di daerah itu.
Minggu (17/2), ketinggian banjir di kawasan Bandung selatan itu mencapai 120 sentimeter. Sehari berselang, banjir berangsur surut menjadi 50 cm. Hingga Senin siang, 111 warga masih mengungsi di Gedung Inkanas, Baleendah. Di gedung berukuran 10 meter x 15 meter itu, mereka tidur beralaskan terpal dan selimut. Beberapa potong pakaian dijemur di dekat jendela.
Sejumlah warga telah lebih dari sepekan mengungsi di tempat itu. Salah satunya Neti (39), warga RW 009 Kelurahan Andir, Baleendah. Dia mengungsi bersama suaminya. Neti kedinginan saat malam karena lokasi pengungsian itu tanpa sekat.
“Ini lebih baik daripada saya tinggal di rumah. Kami khawatir, jika hujan turun terus tidak bisa keluar rumah,” ucapnya.
Saat ini, rumahnya masih terendam lumpur. Hal itu membuatnya sulit beraktivitas jika harus tinggal di rumah.
“Nanti saja kalau sudah tidak hujan, baru kami membersihkan rumah,” ujarnya.
Kekhawatiran banjir susulan juga diutarakan warga Andir lainnya, Tatang (41). Rumahnya masih terendam lumpur setinggi 20 cm. Sudah delapan hari dia mengungsi bersama ibu dan empat keponakannya. Ketika banjir melanda Minggu (10/2), ketinggian air mencapai 140 cm. Saat itu, Tatang dan keluarganya terjebak di dalam rumah selama lebih dari 24 jam.
“Ibu saya trauma. Ia sekarang lebih banyak diam. Memang banjir ini sudah biasa terjadi tapi banjir yang terjadi delapan hari lalu membuatnya takut melihat hujan,” ujarnya.
Hujan lebat selama tiga jam kembali mengguyur Baleendah dan sekitarnya, Senin sore. Imbasnya, sejumlah saluran air meluap sehingga menimbulkan bau tidak sedap.
Nur (48), warga RW 007 Andir yang juga masih mengungsi, mengharapkan bantuan pemerintah untuk membersihkan permukiman warga dari endapan lumpur. “Kemarin sempat membersihkan rumah bersama keluarga. Tetapi, saya tidak sanggup, bau sekali,” ujarnya.
Meskipun rumahnya dibangun dua lantai, Nur memilih bertahan di pengungsian. Sebab, rumahnya berada di antara Sungai Citarum dan Sungai Cisangkuy. Akibatnya, rumahnya sangat berpotensi dilanda banjir susulan saat hujan lebat.
Camat Baleendah Meman Nurjaman mengatakan, banjir tahunan kerap merendam sekitar 900 rumah di Kelurahan Andir dan Kelurahan Baleendah. Prakiraan cuaca sangat diperlukan untuk mengantisipasi datangnya banjir. Dengan begitu, warga dapat menyiapkan perahu untuk keluar dari permukiman saat banjir meninggi.
Selain itu, kerjasama antar pejabat dan kelompok masyarakat dibutuhkan untuk penanganan banjir “Setiap perangkat kelurahan hingga RT dan RW memberikan laporan terkini saat hujan lebat. Dengan deteksi dini akan terbangun kesiapsiagaan mengawasi bencana,” ujarnya.
Februari ini diprediksi masih menjadi puncak musim hujan di wilayah Bandung Raya. Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Bandung Neneng Sugianti mengatakan, musim hujan masih berlangsung hingga tiga bulan ke depan. Akibatnya, permukiman di sekitar daerah aliran sungai masih berpotensi dilanda banjir.