Anak milenial zaman sekarang, mungkin lebih dikenal akrab dengan kecanggihan teknologi dan gaya hidup perkotaan. Namun, tahukah Anda bahwa ada sekelompok anak muda milenial, dengan sadar memilih menjadi ndeso (orang desa)? Mereka adalah anak-anak muda yang memilih kembali ke desa, untuk mengabdi dan membangun desa.
Sabtu (16/02/2019) malam, sembilan muda-mudi berusia 20-an sampai 35 tahun dengan lantang mengucap sumpah, saat dilantik menjadi perangkat desa di Balai Desa Pandanlandung. Mereka adalah para perangkat baru yang dilantik sesuai struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) pemerintah desa baru di Desa Pandanlandung, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Saat itu dilantik sebanyak 16 perangkat baru.
Anak-anak muda tersebut adalah mereka yang meraih nilai terbaik dalam fit and proper tes (uji kelayakan dan kepatutan) pada Kamis (14/02/2019) lalu.
Mungkin mereka hanya anak muda dari desa kecil di Malang. Namun artinya, semangat membangun desa di kalangan anak muda Indonesia sebenarnya ada. Tinggal bagaimana mengarahkannya.
“Demi Allah, Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah dan berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku perangkat desa dengan sebaik-baiknya……,”
Demikian potongan sumpah dan janji, lantang diucapkan oleh perangkat desa yang dilantik malam itu. Salah satu di antaranya adalah Annisa Nurul Imani (22). Hari itu, ia dilantik menjadi bendahara Desa Padanlandung.
Demi Allah, Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah dan berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku perangkat desa dengan sebaik-baiknya……
Bendahara desa merupakan ‘jantung’ pemerintahan desa. Ia adalah pengatur keluar masuknya keuangan. Sesuai aturan, bendahara desa tidak hanya berfungsi sebagai kasir. Lebih dari itu, bendahara desa berhak memverifikasi permintaan pengeluaran uang oleh sekretaris desa/carik. Tepat tidaknya pengeluaran APBDes, salah satunya tergantung pada sosok bendahara desa.
“Cita-cita awal saya adalah guru. Namun setelah bergelut dan belajar soal desa, saya jadi tertantang untuk ikut membangun desa. Kebanggaan tersendiri bagi saya, bisa melayani masyarakat. Kalau desa kami maju, kami juga yang bangga,” kata Annisa.
Menjadi perangkat desa adalah pengalaman baru bagi lulusan D3 Akuntansi Politeknik Negeri Malang tersebut. Usai lulus pada Oktober 2018, Anissa sempat bekerja di sebuah lembaga swasta. Namun ia memutuskan berhenti karena tidak kuat berada di depan komputer mulai pagi hingga sore hari. Ia pun sudah mendapat panggilan kerja dari perbankan. Namun itu semua ditinggalkan.
Cita-cita awal saya adalah guru. Namun setelah bergelut dan belajar soal desa, saya jadi tertantang untuk ikut membangun desa. Kebanggaan tersendiri bagi saya, bisa melayani masyarakat. Kalau desa kami maju, kami juga yang bangga
Pemuda desa lain yang dilantik menjadi perangkat saat itu adalah Bagus Sadewa (22), mahasiswa jurusan teknik informatika Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia (STIKI) Malang semester 10. Ia sebelumnya adalah operator sistem keuangan desa (siskeudes) sejak tahun 2016. Kali ini, sesuai SOTK baru, Bagus diangkat menjadi sekretaris desa atau carik. Sekretaris desa adalah penggerak pemerintahan desa. Dia adalah pelaksana roda pemerintahan, membantu kepala desa.
Inovasi
Pada masa tugas sebelumnya, Bagus dan teman-temannya sudah membuat inovasi yaitu sistem pelayanan administrasi online desa (PAOD). PAOD adalah sebuah sistem di mana masyarakat bisa mendapatkan layanan administrasi kependudukan secara online. Layanan kependudukan itu antara lain pembuatan KTP, KK, akte, dan surat kematian.
