JAKARTA, KOMPAS — Usaha mikro, kecil, dan menengah didorong memanfaatkan pasar dalam jaringan demi menjangkau lebih banyak konsumen dan mengembangkan skala bisnis. Pemerintah pun menggandeng berbagai usaha rintisan seperti Go-Jek untuk memberikan pelatihan bisnis bagi pengusaha mikro dan kecil.
Pelaksana Tugas Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Slamet Santoso, Rabu (20/2/2019), mengatakan, pemerintah melaksanakan gerakan 8 Juta UMKM Go Online selama dua tahun terakhir. Tujuannya mendorong pemanfaatan laman e-dagang agar skala bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah berkembang. Saat ini, ada sekitar 60 juta unit UMKM di Indonesia.
”Sekitar 36 persen UMKM sepenuhnya offline, sedangkan 37 persennya sudah di level online dasar karena mereka menggunakan laman internet. Yang sudah pakai media sosial ada 18 persen. Nah, yang sudah advanced dengan memanfaatkan laman e-dagang baru 9 persen. Perlu kolaborasi untuk mendorong lebih banyak UMKM go online,” kata Slamet.
Menurut Slamet, berbagai usaha rintisan dapat menjadi motor bagi laju transformasi digital UMKM. Enam usaha rintisan telah ditunjuk menjadi mitra pemerintah, antara lain Go-Jek, Bukalapak, Shopee, dan Blanja.com.
Selama 2018, misalnya, Kemkominfo mendaftarkan sekitar 100 pedagang makanan di beberapa pasar di Jakarta untuk mendapatkan pelatihan dari Go-Jek serta menjadi pedagang yang bermitra dengan Go-Food. Slamet berharap, usaha rintisan terus memberikan pelatihan bagi UMKM untuk mendukung transformasi digital.
Adapun pemerintah berperan memastikan tidak ada regulasi yang menghambat transformasi digital UMKM. ”Peran pemerintah saat ini lebih banyak simplifikasi peraturan untuk memberdayakan UMKM, menjadi fasilitator dan akselerator transformasi digital,” katanya.
Terkait dengan upaya itu, Go-Jek meluncurkan kembali program Go-Jek Wirausaha, yaitu pelatihan manajemen bisnis, khususnya di bidang kuliner. Vice President Public Affairs Go-Jek Astrid Kusumawardhani mengatakan, saat ini, 98,7 persen dari unit usaha di Indonesia adalah usaha mikro dengan aset di bawah Rp 50 juta. Umumnya semua kegiatan usaha mikro dijalankan oleh pemiliknya seorang.
”Kami ingin memberikan kelas manajemen bisnis untuk membantu usaha mikro naik kelas menjadi usaha kecil, menengah, hingga menjadi usaha besar dengan memanfaatkan teknologi,” kata Astrid.
Go-Jek Wirausaha telah berlangsung pada 2018 dengan total peserta 22.000 unit UMKM di 14 kota. Tahun 2019, Go-Jek membidik 35.000 unit UMKM di 25 kota.
Program itu terdiri dari tiga komponen. Pertama teori dan praktik manajemen bisnis, kedua pengetahuan praktis berbisnis seperti tips administrasi bisnis, pemasaran digital, dan pengaturan keuangan. Para pengusaha mikro, kecil, dan menengah akan mendapatkan berbagai tips baik dari Go-Jek maupun mitra Go-Food yang dinilai telah sukses.
”Yang ketiga adalah platform digital. Para peserta yang telah mengikuti pelatihan langsung mendapat akses ke teknologi dengan menjadi mitra Go-Food dan Go-Pay,” ujar Astrid.
Chief Commercial Expansion Go-Jek Catherine Hindra mengatakan, ada empat kendala utama yang mencegah UMKM berkembang, yaitu keterbatasan akses pasar, teknologi, modal, serta keahlian. Program ini dipercaya dapat mengatasi stagnasi pertumbuhan UMKM. Pemanfaatan teknologi Go-Pay dapat mengatasi kurangnya keterampilan manajemen arus kas serta membukakan akses kredit.
”Selama ini, institusi keuangan seperti bank membutuhkan catatan keuangan untuk bisa memberikan kredit, tapi UMKM tidak punya catatan cash management itu. Go-Pay ini memudahkan karena merchant akan dapat laporan keuangan tiap hari. Jadi, Go-Pay bisa menjadi enabler bagi UMKM,” kata Catherine. Go-Jek telah menjalin kerja sama dengan beberapa bank, seperti BNI dan BRI.
Catatan Kompas, UMKM berkontribusi pada 60,34 persen produk domestik bruto Indonesia. Pemerintah mengalokasikan Rp 3 triliun pendanaan ultramikro berbasis teknologi digital. Empat penyedia jasa sistem pembayaran telah ditunjuk, yaitu T-Money, Go-Pay, T-Cash, dan Bukalapak.
Saat ini, Go-Food telah memiliki 400.000 mitra kuliner di Indonesia dengan total transaksi 2 miliar dollar AS sepanjang 2018. Sementara itu, Go-Pay mencatatkan transaksi 6,3 miliar dollar AS.
Pola pikir
Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Dewi Meisari, mengatakan, jumlah unit usaha besar di Indonesia yang hanya 0,01 persen dari 60 juta terlampau rendah. Ia membandingkan Indonesia dengan Uni Eropa yang usaha besarnya sudah mencapai 0,2 persen dari total 20 juta unit usaha.
Dewi menilai, pelatihan manajemen bisnis dan teknologi oleh Go-Jek perlu diikuti pendampingan. Di sisi lain, masalah lain yang harus diatasi untuk mendorong perkembangan UMKM adalah pola pikir cepat puas.
”Di Pati (Jawa Tengah), misalnya, salah satu pedagang keripik yang saya bina terus berjualan di depan rumah. Saat saya tanya mengapa tidak buka cabang untuk memperluas pasar, pedagang itu bilang, sudah banyak pesanan dari dinas-dinas sehingga merasa cukup. Potensi kita besar, tapi kita terlalu santai,” kata Dewi.
Menurut dia, UMKM perlu mendapatkan dukungan karena ketahanannya terhadap tekanan ekonomi global. Sebab, kebanyakan bahan baku didapatkan dari dalam negeri. Ia berharap berbagai pelatihan dapat mengubah pola pikir para pengusaha mikro. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)