Ibu Negara Iriana Joko Widodo berbincang dengan Mama Baru, penenun tradisional Maluku di kantor Dekranasda Provinsi Maluku, Ambon, Selasa (19/2/2019). Tenun ikat dengan alat tenun tradisional mengutamakan proses. Mulai dari pemintalan benang, proses menenun, sampai satu helai kain terbentuk diperlukan waktu 2-3 bulan.
Namun, MM Barutressy (68) tetap menekuni tenun ikat ini. Sebelumnya, ibu yang lebih suka dipanggil ”Mama Baru” ini sempat berhenti menenun karena bekerja sebagai guru di SMP Negeri 3 Ambon dan SMA Negeri 1 Ambon. Setelah pensiun, dia kembali pada keterampilan yang sudah dikenalnya sejak berusia sepuluh tahun itu.
Ibu Negara dengan sabar menyimak dan berdialog dengannya tentang tenun ikat khas Maluku yang ditenun Mama Baru.
Dalam kunjungan kerja Nyonya Iriana Joko Widodo bersama para istri menteri dalam wadah Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja ke Ambon, Maluku, Selasa (19/2/2019) hingga Rabu (20/2/2019), Mama Baru pun bercerita. Ibu Negara dengan sabar menyimak dan berdialog dengannya tentang tenun ikat khas Maluku yang ditenun Mama Baru.
Tenun ikat khas Maluku ini, menurut Mama Baru, memiliki motif khas patung, cengkeh, dan pala. Adapun warna tradisional tenun Maluku adalah merah. Namun, dia kini menyesuaikan warna sesuai permintaan konsumen.
Untuk tenun ikat tradisional ini, salah satu kendalanya adalah kapas. Sebab, di Maluku sudah tak ada yang menanam kapas. Karena itu, Mama Baru berharap ketersediaan bahan baku ini lebih baik ke depan.
Selain itu, diakui tak ada anak muda yang berminat mengerjakan tenun dengan alat tenun sangat manual ini. Mama Baru saat ini hanya meneruskan keterampilannya kepada cucunya. Ketiga anak Mama Baru saat ini menjadi pegawai negeri sipil dan tak sempat menenun.
”Kain itu sudah mau langka,” ujar Mama Baru.
Iriana tak hanya berdialog. Dia juga memperhatikan cara Mama Baru menenun. ”Saya lihat saja,” ujarnya ketika ditawari untuk mencoba menenun.
Mama Baru menunjukkan cara menenun dengan alat tenun tradisional, dengan alat pengatur benang dan papindaiannya, serta cara dia mengatur pola dengan menghitung benang secara cermat. ”Jadi diikat sendiri motifnya, Ibu,” kata Mama Baru.
Kerajinan rakyat
Dari Batik Juindah yang dikelola Mama Baru, Iriana pun membeli selembar kain tenun ikat berwarna hitam dan batik bermotif pala. Ajudannya pun menyelesaikan pembayaran kain tersebut.
Di tempat sama, Iriana juga mengamati kerajinan dan usaha kecil menengah rakyat di Maluku. Salah satunya adalah olahan kenari yang dikelola Nenny Berhitu, seperti kenari panggang, sarut kenari, dan roti.
Nenny kemudian menunjukkan pohon kenari di Maluku yang berbuah lebih besar. Ia juga memberikan bibit pohon kenari tersebut kepada Iriana untuk ditanam di Bogor.
Selain itu, Nenny pun menyiapkan beberapa kotak penganan andalannya untuk diberikan kepada Iriana. Sambil tersenyum, Iriana berkata, ”Saya beli saja.”