Sehari setelah Gunung Merapi meningkat aktivitasnya, Gunung Bromo erupsi dengan mengembuskan abu vulkanik setinggi 600 meter dari puncak.
MALANG, KOMPAS Gunung Bromo di Jawa Timur erupsi pada Selasa (19/2/2019) pukul 05.30. Gunung setinggi 2.392 meter di atas permukaan laut tersebut mengembuskan abu vulkanik setinggi 600 meter dari puncak. Masyarakat diimbau tidak panik dan menjauhi radius 1 kilometer dari puncak.
Abu vulkanik erupsi Bromo tampak berwarna putih coklat tipis sampai tebal. Tidak ada pijar api atau lontaran batu. ”Biasanya ini erupsi awal. Akan terus kami amati, apakah erupsi berhenti atau akan meningkat,” kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Pos Pantau Gunung Api Bromo, Wahyu Andrian Kusuma.
Menurut Wahyu, dampak terbesar akan dirasakan petani kentang di Desa Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Wilayah itu paling dekat dengan embusan abu.
Wahyu mengatakan, tanda-tanda peningkatan aktivitas Bromo terlihat sejak 30 Desember 2018. Saat itu, ada beberapa gempa vulkanik.
Kepala Seksi Pembangunan Desa Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Edi Wardoyo mengatakan, erupsi Bromo masih aman. ”Tidak ada dampak serius seperti erupsi tahun 2016. Warga tetap beraktivitas normal. Tidak ada timbunan abu di tanaman kentang. Hanya ada abu sedikit, tidak mengganggu warga,” katanya.
Penerbangan di Bandara Abdulrachman Saleh, Malang, juga berlangsung normal. Gunung Bromo erupsi pada Desember 2015 hingga Juli 2016. Saat itu, Bromo melontarkan bebatuan, debu, dan pasir vulkanik, bergemuruh, serta mengeluarkan lava pijar. Bahkan, perayaan adat Tengger, Kasodo, dilakukan di tengah guyuran abu vulkanik.
Pada September 2016, aktivitas Bromo meningkat sehingga berstatus Siaga. Sementara itu, pada Selasa dini hari hingga siang, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, sedikitnya ada 26 gempa susulan dengan magnitudo bervariasi setelah terjadi gempa bermagnitudo 5,6 pada pukul 02.30 yang berpusat di 170 kilometer arah selatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
”Gempa-gempa kecil lebih baik ketimbang energi tersimpan dan keluar sekali, tetapi dengan kekuatan besar,” ujar Kepala BMKG Stasiun Geofisika Karangkates, Malang, Musripan.
Sejauh ini tak ada laporan kerusakan akibat gempa ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang. BPBD bersiaga mengantisipasi gempa-gempa susulan. Sumber gempa berada di kedalaman 42 kilometer dan tidak berpotensi tsunami.
Fluktuatif
Sehari setelah aktivitasnya meningkat, Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, kemarin, relatif tenang. Hal ini menunjukkan aktivitas vulkanik Merapi masih fluktuatif.
Data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi menunjukkan, pada Selasa pukul 00.00- 18.00, Merapi hanya mengalami 16 kali guguran dengan durasi 11-55 detik. Ada satu guguran terlihat dengan jarak luncur 500 meter menuju hulu Kali Gendol, Kabupaten Sleman, DIY.
Senin lalu, ada 95 guguran di Merapi. Sebanyak 30 kali guguran teramati dengan jarak luncur 150-900 meter menuju hulu Kali Gendol. Merapi juga tujuh kali memuntahkan awan panas guguran, Senin, mengarah ke hulu Kali Gendol.