Merintis Perubahan Pola Pengelolaan Sampah Jakarta
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyusun sejumlah upaya untuk mengubah pola pengelolaan sampah, dari semula pengendapan di tempat pembuangan sampah terbuka menjadi pengolahan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Langkah-langkah ini terus dirintis kendati saat ini belum memperlihatkan hasil signifikan.
Sejumlah upaya tersebut adalah gerakan bank sampah di tingkat RW, pengolahan limbah elektronik (e-waste), pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di tempat pembuangan sampah terpadu, instalasi pembuatan pupuk kompos (komposting) dan pembangunan insinerator yang membakar sampah untuk pembangkit listrik (intermediate treatment facility/ITF).
ITF digadang-gadang sebagai pengelolaan sampah Jakarta di masa mendatang yang tidak lagi membuat sampah menumpuk dengan pola tempat pembuangan sampah terbuka seperti saat ini.
Sejauh ini, baru gerakan bank sampah dan pengolahan sampah elektronik yang sudah berjalan. Akan tetapi, minat masyarakat untuk memanfaatkannya masih minim.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, saat ini sudah ada 1.400 bank sampah dari tingkat RW hingga kecamatan di DKI Jakarta. Namun, bank-bank sampah tersebut baru bisa mengolah sampah sekitar 90 ton sehari.
Jumlah ini masih sangat kecil dari produksi sampah Jakarta yang masuk ke tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) sebesar 6.500-7.000 ton per hari.
”Memang ada yang baru berjalan, ada yang sudah bagus sekali. Tapi bagi saya tidak apa-apa, karena bisa untuk cikal-bakal ke depannya. Masih banyak masyarakat yang belum ikut bank sampah karena merasa belum penting,” katanya di Jakarta, Selasa (19/2/2019).
Saat ini PLTSa yang tengah dibangun di TPST Bantargebang sudah 80 persen selesai. Menurut rencana, PLTSa ini diresmikan pada akhir Maret 2019. Namun, PLTSa ini pun baru mampu mengolah sampah maksimal 100 ton per hari dengan keluaran listrik maksimal 450 kilowatt per jam (KWH).
Jumlah ini pun masih sangat kecil dibandingkan volume sampah Jakarta per hari. Sementara, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menargetkan pengurangan sampah hingga 18 persen tahun 2019 ini atau mengurangi produksi sampah hingga 1.260 ton sehari.
ITF menjadi harapan terbesar untuk mengurangi sampah mengendap dari Jakarta. Saat ini, pembangunan ITF Sunter masih terus berproses dan tengah pada tahap mengurus izin mendirikan bangunan (IMB).
ITF Sunter ini ditargetkan bisa beroperasi pada 2021. ITF ini akan mampu mengolah sampah maksimal 2.200 ton per hari untuk menghasilkan 30-35 megawatt per jam (MWH).
Isnawa mengatakan, tahun ini pihaknya juga memperoleh anggaran Rp 750 miliar untuk mendirikan ITF tambahan. Anggaran ini diperkirakan bisa untuk pengadaan tanah di dua atau tiga lokasi untuk mendirikan ITF. Setiap ITF ini diproyeksikan dapat mengolah sampah 1.000-2.000 ton per hari.
”Banyak perusahaan yang sudah mengajukan surat minat untuk mengembangkan ITF di Jakarta, sudah 25 perusahaan kami verifikasi validitasnya,” katanya.
Limbah elektronik
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta merupakan satu-satunya instansi pemerintahan daerah yang saat ini menyediakan pembuangan limbah elektronik secara khusus. Layanan yang dirintis sekitar 1,5 tahun terakhir ini mengambil sampah elektronik dari warga yang akan dikelola secara khusus.
Untuk itu, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta sudah mempunyai kontrak dengan perusahaan swasta yang sudah mempunyai sertifikat untuk mengolah limbah elektronik dan limbah bahan berbahaya dan beracun. ”Limbah elektronik ini mempunyai racun yang berbahaya sehingga memang seharusnya dikelola secara khusus,” katanya.
Layanan kotak khusus limbah elektronik ini disediakan di hari tanpa kendaraan setiap Minggu pagi. Warga juga bisa mengumpulkan limbah elektronik secara kolektif selanjutnya menghubungi Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta untuk pengambilan.
Akan tetapi, upaya ini lagi-lagi terbentur minat warga yang masih rendah untuk memanfaatkannya. Salah satunya karena belum tersosialisasikannya layanan ini.
Untuk tahun ini, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta tengah mengejar target pengurangan sampah dengan mengurangi pemakaian sampah plastik sekali pakai. Peraturan gubernur untuk membatasi plastik sekali pakai ini terus digodok. Uji publik dilakukan dalam pekan ini.
Sebagai catatan, sampah plastik menempati posisi kedua terbanyak setelah sisa makanan. Jakarta menghasilkan sampah plastik rata-rata 14 persen dari total volume sampah harian sekitar 7.000 ton. Artinya, setiap hari Jakarta menghasilkan setidaknya 980 ton sampah plastik per hari atau sekitar 357.000 ton per tahun.