JAKARTA, KOMPAS — Industri asuransi umum membukukan pertumbuhan pendapatan premi sepanjang 2018 sebesar 9,87 persen secara tahunan. Meski capaian premi tumbuh subur, beban usaha menekan pertumbuhan laba perusahaan asuransi umum.
Pendapatan premi 76 perusahaan asuransi umum yang tergabung dalam Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) sepanjang 2018 mencapai Rp 69,9 triliun. Adapun laba sepanjang 2018 tumbuh 4,59 persen menjadi Rp 5,71 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sementara itu, total klaim asuransi umum hingga akhir 2018 tercatat mencapai Rp 30,1 triliun. Capaian ini tumbuh 8,1 persen jika dibandingkan dengan capaian total klaim asuransi umum tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 27,7 triliun.
Direktur Eksekutif AAUI Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengatakan, pertumbuhan premi tahun ini yang nyaris mencapai dua digit disebabkan tingkat kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk asuransi meningkat.
”Stabilitas ekonomi memicu peningkatan pembelian produk asuransi oleh masyarakat. Semakin banyak pengguna asuransi, berarti premi yang diperoleh perusahaan asuransi meningkat,” kata Dody di Jakarta, Rabu (20/2/2019).
Pertumbuhan premi tahun ini yang nyaris mencapai dua digit disebabkan tingkat kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk asuransi meningkat.
Dody mengatakan, kontributor utama atas kenaikan premi adalah dua lini bisnis utama, yakni asuransi harta benda dan asuransi kendaraan bermotor. Pada tahun lalu, kontribusi kedua lini bisnis ini mencapai 60 persen dari total premi asuransi umum nasional.
Meski pendapatan premi meningkat nyaris dua digit tahun lalu, kenaikan jumlah beban underwriting cukup menekan pendapatan laba. Jumlah beban underwriting pada 2018 meningkat 12,6 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp 20,37 triliun.
Underwriting adalah sebuah proses identifikasi dan seleksi risiko dari calon tertanggung yang mengasuransikan dirinya di sebuah perusahaan asuransi.
”Peningkatan beban ini adalah imbas dari peningkatan nilai klaim bruto, klaim reasuransi, serta cadangan klaim sepanjang tahun lalu,” ujar Dody.
Wakil ketua merangkap Ketua Bidang Statistik, Riset, Analisa, dan Aktuaria AAUI Trinita Situmeang mengatakan, kenaikan jumlah beban usaha sebesar 11,78 persen juga turut memengaruhi realisasi laba perusahaan asuransi umum tahun lalu.
”Beban usaha memang naik sehingga mempengaruhi laba industri cenderung flat kalau melihat rasio beban usaha naik dari 19,58 persen menjadi 19,94 persen,” ujarnya
Trinita memaparkan, jumlah beban usaha terbesar berasal dari beban pemasaran yang tumbuh 27,75 persen, disusul beban pegawai dan pengurus 14,78 persen, beban pendidikan dan pelatihan 7,75 persen, serta beban umum dan administrasi lain 1,09 persen.
Menurut Trinita, pertumbuhan laba tahunan di bawah 5 persen juga disebabkan oleh faktor kinerja hasil investasi.
Beban usaha memang naik sehingga mempengaruhi laba industri cenderung flat. Jumlah beban usaha terbesar berasal dari beban pemasaran yang tumbuh 27,75 persen, disusul beban pegawai dan pengurus 14,78 persen.
Gejolak
Dody menganggap penurunan hasil investasi sebagai hal yang wajar mengingat kondisi pasar modal pada tahun lalu mengalami gejolak yang cukup kuat. Gejolak tersebut berimbas pada kinerja investasi, khususnya dari instrumen berbasis ekuitas turut tertekan.
”Untungnya, industri asuransi umum banyak menyimpan dana di keranjang deposito sehingga penurunan kinerja investasi pun tidak terlalu parah,” ujarnya.
Berdasarkan data AAUI, sepanjang 2018 sebanyak 36,3 persen dari total nilai investasi asuransi umum disimpan dalam instrumen deposito, disusul dengan reksadana sebesar (22 persen), dan surat berharga negara (13,3 persen).