Bekerjasama dengan STIKI, Bagus dan teman-temannya merancang program di mana masyarakat bisa meminta layanan administrasi via ponsel atau komputer. Nanti, sistem akan memberikan notifikasi saat berkas administrasi telah selesai diurus.
Sistem itu mempermudah, mempersingkat birokrasi, dan menjadikan layanan bebas pungutan liar (pungli). Bebas pungli karena setiap masuyarakat bisa mengurus kebutuhannya sendiri dan tidak perlu nitip pada makelar.
“Setelah diberi tanggung jawab baru ini, saya ingin melakukan dua hal yaitu recover dan discover. Yaitu membenahi tata kelola pemerintahan yang masih ada cacat di beberapa bagian. Serta, menemukan dan mengangkat potensi desa ini agar desa semakin maju,” kata Bagus.
Kepala Desa Pandanlandung Wiroso Hadi mengaku pengangkatan anak-anak muda tersebut bukan tanpa alasan. Wiroso ingin, tata kelola pemerintahannya berjalan lebih baik dari sebelum-sebelumnya.
Pada Desember 2018, Desa Pandanlandung didatangi oleh Satuan Tugas Dana Desa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT). Saat itu, desa yang sudah menjadi rujukan dengan beberapa inovasi tersebut, mendapat beberapa catatan serius mengenai tata kelola desa yang dinilai belum bagus.
Setelah diberi tanggung jawab baru ini, saya ingin melakukan dua hal yaitu recover dan discover. Yaitu membenahi tata kelola pemerintahan yang masih ada cacat di beberapa bagian. Serta, menemukan dan mengangkat potensi desa ini agar desa semakin maju
“Semoga pemerintahan Desa Pandanlandung, ke depan, bisa berjalan semakin baik, dengan tambahan tenaga muda penuh semangat,” kata Wiroso.
Camat Wagir R. Ichwanul Muslimin berharap, hadirnya perangkat baru harus bisa membawa semangat kerja lebih baik lagi. “Dengan capaian selama ini, saya ingin menjadikan Desa Pandanlandung sebagai contoh smart village. Intinya pelayanan pada masyarakat harus semakin baik, cepat, dan mudah,” katanya.
Sinau Desa
Bagaimana Annisa dan kawan-kawannya tergugah mengabdi di desanya (sementara anak milenial lain kebanyakan memilih mengejar karir ke luar kota)? Jawabnya adalah karena mereka telah ‘terpanggil’ mencintai desa. Setiap hari, hidup mereka tidak lepas membahas tentang desa. Mereka rata-rata adalah anggota karang taruna.
Anak-anak muda tersebut juga anggota forum Sinau Desa di Desa Pandanlandung. Forum Sinau Desa adalah komunitas cair yang rutin berdiskusi mengenai berbagai hal tentang desa. Komunitas dibuat oleh beberapa orang yang peduli perkembangan desa. Bisa jadi, karena terus diskusi dan belajar soal desa, maka anak-anak muda itu menjadi tebal semangat berdesanya.
Forum Sinau Desa terbentuk secara alami dari diskusi oleh 2-3 orang setiap harinya pada tahun 2018 di Kedai Kopi Kawee Pandanlandung. Sebuah kedai kopi milik Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Wagir. Seiring waktu, anggota forum Sinau Desa berkembang mulai dari perangkat desa (di Kecamatan Wagir), camat, jurnalis, pendamping desa, pegiat desa, dan masyarakat umum.
Beberapa kali diskusi, hadir juga pegiat desa dari luar Malang seperti Kediri, Situbondo, dan Pasuruan. Agenda diskusi digelar rutin minimal dua kali sebulan. Namun komunitas ini juga memiliki grup WA, di mana bisa menjadi ajang tanya jawab tentang desa setiap saat.
Hingga kini, forum Sinau Desa terus berjalan. Beberapa ‘orang pusat’ baik dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), termasuk satgas dana desa, diundang untuk menularkan ilmu secara gratis. Semangat membangun desa pun terus membara.