TEMANGGUNG, KOMPAS — Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, masih terus meningkat. Jika pada Januari 2019 terdata sekitar 30 kasus, jumlahmya terus meningkat dan saat ini mencapai 59 kasus DBD.
Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung Sri Hartati mengatakan, wabah DBD memang belum mereda dan jumlah kasusnya diprediksi masih akan terus meningkat.
”Tren peningkatan kasus DBD masih akan berlangsung selama musim hujan dan diprediksi baru akan berakhir pada awal April mendatang,” ujarnya, Rabu (20/2/2019).
Tren peningkatan kasus DBD masih akan berlangsung selama musim hujan dan diprediksi baru akan berakhir pada awal April mendatang.
Dengan kondisi tersebut, menurut dia, segenap masyarakat masih harus terus meningkatkan kewaspadaannya, harus terus menjaga kebersihan lingkungan serta melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Dalam waktu dekat, kata Sri, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan semua pemerintah kecamatan untuk semakin mengintensifkan gerakan satu jumantik di tiap rumah. Gerakan satu rumah satu jumantik ini sudah menjadi gerakan wajib yang dituangkan dalam surat edaran Bupati Temanggung.
”Tidak sekadar terfokus di daerah-daerah endemis saja, program satu rumah satu jumantik ini harus merata dilakukan di semua kecamatan,” ujarnya.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kabupaten Magelang Sunaryo mengatakan, saat ini program satu rumah satu jumantik baru sebatas dilakukan intensif di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Mungkid dan Mertoyudan. Namun, diakuinya, program tersebut tidak mudah dilaksanakan.
”Di dua kecamatan itu saja, gerakan satu rumah satu jumantik belum bisa dilaksanakan menyeluruh di semua desa,” ujarnya.
Sunaryo mengatakan, hingga saat ini dirinya belum mengetahui berapa jumantik yang ada di dua kecamatan tersebut. Namun, dia memastikan, di dua kecamatan itu tiap jumantik akan terus didampingi oleh kader-kader puskesmas yang akan terus intens mengawasi dan mengecek pencapaian kinerja mereka.
Saat ini, jumlah kasus DBD di Kabupaten Magelang mencapai 33 kasus, atau meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
”Segenap masyarakat harus intens melakukan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan sekitarnya,” ujarnya.
Segenap masyarakat harus intens melakukan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan sekitarnya.
Tidak sekadar di rumah atau di lingkungan kampung, kata Sunaryo, pemberantasan sarang nyamuk juga wajib dilakukan di fasilitas umum, seperti pasar dan sekolah.
Khusus pencegahan DBD di lingkungan sekolah, menurut dia, selain pemberantasan sarang nyamuk, Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang juga meminta segenap siswa untuk melindungi dirinya sendiri dengan mengoleskan obat antinyamuk di tubuh masing-masing.
”Para siswa berpotensi tertular DBD di sekolah karena nyamuk Aedes aegepty biasanya sering berkeliaran dan menggigit pada siang hari,” ujarnya.
Baca juga:Puncak DBD Diprediksi Terjadi pada April 2019