JAKARTA, KOMPAS — Relawan Perempuan Tangguh Pilih Jokowi-KH Ma’ruf Amin, Rabu (20/2/2019, menginisiasi gerakan #KampanyeDamai yang bertujuan mempererat persatuan di tengah masyarakat. Ini termasuk upaya untuk menjalin hubungan persahabatan dengan pendukung pasangan calon presiden Prabowo dan calon wakil presiden Sandiaga Uno.
Sebagian di antara anggota Perempuan Tangguh Pilih Jokowi-KH Ma’ruf Amin (Pertiwi) itu berkumpul di pusat perbelanjaan Senayan City, Jakarta, untuk melakukan aksi simpatik. Sebagian besar adalah perempuan berusia di atas 40 tahun dari berbagai macam latar belakang pekerjaan.
Inisiator yang juga Ketua Umum Pertiwi, Putri Kuswisnu Wardani, mengatakan, salah satu pemicu didirikannya organisasi itu adalah sejumlah perselisihan yang belakangan cenderung terjadi di lingkungan pertemanan atau bahkan keluarga. Perselisihan itu terjadi menyusul ada perbedaan preferensi politik dan berlainannya dukungan yang diberikan kepada pasangan capres dan cawapres tertentu.
Putri pun mengaku mengalami hal tersebut. Ia menambahkan, perselisihan yang misalnya terjadi dalam kelompok arisan di lingkungan pertemanan tersebut sebagian diekspresikan dengan tidak saling melakukan komunikasi. Makin meluasnya kecenderungan permusuhan di antara sebagian anggota masyarakat inilah yang menjadi titik balik dan akhirnya berujung dengan pembentukan Pertiwi.
Target gerakan #KampanyeDamai idealnya memang diarahkan pula pada sebagian politikus. Putri menyebutkan bahwa sebagian anggota Pertiwi juga merupakan politikus. Hal ini membuat sebagian politikus, dengan demikian, terpapar pula pesan-pesan yang disampaikan dalam gerakan #KampanyeDamai.
Lebih jauh, imbuh Putri, gerakan tersebut juga diharapkan berpengaruh pada sebagian kaum muda yang, menurut dia, cenderung tidak peduli pada Pemilu 2019. ”(Kaum) Milenial mayoritasnya agak cuek (dengan pemilu), (padahal) pemilu kan menentukan nasib bangsa,” ujar Putri.
Catharina Widyasrini dari Humas Pertiwi menambahkan, gerakan tersebut diawali dengan sebagian anggota Pertiwi yang menghampiri pendukung pasangan Prabowo-Sandiaga pada Rabu (13/2/2019) di sebuah pusat belanja. Mereka lalu saling berpelukan sembari menunjukkan gesture dan komunikasi yang menunjukkan dukungan kepada pasangan calon masing-masing yang mereka dukung.
Momen yang diunggah ke platform media sosial ini beroleh banyak apresiasi dari warganet. ”Kampanye damai ini penting untuk mengisi (mengganti) ruang (yang diisi) kebencian,” ujar Catharina sembari menambahkan, Pertiwi sudah beranggotakan sekitar 3.000 orang di 20 kota besar dan sebagian kota di luar negeri.
Dua anggota Pertiwi, Evi Widodo dan Yonkie Alwi, mengatakan, bergabungnya mereka ke dalam organisasi itu karena kepedulian pada anak-anak mereka dan generasi mendatang serta masa depan Indonesia yang lebih baik. Mereka menilai, hal tersebut cenderung lebih penting dibandingkan dengan sekadar perbedaan politik masing-masing yang mestilah dihormati.
Pendidikan politik
Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Dr Andy Ahmad Zaelany, saat dihubungi pada hari yang sama mengatakan, kampanye dan semua persiapan menuju Pemilu 2019 mestinya adalah pendidikan politik bagi publik. Hasilnya, secara ideal mestinya adalah pendewasaan demokrasi.
”Namun, sayangnya, pendidikan politik publik ini kurang terarah dengan baik dan lebih mengedepankan perebutan kekuasaan,” kata Andy.
Menyinggung gerakan kampanye damai yang diinisiasi sebagian kelompok pendukung capres, Andy mengatakan bahwa bangsa Indonesia masih sangat bersifat paternalistik. ”Jadi, sangat tergantung dari pemimpinnya,” ujar Andy.
Namun, sayangnya, pendidikan politik publik ini kurang terarah dengan baik dan lebih mengedepankan perebutan kekuasaan.
Oleh karena itu, tambahnya, para pemimpin dan tokoh-tokoh nasional mesti memberikan teladan bahwa mereka menghendaki kampanye damai untuk kebaikan bangsa. Salah satunya ialah dengan mempraktikkan kesantunan berbahasa yang merupakan prinsip dasar dalam berbagai kebudayaan di Indonesia.
Sementara menurut Profesor Riset Bidang Sosiologi pada Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Henny Warsilah, peran sebagai jembatan sosial yang dilakukan Pertiwi harus dilakukan bersamaan dengan kelompok serupa dari kubu Prabowo-Sandiaga.
”Harus bersamaan dengan perempuan emak-emak pendukung Prabowo-Sandi karena ini dua kepentingan yang sama-sama ingin kampanye damai,” ujar Henny.