[caption id="attachment_10134194" align="alignnone" width="595"] Pusat gempa bumi yang mengguncang Malang pada Selasa (19/2/2019) bersumber dari zona subduksi di bawah Samudra Hindia.[/caption]
JAKARTA, KOMPAS — Gempa berkekuatan M 5,6 yang mengguncang Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Selasa (19/2/2019) pukul 02.30 bersumber dari zona subduksi. Gempa ini memiliki sumber cukup dangkal dan bersumber dari zona subduksi di bawah laut Samudra Hindia di selatan Pulau Jawa.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 9,67 Lintang Selatan dan 112,74 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 170 kilometer (km) arah selatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada kedalaman 42 km.
”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi dangkal ini diakibatkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah Lempeng Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis sesar naik (thrust fault),” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Rahmat Triyono di Jakarta.
Pantauan BMKG, guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Lumajang, Malang, Blitar, dan Karangkates dengan skala III-IV Modified Mercalli Intensity (MMI); Sawahan III MMI; serta Kuta dan Nusa Dua II-III MMI. Sekalipun gempa cukup kuat, hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan. Hasil pemodelan juga menunjukkan bahwa gempa bumi tidak berpotensi tsunami
Menurut Rahmat, gempa ini juga diikuti susulan yang hingga pukul 03.00, berdasarkan pemantauan BMKG, telah terjadi tiga kali. Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan, belakangan aktivitas di zona kegempaan di selatan Jawa relatif tinggi.
Sebelumnya, pada Kamis (14/2/2019) pukul 02.58, gempa berkekuatan M 5 juga berpusat di sekitar 134 km arah selatan Kepanjen, Malang, dengan kedalaman 69 km. Tiga jam kemudian, tepatnya pada pukul 06.41, giliran wilayah Banten selatan juga diguncang gempa dengan magnitudo 5,0. Episenter terletak di bawah laut pada jarak 84 km arah selatan Pandeglang, pada kedalaman 56 km.
Menurut Daryono, pusat dari gempa-gempa tersebut berdekatan dengan lokasi gempa kuat dan merusak pada masa lalu. Pusat gempa di selatan Malang berdekatan dengan gempa kuat Jawa Timur pada tahun 1958. Magnitudo gempa pada 1958 ini belum diketahui secara pasti. Namun, sejarah mencatat, dampak gempa ini dilaporkan mencapai skala intensitas VII-VIII MMI. Akibat gempa ini, banyak rumah rusak, ditemukan banyak tanah terbelah (ground failure), dan dilaporkan delapan orang meninggal.
Adapun gempa di Banten selatan tadi pagi juga berdekatan dengan gempa kuat M 7,9 yang merusak di wilayah Banten dan Jawa Barat pada 27 Februari 1903. Menurut Daryono, peningkatan aktivitas seismik di Samudra Hindia selatan Jawa akhir-akhir ini patut diwaspadai, tetapi tidak harus memicu kepanikan. Sejauh ini, gempa bumi belum bisa diprediksi kapan akan terjadi. Namun, data sejarah dan pergerakan lempeng menunjukkan, kawasan ini menyimpan energi gempa besar.