Menonton Debat Menentukan Pilihan
Menjelang Pemilu 2019, debat calon presiden dan wakil presiden menjadi tontonan yang menarik. Seluruh masyarakat Indonesia pasti akan meluangkan waktu untuk menonton debat, baik secara langsung maupun melalui siaran televisi. Tak terkecuali, generasi muda yang penasaran dengan visi misi calon pemimpin negara.
Pada debat yang kedua, Minggu (17/2/2019) dua capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto menyampaikan visi misi terkait dengan tema yang ditentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU), yaitu energi, sumber daya alam, lingkungan hidup, infrastruktur dan pangan. Di sekitar tempat acara debat, banyak orang yang berkumpul di Parkir Timur Senayan untuk nonton bareng debat. Malam itu, nobar debat tidak hanya dihadiri oleh kalangan tua, tetapi juga anak muda.
Dengan antusias mereka datang mendukung calon presiden pilihannya.
Mereka kompak mengenakan pakaian senada bergambar simbol partai pengusung capres maupun atribut kampanye lainnya. Ada yang berwarna merah, biru, hijau maupun kuning. Di tengah lapangan, semua yang hadir berbaur menjadi satu untuk menyaksikan debat. Meski hanya menyaksikan lewat layar lebar, mereka tetap semangat menyanyikan yel-yel untuk mendukung capres pilihannya. Apalagi saat capres yang didukungnya sedang berbicara.
Bagi Yuna (27), yang ikut nobar debat, anak muda tidak boleh acuh terhadap politik. Tak tanggung-tanggung, dia pun bergabung menjadi sukarelawan salah satu capres. Yuna menaruh harapan besar terhadap sistem demokrasi Indonesia lewat Pemilu 2019. “Semoga demokrasi Indonesia semakin baik lagi, serta isu-isu yang mampu memecah belah dapat kita hindari,” ujar Yuna.
Sebagian generasi muda memilih nonton debat melalui televisi. Melalui debat, mereka bisa mengetahui visi misi calon pemimpin negara sehingga bisa menentukan pilihan.
Sida Siddkah Tahirah, mahasiswa Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Terbuka mengungkapkan, generasi muda lebih percaya pilihan sendiri sesuai hati nurani dan pertimbangan setelah banyak membaca dan mencari informasi terkait calon. Mereka juga pandai memilah berita bohong dan benar serta tidak ingin mendapat informasi yang menyesatkan.
"Saya dan teman-teman sering berdiskusi membahas tentang berbagai informasi termasuk soal pemilihan caleg dan presiden. Bukan hanya percaya satu sumber. Kami saling memberi pengetahuan dari berbagai ilmu," katanya.
Sementara itu, Nastiti Setyaningtyas, mahasiswi Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta mengungkapkan debat capres dan cawapres bermanfaat untuk dirinya yang akan segera menentukan pilihan. "Harapan saya dengan adanya debat, anak muda bisa menilai apakah calon pemimpin yang dipilih benar-benar sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh Indonesia,” kata Nastiti.
Nastiti berpendapat para kandidat sebaiknya bisa menyiapkan debat lebih mantap lagi agar yang ramai di media sosial adalah isi dari debat, bukan sikap-sikap mereka yang justru lebih mencuri perhatian. Dengan demikian, program-program kerja yang ditawarkan tersebut bisa dibahas lebih dalam lagi oleh anak-anak muda.
Harapan saya dengan adanya debat, anak muda bisa menilai apakah calon pemimpin yang dipilih benar-benar sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh Indonesia.
Keriuhan debat capres dan cawapres juga ramai di media sosial. "Kompas Muda" lewat Instagram Story menanyakan ke anak muda terkait dengan debat. Lumayan banyak juga yang merespon. Misalnya, saat ditanya tentang bagaimana keseruan nobar debat. Beragam komentar, dari mulai yang seru sampai landai-landai saja diungkapkan generasi muda.
Akun @anitaaa.rahim mengatakan, “Seru..karena dengan nonton bersama dapat beradu argumen mengenai pilihan masing-masing”. Di sisi lain, banyak juga yang merasa biasa saja saat menonton kedua capres menyampaikan visi misi dan saling melemparkan pertanyaan.
Bukan hanya pertanyaan terkait debat, kami juga menanyakan hal-hal mengenai tema yang dibahas, yaitu lingkungan hidup. Pertanyaan mengenai bagaimana gaya hidup hijau yang sudah dilakukan di lingkungan mereka masing-masing pun memancing beragam jawaban. Pengikut akun @kompasmuda langsung antusias menjawab, karena pertanyaan itu menyentuh langsung keseharian mereka.
Salah satunya, pendapat yang disampaikan @_fahrezza, "Ga gunain sedotan plastik, belanja pakai tas kain, juga beli minuman yang ditaruh di botol minuman."
Dunia pendidikan
Airlangga Pribadi, pengamat politik sekaligus Dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya mengatakan, kalangan mahasiswa sebagai lapisan kalangan terdidik di Indonesia sangat membutuhkan debat capres dan cawapres. Mereka memiliki pengetahuan dan analisa memahami persoalan sosial sehingga dapat memberi penilaian tentang bagaimana performa dan kapasitas calon pemimpin bangsa.
Menurut Airlangga, saat ini, para kandidat pemilihan presiden Pemilu 2019, dalam kampanye maupun debat, kurang memberikan penjelasan tentang harapan maupun narasi dan proyeksi kepemimpinan ke depan bagi Indonesia. Alih-alih memberikan sebuah harapan baru, tambah Airlangga, mereka baru sibuk untuk saling mengkritik dan mematahkan pendapat yang lain.
“Bagi kehidupan mahasiswa, debat capres harus mulai mempertimbangkan isu-isu penting terkait dunia pendidikan dan mahasiswa. Persoalan sosial yang dihadapi oleh mahasiswa seperti tingginya biaya kuliah yang ada, yang tidak dapat terjangkau semua khalayak, pemerataan pendidikan, problem merebaknya intoleransi di dunia kampus, maupun bagaimana hubungan antara pendidikan dunia kampus dan kesempatan di dunia kerja adalah isu-isu penting yang harus dikemukakan dalam debat capres,” kata Airlangga.
Persoalan sosial yang dihadapi oleh mahasiswa seperti tingginya biaya kuliah yang ada, yang tidak dapat terjangkau semua khalayak, pemerataan pendidikan, problem merebaknya intoleransi di dunia kampus adalah isu-isu penting yang harus dikemukakan dalam debat capres.
Dalam pilpres kali ini, menurut Airlangga, meski terlihat kedua kandidat banyak mencoba menarik dukungan dari dunia kampus, dari mahasiswa maupun alumni, namun isu-isu kebijakan yang terkait dengan dunia kampus dan pendidikan tidak banyak mendapat perhatian. Kesan kuat yang muncul, mereka dibutuhkan dukungannya untuk memenangkan pertarungan pilpres tanpa memberi perhatian kalangan pendidikan tinggi dan dunia kampus.
Masih ada dua debat lagi yang akan diselenggarakan KPU, hingga nanti saatnya kita memilih wakil rakyat dan presiden pada 17 April 2019. Kita masih memiliki kesempatan untuk menimbang siapa pemimpin yang layak membawa Indonesia lebih maju. Debat masih menjadi ajang yang selalu ditunggu oleh kita semua. (E14/E17)