JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan BUMN yang membangun infrastruktur tidak hanya menjadi motor penggerak pertumbuhan, tetapi juga menjadikan Indonesia menarik di mata investor dunia. Sudah banyak investor asing yang berinvestasi di Indonesia dan ikut membangun Indonesia setelah berkolaborasi dengan BUMN.
”Dari jalan tol, pelabuhan, jalur kereta, dan sebagainya, sudah banyak investor asing masuk dan mereka bekerja sama dengan BUMN,” kata Ketua Pusat Studi BUMN Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) Cyrillus Harinowo, di sela-sela Seminar Nasional Kebangkitan BUMN dalam Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan, di Jakarta, Selasa (19/2/2019).
Selain terlibat dalam pembangunan, ada juga investor asing yang menanamkan modal melalui instrumen pasar modal, seperti obligasi dan saham.
”Ketika BUMN meluncurkan obligasi di pasar modal dunia, laku dan permintaannya berlipat-lipat. Bahkan, PT Jasa Marga (Persero) Tbk berhasil mendapatkan suntikan modal melalui Komodo Bond di London dalam mata uang rupiah,” ujar Cyrillus.
Wakil Presiden RI periode 2009-2014 Boediono dalam sambutan singkatnya menyampaikan, untuk mendorong pertumbuhan BUMN dan pertumbuhan ekonomi, sudah saatnya dibuat cetak biru bersama untuk membangun infrastruktur.
”Kita harus punya cetak biru bersama agar manfaat infrastruktur bisa maksimal dalam meningkatkan produktivitas. Sinergi dalam rencana dan pelaksanaan sangat penting,” kata Boediono.
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha BUMN Aloysius Kiik Ro menyebutkan, BUMN menyandang dua peran, yakni pusat penambahan nilai komersial dan sebagai agen pembangunan. ”Di bidang infrastruktur, BUMN menjadi agen pembangunan, tetapi BUMN tidak boleh merugi. Ini tercantum dalam undang-undang,” lanjutnya.
Tugas
Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Syarif Burhanuddin menambahkan, Kementerian PUPR mempunyai tugas menyediakan infrastruktur untuk kesejahteraan masyarakat, mengatasi urbanisasi, serta menjaga ketahanan pangan, air, dan juga energi.
”Kami membutuhkan dukungan BUMN karena 35-40 persen belanja modal PUPR dilaksanakan BUMN. Nilainya lebih dari Rp 100 triliun,” kata Syarif.
Dia menyebutkan, kini BUMN telah membangun dengan pendekatan konstruksi hijau yang meminimalkan penggunaan sumber daya. ”Dengan konstruksi hijau, konstruksi akan lebih ramping dan limbah akan berkurang. Dengan pendekatan ini, biaya pembangunan memang lebih besar, tetapi akan lebih murah karena tidak ada limbah dan biaya perawatan lebih murah,” tutur Syarif.
Dengan konstruksi hijau, konstruksi akan lebih ramping dan limbah akan berkurang. Dengan pendekatan ini, biaya pembangunan memang lebih besar, tetapi akan lebih murah karena tidak ada limbah dan biaya perawatan lebih murah.
Sementara itu, Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) Bintang Perbowo mengatakan, dalam menjalankan bisnis, BUMN mendapat penugasan dari negara. Ia mencontohkan pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatera yang membutuhkan dana Rp 250 triliun. Pemerintah telah menyuntikkan dana yang digunakan untuk mencari pinjaman lebih besar sebagai modal usaha.
”Penugasan itu diberikan untuk menumbuhkan peluang-peluang ekonomi di daerah yang tidak mempunyai nilai komersial. Trans-Sumatera yang semula dianggap tidak memiliki nilai komersial, setelah dibangun, ternyata mendapatkan respons yang baik,” ucap Bintang.
Dia mencontohkan, Tol Trans-Sumatera ruas Medan-Binjai yang semula dianggap sepi kini mulai ramai. Lalu lintas harian mencapai 20.000 kendaraan per hari. Padahal, nilai keekonomiannya 22.000 kendaraan per hari.