SURABAYA, KOMPAS — Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menilai, pelaksanaan pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2019 berlangsung baik. Perpanjangan waktu pendaftaran dan peningkatan kapasitas server membuat tidak ada siswa yang kehilangan kesempatan akibat bermasalah saat pendaftaran.
Pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) kali ini, jumlah pendaftar mencapai 478.985 siswa dari 14.060 sekolah. Jumlah ini hanya sekitar 62 persen dari total 778.849 siswa yang berhak dan layak mendaftar SNMPTN 2019.
Meskipun sudah dua kali dilakukan perpanjangan waktu pendaftaran, lanjut Nasir, jumlahnya tidak bertambah secara signifikan sehingga akhirnya pendaftaran ditutup pada Selasa pukul 22.00.
”Jika ada yang tidak mendaftar, itu karena mereka sudah diterima di perguruan tinggi lain yang menurut mereka lebih baik,” kata Nasir seusai menghadiri kuliah umum di Universitas Negeri Surabaya, Jawa Timur, Rabu (20/2/2019).
Nasir memastikan, sistem pendaftaran SNMPTN kali ini sudah mengakomodasi siswa-siswa berprestasi agar bisa mengikuti seleksi. Hal itu dikarenakan pembenahan pendaftaran secara dalam jaringan (daring) yang diperpanjang selama dua kali dan kapasitas server yang ditambah dua kali lipat. ”Kalau dari sisi internet tidak ada masalah,” ucapnya.
Rektor Universitas Airlangga, Surabaya, Mohammad Nasih mengatakan, tahun ini, kuota untuk mahasiswa dari jalur SNMPTN sebanyak 1.650 kursi. Mereka yang lolos akan dinilai berdasarkan prestasi di rapor selama lima semester terakhir dan indeks sekolah para pendaftar.
Melalui sistem ini, diharapkan siswa yang diterima lewat jalur SNMPTN tidak hanya didominasi dari sekolah-sekolah yang dikenal memiliki prestasi yang bagus. Sebab, setiap sekolah sudah memiliki kuota untuk siswa yang diterima di jalur bebas tes ini.
Nasih mencontohkan, apabila kuota di suatu sekolah hanya satu orang, tapi pendaftar mencapai lima orang, maka hanya ranking satu yang diterima. ”Sistem yang diterapkan Unair akan memangkas penerimaan mahasiswa baru yang selama ini banyak didominasi sekolah favorit,” kata Nasih.