Hampir sepekan ini, Wihara Dhanagun di Jalan Suryakancana, Kota Bogor, sibuk dan meriah. Selain banyak warga keturunan Tionghoa beribadah dan berhikmat kepada leluhur, ada juga berbagai kegiatan sosial dan pertunjukan kesenian.
Seperti Minggu (17/2/2019) kemarin, berlangsung pertunjukan tari dan wayang potehi. Juga ada bazar, yang antara lain menyuguhkan lapak dodol Betawi, kopi Oplet Bogor, dan cendera mata Festival Rakyat Bogor-Cap Go Meh (CGM) 2019. Harga jual barang atau makanannya mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 50.000 per buah atau per porsi.
Icip-icip dodol Betawi yang diambil sendiri dari wajan besar dengan menggunakan batang kayu jadi daya tarik pengunjung. Tidak sedikit juga yang berfoto sambil pura-pura mengaduk dodol kenyal dalam wajan dengan ”dayung” kayu.
Pertunjukan wayang potehi termasuk yang ditunggu-tunggu. Bangku plastik yang disusun beberapa deret sudah terisi penuh sebelum pertunjukan kedua dimulai pukul 15.00. ”Masih tujuh menit lagi,” kata seorang anak kepada ibunya, yang duduk di deret paling depan.
”Wayang potehi ini, kalau zaman dulu, bisa berminggu-minggu pentasnya, karena ceritanya berseri. Kalau sekarang, tidak lagi. Sekali pertunjukan, ceritanya selesai,” kata Arifin Himawan, Ketua Pelaksana Festival Rakyat Bogor-Cap Go Meh 2019.
Pertunjukan petang kemarin menampilkan cerita Sun Go Kong Menghukum Siluman Babi persembahan kelompok Wayang Potehi Indonesia pimpinan By Dwi Wiro Retno Mastuti dari Kota Bogor. Pertunjukan berlangsung 40 menit dengan dalang muda usia, Himawan dan Wahyu. Sepanjang pertunjukan diiringi musik hidup tradisional yang pemusiknya antara lain memetik kecapi Sunda dan mengesek erhu.
Sebelum pertunjukan wayang potehi, di panggung sebelah, yang juga masih di halaman kompleks Wihara Dhanagun, ada pertunjukan tari jaipong dan modern dance yang dibawakan secara energik oleh anak-anak dan remaja. Di luar kompleks wihara ada tenda bakti sosial pemeriksaan kesehatan umum dan gigi serta layanan terapi tongkat ST (sehat tenteram) dari Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia.
Acara puncak Festival Rakyat Bogor-CGM 2019 akan digelar pada Selasa (19/2/2019) besok mulai pukul 16.00. Namun, pertunjukan atau karnavalnya akan dimulai pukul 18.30. Senin ini hanya ada bazar dan pertunjukan wayang golek.
Acara puncak sore hari hanya berupa acara seremonial. Panitia menyambut para tamu undangan berbarengan dengan penampilan drum band dengan atraksi kemahiran mereka, lalu doa keselamatan bagi bangsa. Tidak lupa mengumandangkan bersama lagu ”Indonesia Raya”. Semuanya meneguhkan bahwa ini festival rakyat yang mewujudkan ajang budaya pemersatu bangsa.
Selepas waktu shalat Maghrib, karnaval bertema ”Kilau Pesona Katumbiri” dimulai. Katumbiri berasal dari bahasa Sunda, yang dalam bahasa Indonesia berarti pelangi.
”Saat karnaval nanti, peserta juga akan memakai lampu aneka warna sesuai busana yang dikenakan atau kreativitasnya. Kalau dalam festival sebelumnya hanya liong dan barongsai yang menggunakan lampu untuk mempercantik penampilannya, sekarang semua peserta akan bercahaya,” kata Omer Ritonga dari humas panitia festival.
Ia pun menunjukkan sebuah video calon peserta karnaval. Di video itu terlihat peserta yang mengenakan kostum tari kupu-kupu. Kedua sayapnya terlihat indah dengan kelipan cahaya lampu warna-warni.