JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia berkomitmen mendukung pertumbuhan sistem pembayaran digital. Saat ini BI tengah memproses permohonan izin usaha dua produk pembayaran digital, yakni LinkAja untuk beroperasi di pasar teknologi finansial Indonesia.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng mengatakan, LinkAja dalam waktu dekat akan segera beredar di pasar dalam negeri. Saat ini pengelola perusahaan tekfin LinkAja telah melengkapi dokumen dan mengikuti berbagai prosedur penyelesaian proses perizinan Bank Indonesia.
LinkAja merupakan alat pembayaran digital pengembangan produk alat pembayaran milik Telkomsel, yakni Tcash. Kementerian BUMN sempat memastikan LinkAja akan meluncur awal Maret 2019. Sistem pembayaran digital ini digadang menjadi produk BUMN yang akan menjadi pesaing bagi platform serupa, seperti Gopay dan OVO.
”Progres pengajuan perizinan LinkAja sebagai pendatang baru alat pembayaran digital secara elektronik lebih maju ketimbang dari luar negeri yang juga sama-sama pendatang baru di Indonesia, yakni WeChat dan AliPay,” kata Sugeng di Jakarta, Kamis (21/2/2019).
LinkAja dibentuk hasil kerja sama Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, dengan melibatkan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT Pertamina (Persero).
LinkAja merupakan alat pembayaran digital pengembangan produk alat pembayaran milik Telkomsel, yakni Tcash. Sistem pembayaran digital ini digadang menjadi produk BUMN yang akan menjadi pesaing bagi platform serupa, seperti Gopay dan OVO.
Sugeng mengatakan, saat ini WeChat Pay tengah melakukan diskusi intensif dengan bank kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV untuk bekerja sama dan melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Adapun Alipay tengah melakukan penyesuaian model bisnis dengan CIMB Niaga.
Alipay dan WeChat Pay belum bisa menggarap nasabah asal Indonesia secara langsung. Dalam kerja sama sistem pembayaran, bank BUKU IV akan bertindak sebagai acquiring bank atau bank yang dapat memproses data uang elektronik yang diterbitkan oleh pihak lain. Kerja sama ini, lanjut Sugeng, dilakukan untuk melayani turis China yang masuk ke Indonesia.
Mengacu kepada riset yang dipublikasikan Morgan Stanley pada Kamis (21/2/2019), responden survei menilai tekfin unggul karena memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan dengan para pesaingnya.
Uang elektronik yang diterbitkan tekfin dinilai lebih praktis digunakan untuk berbagai keperluan. Pasalnya, perusahaan tekfin terlebih dahulu membangun ekosistem digital sebelum kemudian melengkapinya dengan uang elektronik. Selain itu, jaringan merchant yang menerima pembayaran menggunakan uang elektronik yang disediakan tekfin semakin luas.