Tanggul Setinggi 4 Meter Persulit Akses Warga Kaliadem
Oleh
J Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tanggul setinggi 4 meter membatasi area dermaga dengan ruang tunggu penumpang Pelabuhan Kaliadem, Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara. Akses masuk-keluar satu-satunya hanyalah tangga curam untuk melewati tanggul itu. Sejumlah warga, terutama asal Kepulauan Seribu, mengeluhkannya.
Salah satu keluhan mereka, akses tangga mempersulit pengangkutan barang dari kendaraan ke kapal ataupun sebaliknya. Dalam pantauan pada Senin (18/2/2019), tiga kuli pelabuhan memindahkan boks-boks berisi ikan yang terbenam es batu satu per satu melewati tangga tanggul.
Kemiringan tangga sekitar 45 derajat. Setiap mendorong satu boks ikan, para kuli itu mengambil jeda istirahat sebelum mencapai puncak tanggul, lalu membiarkan boks meluncur ke bawah. Setelah itu, mereka kembali ke kapal mengambil boks lain dan mengulangi prosedur serupa.
Warga Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Suhamdi (43), mengatakan, ia memiliki usaha penjualan bahan pangan pokok di rumahnya. Biasanya, sambil menakhodai kapal tradisional untuk mengangkut penumpang ke Pulau Tidung, ia juga membawa serta bahan pokok yang dibelinya di Muara Angke.
Namun, sekitar sebulan ini, ia memilih tidak berbelanja di Muara Angke. ”Sejak ada tanggul dan jalan hanya lewat tangga, saya beli bahan pokok di Rawa Saban (Kabupaten Tangerang) saja, tidak beli di Muara Angke,” ucapnya.
Sebelum ada tanggul, kendaraan pengangkut bahan pokok bisa merapat ke dekat kapal sehingga pemindahan barang mudah dilakukan. Kini, kendaraan tidak bisa mendekat karena terhalang tanggul. Suhamdi enggan menambah biaya untuk jasa kuli.
Warga Blok Empang Muara Angke, Ruman (57), menuturkan, karena ada tanggul, kendaraan pengangkut bahan pokok, di antaranya mobil bak dan gerobak motor atau odong-odong, kebanyakan melalui jalan memutar lewat pinggir Kali Adem dan melintasi permukiman Blok Empang agar bisa mendekati dermaga. Sebagian ruas jalan belum dibeton sehingga rentan tergenang air seusai hujan atau rob.
Ia pun bersama rekan-rekannya ikut mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar ruang selebar 1-1,5 meter antara tanggul dan bangunan warga dijadikan jalan untuk membawa barang ke kapal serta oleh penumpang yang tidak kuat naik tangga. Kenyamanan penumpang penting bagi mereka yang mengelola perparkiran dan usaha toilet umum di sana. ”Kalau ada wisatawan pakai kursi roda, kan, susah lewat tangga tinggi begitu,” ujar Ruman.
Warga Pulau Kelapa, Jupli Ali (41), juga berharap ada akses selain tangga bagi penyandang disabilitas. Anggota gerak bawahnya sedikit lumpuh dari pinggang ke kaki setelah mengalami dekompresi karena menyelam di perairan Kalimantan Barat, empat tahun lalu.
Jupli butuh ke Jakarta tiga pekan sekali untuk terapi serta untuk urusan lain, termasuk berbelanja. ”Kamis (14/2/2019) lalu, saya paksakan lewat tangga, tetapi saya tidak kuat kalau terus-terusan begitu nantinya,” katanya.
Pada Kamis (7/2/2019), Wakil Bupati Kepulauan Seribu Junaedi meninjau tanggul dan tangga akses dermaga. Ia mengatakan menerima banyak keluhan dari warga Kepulauan Seribu soal tangga itu.
Kepala Pelabuhan Kaliadem Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andi Irham mengatakan, menurut rencana Dishub DKI, tangga itu hanya akses sementara. Nantinya fasilitas yang lebih nyaman bakal dibangun bersamaan dengan renovasi fasilitas pelabuhan. ”Akses penumpang dan barang nantinya berbeda,” ucapnya.
Tahun lalu, Kepala Dishub DKI yang saat itu dijabat Andri Yansyah mengatakan, pihaknya menyiapkan anggaran Rp 120 miliar untuk renovasi total Pelabuhan Kaliadem tahun 2019. Menurut rencana, renovasi selesai tahun ini juga (Kompas, 13/7/2018).
Namun, sambil menunggu rencana itu terealisasi, Dishub DKI saat ini membuat jalan setapak di antara tanggul dan bangunan warga dengan bahan semen. Pantauan pada Senin siang, semen pada sebagian area jalan itu masih basah.
Meski demikian, lanjut Andi, akses itu hanya untuk pengangkutan barang. Penumpang tetap diarahkan untuk melewati tangga agar mudah dijangkau petugas pemindai tiket.
Menurut dia, meski terdapat keluhan, keberadaan tanggul dan tangga tidak mengurangi minat wisatawan ke Kepulauan Seribu via Kaliadem. Pada hari kerja, rata-rata 200 orang menyeberang setiap hari dari pelabuhan ini. Pada hari Sabtu dan Minggu, angkanya melonjak menjadi 500-1.000 penumpang per hari.