Indonesia Terus Upayakan Pembebasan Sandera di Filipina Selatan
Oleh
Kris Mada
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia terus mengupayakan pembebasan dua WNI yang disandera di Filipina selatan. Dengan penangkapan mereka, kini empat WNI disandera kelompok bersenjata di Filipina selatan.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, mengatakan, dua WNI asal Sulawesi Tenggara ditangkap kelompok bersenjata Filipina pada 5 Desember 2018. Mereka disergap kala sedang mencari ikan di perairan Malaysia.
”Sejak mengetahui bahwa ada WNI kembali diculik di perairan luar negeri, kami terus berkomunikasi dengan keluarga dan pihak-pihak di Malaysia ataupun Filipina,” ujarnya, Kamis (21/2/2019), di Jakarta.
Beberapa hari lalu beredar video yang menunjukkan dua WNI sedang disandera oleh kelompok bersenjata. Mereka diketahui bernama Hariadin dan Heri Ardiansyah. Penyandera meminta tebusan Rp 10 miliar.
”Secara prinsip bahwa kami melakukan semua upaya untuk pembebasan dan biasanya itu (uang tebusan) merupakan suatu hal yang tidak kami bahas sama pihak penyandera,” ujar Arrmanatha.
Penyandera meminta tebusan Rp 10 miliar.
Penyebaran video sudah berulang kali dilakukan para penyandera WNI. Cara itu untuk menekan keluarga korban agar mau membayar tebusan. Selama ini, Indonesia selalu menegaskan menolak membayar tebusan.
Penculikan WNI oleh kelompok bersenjata di Filipina sudah berkali-kali dilakukan. Total 38 orang diculik di perairan Malaysia, lalu disekap di Filipina. Dari semua korban, 34 sudah dibebaskan dan empat lagi dalam proses pembebasan. Heri dan Hari termasuk empat korban yang masih disandera.
Proses pembebasan dan masa penyekapan setiap sandera berbeda-beda. Ada sandera yang disekap lebih dari setahun. Sementara sandera lain bisa bebas dalam hitungan bulan.
Indonesia juga terus berkomunikasi dengan aparat Filipina. Sebab, militer Filipina terus menyerang lokasi yang diduga menjadi tempat persembunyian kelompok bersenjata. Indonesia tidak ingin para WNI yang disandera menjadi korban dalam operasi militer itu.
Arrmanatha juga mengatakan, Indonesia terus mengikuti proses penyelidikan mutilasi dua WNI Malaysia. Warga Jawa Barat bernama Nuryanto dan Ai Munawaroh diketahui menjadi korban mutilasi di Selangor, Malaysia, pada akhir Januari 2019.
Pelaku diduga warga asing yang bertemu korban di Malaysia. Salah satu korban, Nuryanto, identitasnya sudah dipastikan. Sementara identitas Ai Munawaroh masih proses identifikasi.
Indonesia sudah menyerahkan aneka data pendukung untuk membantu penyelidikan kasus itu. Indonesia sudah menyerahkan data pembanding untuk uji DNA. Selain itu, sudah diserahkan pula data komunikasi yang terekam di ponsel para korban. Sebagian data itu diduga memberi petunjuk siapa saja pelaku mutilasi itu. Telah diserahkan pula data transaksi keuangan dari rekening korban.