Bayern Muenchen berhasil menahan agresivitas Liverpool pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions. Mereka kini berharap memori tahun 1981 tidak terulang lagi.
LIVERPOOL, RABU—Penyanyi musik rock suatu saat bisa kehilangan teriakan dan kelincahan di atas panggung karena bertambahnya usia atau faktor lainnya. Liverpool, sebagai tim pengusung sepak bola ”rock”, rupanya merasakan hal yang sama. Mereka tidak seberisik musim lalu.
Istilah sepak bola ”rock” atau sepak bola ”heavy metal” mengacu pada gaya pelatih Liverpool Juergen Klopp yang menerapkan permainan agresif, cepat, dan menekan. Fans Liverpool berharap gaya itu mampu membuat Bayern Muenchen kewalahan pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions di Stadion Anfield, Rabu (20/2/2019) dini hari WIB.
Namun, Bayern sudah tahu cara meredam serangan Liverpool sehingga laga berakhir imbang 0-0. Melalui racikan sang pelatih Niko Kovac, Bayern berhasil mematikan langkah trio penyerang Liverpool, Sadio Mane, Roberto Firmino, dan Mohamed Salah.
Pelatih asal Kroasia ini menugaskan kedua bek sayap, Joshua Kimmich dan David Alaba, untuk mengawal Mane dan Salah. Sementara itu, dua bek tengah Bayern, Niklas Sule dan Mats Hummels, bermain sangat disiplin.
Kovac juga paham jika Liverpool jago merebut bola di lini tengah. Oleh karena itu, Bayern cenderung memainkan bola ke sektor sayap. Di situ ada Serge Gnabry dan Kingsley Coman yang memainkan peran dengan baik.
”Kami bisa bertahan dengan baik dan tim bermain seperti yang saya harapkan,” katanya.
Kekurangan Bayern hanyalah tidak bisa mencuri gol pada laga tandang itu. Padahal, dalam laga itu The Reds tidak diperkuat bek mahal, Virgil van Dijk, yang tidak bisa tampil karena mendapat hukuman akumulasi kartu kuning.
Meski demikian, Bayern tetap bisa pulang dengan kepala tegak. Bahkan, CEO Bayern Muenchen Karl-Heinz Rummenigge, seperti dikutip laman Sueddeutsche Zeitung, sampai mengatakan bahwa mendiang Josef “Sepp” Herberger pasti ikut bangga. Herbeger merupakan pelatih tim nasional Jerman Barat yang mempersembahkan trofi Piala Dunia 1954.
Produktivitas turun
Bayern, melalui hasil imbang ini, mengingatkan Liverpool yang semakin kehilangan kegarangannya di Anfield. Sejak bisa menggilas AS Roma, 5-2, di Anfield pada laga pertama semifinal Liga Champions musim 2017-2018, produktivitas gol Liverpool pada laga kandang mulai menurun.
Pada fase grup musim ini, misalnya, Liverpool masih bisa melibas Paris Saint-Germain, 3-2, di kandang. Mereka juga membantai Red Star Belgrade, 4-0, tetapi kemudian hanya bisa mengalahkan Napoli 1-0. Menghadapi Bayern, mereka tidak merayakan gol.
Klopp sadar timnya sedang mengalami masalah. ”Dalam situasi seperti ini, saya yakin, tim yang merasa lebih baik adalah Bayern,” kata Klopp seperti dikutip laman ESPN.
Liverpool masih bisa menyingkirkan Bayern dan melaju ke babak perempat final dengan meraih hasil imbang 0-0 atau 1-1 pada laga kedua nanti. Namun, Klopp juga perlu mengingat rapor merah mereka saat menjalani laga tandang. Mereka sudah kalah berturut-turut pada empat laga tandang terakhir di Liga Champions, termasuk kekalahan 2-4 dari AS Roma pada laga kedua semifinal musim lalu.
”Tekanan masih bisa beralih ke Bayern karena mereka bertanding di kandang dan fans mereka pasti memiliki ekspektasi tinggi,” kata bek Liverpool Andrew Robertson mencoba bersikap optimistis.
Apalagi, Bayern tidak bisa memainkan Kimmich yang mendapat sanksi akumulasi kartu kuning pada laga kedua. Sementara itu, Liverpool diuntungkan karena Van Dijk bisa tampil kembali.
Liverpool masih bisa optimistis jika mengingat musim 1980-1981. Waktu itu Liverpool juga bermain imbang 0-0 melawan Bayern di Anfield pada laga pertama. Lalu laga kedua berakhir imbang 1-1 sehingga Liverpool melaju ke final dan tampil sebagai juara.
Mereka hanya perlu mengulang memori indah itu. Atau Liverpool memang kota yang lebih nge-pop dengan ikon The Beatles, bukan heavy metal. Toh, yang dinyanyikan The Beatles dalam lagu ”Yesterday” mampu menggambarkan situasi The Reds akhir-akhir ini,
”Yesterday/ all my troubles seemed so far away/ Now it looks as though they’re here to stay...” (Kemarin/ semua masalahku rasanya begitu jauh/ Sekarang, masalahku seolah ada di sini…). (AFP/REUTERS)