Awan panas dan guguran material dikeluarkan berkali-kali oleh Gunung Merapi. Meski demikian, statusnya tetap sama seperti sebelumnya, yakni Waspada.
YOGYAKARTA, KOMPAS —Sepanjang Senin (18/2/2019), Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah tujuh kali mengeluarkan awan panas. Statusnya masih Waspada (Level II) dan warga di lereng Merapi tetap beraktivitas seperti biasa serta tidak panik.
Data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Senin pagi, menyebutkan, Merapi mengeluarkan lima kali awan panas pada pukul 06.05, 06.13, 06.24, 06.25, dan 06.28. Seluruh awan panas meluncur ke arah hulu Kali Gendol, Kabupaten Sleman, DIY, dengan jarak terjauh 1 kilometer (km).
Pada pukul 07.32, Merapi kembali memuntahkan awan panas guguran dengan jarak luncur 200 meter ke hulu Kali Gendol. Awan panas menyebabkan kepulan asap setinggi 400 meter. Pada pukul 14.21, awan panas guguran yang mengarah ke Kali Gendol kembali terjadi, tetapi jaraknya tak diketahui karena pantauan visual petugas BPPTKG terhalang kabut.
Merapi juga terus mengeluarkan guguran material. Pada Senin, pukul 00.00-18.00, Merapi mengalami 79 kali guguran material dengan durasi 11-92 detik. Dari jumlah itu, 20 guguran teramati secara visual. Guguran material meluncur ke hulu Kali Gendol dengan jarak 200-900 meter.
Jumlah guguran di Merapi pada Senin lebih tinggi jika dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya. Pada Minggu (17/2) ada 27 kali guguran material, sedangkan pada Sabtu (16/2) terjadi 24 kali guguran material.
Dievaluasi
Kepala BPPTKG Hanik Humaida, di Yogyakarta, menyatakan, evaluasi dilakukan terhadap kondisi Merapi terkait keluarnya awan panas sebanyak tujuh kali dalam sehari.
Hasil evaluasi, status Gunung Merapi masih sama, yakni Waspada (Level II). Status itu ditetapkan sejak 21 Mei 2018. Adapun zona bahaya juga masih sama, yakni 3 km dari puncak Merapi.
BPPTKG merekomendasikan agar tidak ada warga yang berada di zona bahaya untuk menghindari ancaman erupsi Merapi. Warga yang beraktivitas di sekitar aliran Kali Gendol diminta meningkatkan kewaspadaan karena guguran material dan awan panas mengarah ke hulu Kali Gendol. Hal itu terjadi karena ada bukaan kawah di sisi tenggara puncak Merapi yang mengarah ke hulu Kali Gendol.
Kepala Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Heri Suprapto, menuturkan, banyak warga desanya menyaksikan awan panas guguran. Namun, masyarakat tidak panik. Aktivitas warga di lereng Merapi di Sleman masih berlangsung normal.
Ketua Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi Sisi Barat, Dardiri, mengatakan, aktivitas wisata Lava Tour Merapi di Sleman juga berjalan normal. Lava Tour Merapi merupakan wisata petualangan di lereng Merapi dengan mengendarai mobil jip.
Dardiri menuturkan, saat Merapi mengeluarkan awan panas guguran mulai pukul 06.05, ada 160 wisatawan peserta Lava Tour Merapi berada di sekitar Bungker Kaliadem, Desa Kepuharjo, yang berjarak sekitar 5 km dari puncak Merapi. Mereka menumpang 40 mobil jip.
Menurut Dardiri, para wisatawan tidak panik saat melihat awan panas. Mereka dipersilakan berfoto-foto sebentar, lalu diajak turun dan menjauh dari bungker. ”Wisatawan enggak panik karena pemandu sudah kami latih agar tidak membuat panik wisatawan,” katanya. (HRS)