TOKYO, SELASA — Pasar saham di Asia pada awal perdagangan Selasa (19/2/2019) menanjak mendekati level tertingginya dalam kurun waktu empat bulan terakhir. Sentimen utama yang menaungi pasar lebih banyak pada harapan negosiasi perdagangan Amerika Serikat-China membuat kemajuan positif dan ekspektasi stimulus kebijakan dari bank sentral.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang sedikit berubah di awal perdagangan, berada di dekat level tertinggi dalam empat bulan sementara Indeks Nikkei 225 Jepang bergerak mendatar. Di tengah pasar saham Wall Street yang libur di awal pekan, sentimen pasar terdorong oleh kenaikan indeks STOXX 600 dari saham Eropa menyentuh level tertinggi empat bulan pula.
Laporan kemajuan dalam pembicaraan perdagangan antara AS-China telah mendorong investor untuk sedikit optimistis bahwa kedua negara dapat mencapai kompromi. Hal itu semata untuk menghindari kenaikan tarif pada 1 Maret 2019, meskipun beberapa detail dari pembicaraan belum juga muncul.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pekan lalu bahwa dia mungkin memperpanjang tenggat waktu 1 Maret itu. Jika hal itu benar maka AS akan menghentikan kenaikan tarif langsung atas impor China senilai 200 miliar dollar AS menjadi 25 persen dari sebelumnya 10 persen.
Perubahan sentimen pun terlihat di pasar saham China di mana terjadi kenaikan cukup tajam. Indeks MSCI A China naik 6,5 persen bulan ini. Hal itu menjadikannya sebagai indeks dengan kinerja terbaik di kawasan Asia. Selain itu, investor sekarang terlihat kembali ke pasar aset berisiko setelah bank sentral AS, The Federal Reserve, mengisyaratkan awal tahun ini dapat menghentikan kenaikan suku bunga karena pelemahan ekonomi AS.
"Dimulai dengan The Fed, bank sentral dunia tidak lagi condong ke arah pengetatan. Perputaran The Fed membendung kekuatan dollar AS, yang memungkinkan bank sentral di pasar negara berkembang untuk mencari kebijakan moneter yang mudah juga," kata Shuji Shirota, kepala strategi ekonomi makro di HSBC Securities . “Ekonomi global tidak harus dalam kondisi kuat sekarang tetapi kita berada dalam lingkungan \'mini-goldilocks’.”
Serangkaian data ekonomi Eropa yang lunak, termasuk angka PDB Jerman, terpantau telah membebani mata uang euro. Komentar dari pejabat bank sentral Eropa ECB, Olli Rehn, di awal pekan ini telah mendorong spekulasi ECB akan meluncurkan putaran lain Operasi Pembiayaan Ulang Jangka Panjang Bertarget (TLTRO) untuk mendukung pinjaman bank. (REUTERS)