Gunung Bromo Erupsi, Masyarakat Diminta Tidak Panik
Oleh
Dahlia Irawati
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS – Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (19/2/2019) pukul 05.30 WIB erupsi. Gunung setinggi 2.392 meter di atas permukaan laut tersebut mengembuskan abu vulkanik hingga setinggi 600 meter dari puncak. Meski begitu, masyarakat dihimbau tidak panik dan tetap menjauhi batas larangan mendekat 1 kilometer (km) dari puncak.
Kepastian erupsi Gunung Bromo dikatakan oleh pelaksana tugas (plt) Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Pos Pantau Gunung Api (PVMBG-PPGA) Bromo Wahyu Andrian Kusuma. “Benar Bromo erupsi berupa abu dan asap pada pukul 05.30 WIB. Ketinggian abu 600 meter (m) dari puncak ke arah Barat-Barat Daya,” katanya. Hingga kini, status Bromo masih waspada.
Kenampakan abu vulkanik dari erupsi Bromo tersebut adalah putih cokelat tipis ke tebal. Tidak ada pijar api atau lontaran batu. “Biasanya ini adalah erupsi awal. Tapi tetap akan kami amati, apakah erupsi ini berhenti karena energi hilang, atau akan meningkat,” kata Wahyu.
Dengan erupsi tersebut, Wahyu mengatakan bahwa dampak terbesar dimungkinkan akan dirasakan oleh petani kentang di Desa Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, sebagai wilayah dengan jangkauan abu terdekat. “Yang terpenting semua masyarakat dihimbau untuk tidak terpancing isu-isu tidak benar. Tetap patuhi batas aman sejauh 1 kilometer dari puncak,” katanya.
Wahyu mengatakan, tanda-tanda peningkatan aktivitas Bromo sudah terlihat sejak 30 Deesember 2018. Saat itu ada beberapa gempa vuklanik bermunculan. “Akhir Desember hingga kini ada gempa vulkanik bermunculan. Jika biasanya hanya terjadi sekali atau nihil gempa vulkanik dalam sebulan, maka pada Januari lalu terjadi hingga 20 gempa vulkanik sebulan,” katanya.
Tidak Terganggu
Kepala Seksi Pembangunan Desa Ngadirejo, Kecamatan Sukapura Edi Wardoyo mengatakan bahwa erupsi Bromo saat itu tidak berdampak pada masyarakat. “Tidak ada dampak serius seperti saat erupsi tahun 2016 lalu. Warga tetap beraktivitas normal. Saya juga masih turun ke sawah. Tidak ada timbungan abu atau pasir di tanaman kentang saya. Semua aman dan normal. Paling hanya ada abu sedikit, dan sama sekali tidak mengganggu aktivitas warga,” katanya.
Adapun dampak erupsi abu Bromo terhadap aktivitas penerbangan, sama sekali tidak terlihat di Bandara Abdulrachman Saleh Malang. Situasi penerbangan hari itu berjalan normal. Wilda Fizriyani, warga Malang, mengaku saat itu ia mengantarkan suaminya untuk naik pesawat dari Bandara Abdulrachman Saleh Malang menuju Jakarta. “Semuanya tadi berjalan normal, tidak ada pembatalan penerbangan. Penerbangan sebelum pesawat suami saya juga normal,” kata Wilda.
Gunung Bromo terakhir meletus pada Desember 2015 dan terus berlangsung hingga Juli 2016. Saat itu, Bromo sempat melontarkan bebatuan, debu dan pasir vulkanik, bergemuruh, serta sempat terlihat mengeluarkan lava pijar. Bahkan saat perayaan adat Tengger yaitu Kasodo pada tahun 2016, masyarakat Tengger memeringatinya di tengah guyuran abu vulkanik Bromo.
Sempat reda sesaat, aktivitas vulkanik Bromo kembali meningkat pada September 2016. Peningkatan aktivitas tersebut sempat membuat status Bromo naik menjadi siaga. Saat itu, terpantau Bromo juga mengalami perubahan bentuk bibir kawah akibat hujan deras.
Lamanya erupsi Bromo kala itu, sempat membuat lesu sektor wisata dan pertanian warga Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, dan Malang. Tiga wilayah terdekat dengan Bromo tersebut, rutin menerima dampak embusan abu vulkanik Bromo.
Jarak permukiman penduduk dengan Gunung Bromo cukup jauh, sebab Bromo dikelilingi oleh lautan pasir dengan radius di atas 2,5 kilometer (km). Biasanya, radius 2,5 km adalah jarak aman saat Bromo dinyatakan naik status menjadi siaga.
Di Malang, selama tahun 2016 berkali-kali Bandara Abdulrachman Saleh Malang harus dibuka tutup akibat paparan abu vulkanik tersebut. Penumpang pesawat pun harus puas diberangkatkan dengan bus ke Bandara Juanda Surabaya sebelum kemudian terbang ke tujuan semula. Beberapa kali jadwal penerbangan dibatalkan, jika tidak memungkinkan penjadwalan ulang penerbangan dari Surabaya.
Baca juga Gunung Bromo Erupsi, Embusan Abu Setinggi 600 Meter