Investasi Rp 2,6 Triliun untuk Modernisasi Peralatan Navigasi
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·2 menit baca
PADANG, KOMPAS — Keselamatan dan pelayanan penerbangan memerlukan dukungan infrastruktur dan sumber daya manusia mumpuni. Tahun ini, Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia) menyiapkan investasi hingga Rp 2,6 triliun untuk meningkatkan layanan navigasi.
Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto, dalam temu media, Rabu (20/2/2019), di Padang, Sumatera Barat, menyampaikan, investasi Airnav Indonesia terus meningkat seiring pertumbuhan lalu lintas penerbangan Indonesia.
”Akhir-akhir ini kami banyak investasi di teknologi untuk kegiatan yang sifatnya otomasi,” kata Novie.
Menurut rencana, investasi itu akan digunakan untuk modernisasi peralatan yang mencakup komunikasi, navigasi, pengawasan, dan otomasi (CNS-A). Anggaran untuk otomasi memakan porsi terbesar, hingga 44 persen atau Rp 1,1 triliun. Selanjutnya, untuk bangunan beserta pendukungnya 30 persen atau Rp 779,7 miliar.
Airnav juga mengalokasikan belanja untuk peralatan komunikasi Rp 260,4 miliar atau 10 persen, pengawasan Rp 222 miliar atau 9 persen, navigasi Rp 113,5 miliar, serta mekanikal dan elektrikal Rp 71,4 miliar atau 3 persen.
Novie menambahkan, beberapa program besar akan dikerjakan Airnav Indonesia tahun ini. Program itu antara lain pembangunan menara pengendali lalu lintas penerbangan di New International Yogyakarta Airport, juga di Banjarmasin, Solo, Ilaga, Wamena, Palu, dan Muara Teweh.
Lalu lintas penerbangan di Indonesia terus meningkat, yakni dari 1,8 juta pergerakan pesawat pada 2016 menjadi 2,2 juta pergerakan pada 2017 dan 2,4 juta pergerakan pada 2018.
Menurut Novie, investasi tersebut kebanyakan untuk kegiatan yang bersifat otomasi dalam membantu menara pengendali memantau pergerakan pesawat. Banyak alat berbasis satelit dibeli karena bisa menjangkau daerah dengan lokasi geografis yang sulit.
Namun, penambahan alat saja tidak cukup. Oleh karena itu, Airnav Indonesia mesti melatih teknisi dan operator. ”Ini harus ada lisensinya, tidak sembarangan. Kami juga mengalokasikan dana untuk orang,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah VI Padang Kementerian Perhubungan Agoes Soebagio mengatakan, penerbangan di Wilayah VI berkembang signifikan. Perkembangan itu, antara lain, ditandai dengan penerbangan internasional dari Padang ke Jeddah.