MADRID, RABU — Atletico Madrid membuktikan, teori tim tuan rumah harus tampil menyerang total untuk menang sudah ketinggalan zaman. Lewat permainan tempo lambat dan pragmatis, tim asuhan Diego Simeone itu menundukkan jawara Serie A, Juventus, pada laga pertama 16 besar Liga Champions, Kamis (21/2/2019), di Stadion Wanda Metropolitano.
Dua bek tengah Atletico yang juga penggawa tim nasional Uruguay, Diego Godin dan Jose Gimenez, menjadi pahlawan kemenangan ”Los Rojiblancos”. Selain mampu menahan serangan eksplosif dari Cristiano Ronaldo dan rekan-rekan, mereka juga menyumbang dua gol yang membawa tuan rumah unggul 2-0.
Tidak seperti tim tuan rumah yang menyerang total, Atletico bermain aman sejak babak pertama dengan tempo lambat. Bahkan, dengan kembalinya gelandang andalan, Koke, anak asuh Diego Simeone hanya menghasilkan 38 persen penguasaan bola di depan publik sendiri.
Dua gol Atletico pun bukan dari aksi solo brilian atau permainan kolektif. Keduanya berasal dari bola mati menjelang berakhirnya laga. Gimenez membuka keunggulan pada menit ke-78 lewat tendangan di muka gawang ”Si Nyonya Besar” setelah barisan pertahanan Juventus gagal menyapu umpan dari tendangan sudut.
Lima menit setelahnya, Godin menghasilkan gol kedua lewat sontekannya yang berawal dari skema tendangan bebas. Bek yang ikut menyerang saat bola mati itu memanfaatkan sapuan Mario Mandzukic yang meleset di dalam kotak penalti.
Kewalahan
Pelatih Juventus Massimiliano Allegri mengaku kebingungan menghadapi pemain pragmatis tuan rumah. ”Mereka justru memaksa kami bermain dengan tempo lambat. Hal itu membuat kami bermain buruk,” katanya kepada UEFA.com selepas laga.
Allegri yang membawa Juventus dua kali masuk final pada 2015 dan 2017 menilai anak asuhnya kewalahan pada babak kedua. Mereka terpancing Atletico yang bermain sabar tanpa menyarangkan satu tendangan sekali pun menjelang akhir babak.
Simeone memuji anak asuhnya. Dia memang memilih bermain lebih sabar. ”Kami berhasil membawa laga ini seperti yang kami rencanakan. Kami semakin nyaman setelah menit-menit berlalu tanpa kebobolan. Hingga akhirnya gol datang pada menit akhir,” ucapnya.
Pelatih asal Argentina itu memang terkenal dengan kemampuan taktis bertahan yang sangat baik. Selain berposisi gelandang bertahan saat masih bermain, Simeone juga mempelajari cara bertahan saat bertualang di Italia, penemu sepak bola bertahan, bersama Inter Milan (1997-1999) dan Lazio (1999-2003).
Dalam pertandingan pertama babak 16 besar itu, Atletico hanya menendang bola sebanyak 11 kali. Jumlah itu kalah dari tim tandang yang menendang sebanyak 14 kali.
Ronaldo, mantan bintang Real Madrid, rival sekota Atletico, yang kerap membawa mimpi buruk bagi tim tuan rumah saat derbi, gagal bersinar dalam laga tersebut. Pemenang lima kali trofi Liga Champions itu nyaris hanya mencatatkan satu peluang emas saat tendangan bebas kerasnya ditepis kiper lawan, Jan Oblak.
”Ini adalah kemenangan besar. Laga yang nyaris sempurna. Kami benar-benar agresif dalam bertahan. Kami berhasil mengontrol semua pemain menyerang mereka,” kata Oblak.
Kemenangan itu membawa Atletico lebih dekat menuju perempat final Liga Champions. Sementara itu, Juventus berada dalam tekanan saat menjalani laga kedua pada 12 Maret 2019 di Stadion Allianz. ”Si Nyonya Besar” harus menang minimal tiga gol jika ingin lolos. (UEFA.COM)