JAKARTA, KOMPAS – Kekalahan David Jacobs di turnamen tenis meja Kospin Jasa Open 2019, menjadi bahan evaluasi penting menjelang kualifikasi Paralimpiade Tokyo 2020. Pada turnamen yang berlangsung di Pekalongan, Jawa Tengah, 15-17 Februari itu, David kalah 2-3 dari Abdul Hair.
Ini merupakan turnamen perdana yang diikuti David pada 2019. Dengan kekalahan itu, langkah David terhenti di babak delapan besar. Selanjutnya, David berlaga di Kudus, pada 22-24 Februari.
David mengatakan, hasil yang dia raih di Pekalongan menjadi peringatan, karena biasanya dia selalu menembus babak semifinal di kejuaraan yang diikuti. “Saya harus lebih keras berlatih lagi. Selama latihan di Jakarta memang belum maksimal. Berbeda halnya apabila menjalani pelatnas di Solo, bisa lebih fokus,” ujar David, Senin (18/2/2019).
Di Pekalongan, David sebenarnya sudah unggul 2-0 atas Abdul Hair. Namun, Abdul bisa menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Setelah itu, penampilan peraih dua medali emas Asian Para Games 2018 itu menurun, antara lain karena energinya terkuras. Saat poin-poin kritis, Davis justru kehilangan angka. “Begitu energi habis, fokus saya sudah mulai hilang. Akhirnya, taktik kurang bagus,” ujarnya. Di sisi lain, menurut David, lawan bermain lebih baik karena mempunyai pukulan kanan dan kiri yang sempurna. Abdul Hair juga mempunyai servis yang lebih baik.
Target Paralimpiade 2020
Di kejuaraan selanjutnya, David menargetkan diri memperoleh hasil yang lebih baik dari penampilannya di Pekalongan. Hasil kejuaraan penting sebagai modal dia menjalani kualifikasi Paralimpiade 2020.
Untuk kualifikasi Paralimpiade 2020, David berencana mengikuti empat kejuaraan penting. Terdekat adalah Kejuaraan Tenis Meja Costa Brava Terbuka 2019 di Platja d’Aro, Spanyol (20-22 Maret). Selanjutnya mengikuti Kejuaraan Asia di Taichung, Taiwan (23-27 Juli), dilanjutkan kejuaraan di Ostrava, Ceko, (6-8 September), dan Stasdskanaal, Belanda (1-3 November).
David mengatakan, menjelang kejuaraan besar dia memang kerap mengikuti turnamen terbuka untuk atlet non-disabilitas di Indonesia. Dengan mengikuti turnamen, David bisa menjalani latih tanding melawan pemain-pemain nasional. Hal ini penting untuk mempertajam teknik pukulan dan menguji kesiapan mental dan fisik.
Berdasarkan aturan Federasi Tenis Meja Internasional (ITTF), atlet tenis meja harus masuk dalam 12 besar dunia demi tampil di Paralimpiade. Saat ini, David menempati peringkat kedua dunia untuk kategori T10. Peringkat teratas T10 ditempati Patryk Chojnowski dari Polandia. Selain David Jacobs, atlet tenis meja paralimpiade Komet Akbar, juga berburu poin ke Paralimpiade.
Pelatnas
Ketua Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Senny Marbun mengatakan, pelatnas untuk atlet-atlet paralimpiade seharusnya berlangsung sejak awal Februari ini. Tetapi, pelatnas harus mundur karena proposal anggaran pelatnas belum diajukan ke Kementerian Pemuda dan Olahraga. Selain itu, NPC akan melakukan Musyawarah Nasional pada 19-22 Februari. “Setelah Musyawarah Nasional, baru kami konsentrasi menggelar pelatnas,” katanya.
Menurut Senny, pelatnas akan difokuskan untuk persiapan ASEAN Para Games 2020 dan meloloskan atlet ke Paralimpiade 2020. Untuk ASEAN Para Games, tuan rumah Filipina menggelarnya pada Januari 2020, karena jeda dengan SEA Games 2019 tidak cukup untuk persiapan. Rencananya, NPC akan menambah jumlah atlet dari 190 menjadi 300 orang. Jumlah anggaran yang diajukan juga melebihi Asian Para Games 2018, yaitu Rp 130 miliar.
Senny menjelaskan, NPC Indonesia memasang target untuk mempertahankan gelar juara umum di ASEAN Para Games 2020 di Filipina. “Kami juga berharap bisa meloloskan 10-15 atlet menuju Paralimpaide Tokyo 2020,” ujarnya.