Kisah di Balik Video Viral Murid Dorong Guru di Yogyakarta
Oleh
Haris Firdaus
·4 menit baca
Perbuatan tak terpuji yang dilakukan murid kepada gurunya kembali terulang. Kali ini, seorang murid SMK Negeri 3 Yogyakarta diketahui mendorong gurunya karena tidak terima telepon seluler miliknya diminta sang guru saat ulangan. Video rekaman peristiwa itu kemudian viral di sejumlah kanal media sosial sehingga menimbulkan banyak reaksi.
Dalam video tersebut, tampak seorang siswa yang beberapa kali mendorong gurunya di dalam ruangan kelas. Selain mendorong sang guru, siswa tersebut juga sempat mengatakan, “HP ku endi? (HP ku di mana?)” dan kemudian mengambil tas milik gurunya tersebut.
Kepala SMK Negeri 3 Yogyakarta, Bujang Sabri, membenarkan peristiwa yang terekam dalam video tersebut terjadi di sekolahnya. Bujang menyebut, peristiwa itu terjadi pada Rabu (20/2/2019) siang. Siswa yang tampak mendorong gurunya itu berinisial OS (16) yang merupakan murid Kelas X jurusan Teknik Kendaraan Ringan. Sementara itu, sang guru bernama Sujiyanto (55).
“Peristiwa dalam video itu memang betul terjadi di sini. Tapi, itu bukan gelut (berkelahi). Kalau dilihat di video itu kan seperti gelut,” ujar Bujang, Kamis (21/2/2019), saat ditemui di SMK Negeri 3 Yogyakarta.
Bujang menuturkan, peristiwa itu berawal saat Sujiyanto mengadakan ulangan atau ujian di kelas yang diajarnya. Sebelum ulangan diselenggarakan, para murid diminta mengumpulkan telepon seluler (handphone/HP) milik mereka. Akan tetapi, ternyata ada dua orang siswa, termasuk OS, yang tidak mengumpulkan dan masih terus memainkan HP miliknya sehingga Sujiyanto pun mengambil HP milik keduanya.
Namun, OS ternyata tidak terima sehingga dia berupaya merebut kembali HP miliknya. Seperti terlihat di video, OS lalu maju ke depan kelas dan berupaya merebut kembali HP miliknya. Saat berupaya merebut HP itu, OS beberapa kali terlihat mendorong Sujiyanto. Setelah itu, OS bahkan mengambil tas milik Sujiyanto agar HP miliknya dikembalikan. Padahal, di dalam tas Sujiyanto itu ada komputer jinjing (laptop).
“Tas guru yang di dalamnya ada laptopnya itu dijadikan ‘sandera’ oleh anak tersebut agar HP dikembalikan,” ungkap Bujang. Meski begitu, Sujiyanto tidak mau mengembalikan HP milik OS dan meminta sang murid untuk duduk. OS kemudian duduk, tetapi dia masih membawa tas milik Sujiyanto sebagai “sandera”.
Sujiyanto akhirnya mengembalikan HP milik OS dengan syarat HP tersebut harus disimpan dan tidak boleh digunakan hingga ulangan selesai. OS pun menurut dan ia kemudian mengembalikan tas milik Sujiyanto. Setelah itu, OS juga mengikuti ulangan hingga selesai. “Sampai di sini, ya sudah, tidak ada masalah,” tutur Bujang.
Bujang memaparkan, dalam peristiwa tersebut, tidak ada tindakan kekerasan atau ancaman yang dilakukan OS terhadap Sujiyanto. “Menurut keterangan dari pihak guru, tidak ada kekerasan dan tidak ancaman,” ujar Bujang. Dengan begitu, manajemen SMK Negeri 3 Yogyakarta tidak akan melaporkan kasus ini ke kepolisian.
Meski begitu, perbuatan yang dilakukan OS itu tetap dinilai tidak pantas. Bujang mengatakan, pihaknya masih mengkaji bentuk sanksi yang akan diberikan kepada OS. “Pemberian sanksi ini sesuai dengan kesalahannya. Yang jelas, kami akan lakukan pembinaan khusus terhadap anak ini,” tutur dia.
Sementara itu, Sujiyanto mengaku sempat didorong oleh OS karena siswa tersebut berupaya meminta kembali HP miliknya. Namun, Sujiyanto menuturkan, OS tidak melakukan kekerasan dan mengeluarkan ancaman terhadap dirinya. Oleh karena itu, Sujiyanto juga tidak akan melaporkan kasus tersebut ke kepolisian. “Saya tidak ada dendam apapun,” ujarnya.
Minta maaf
Sementara itu, OS mengakui bahwa siswa yang terekam dalam video tersebut dirinya. OS menuturkan, saat itu ia ingin meminta kembali HP miliknya yang diambil oleh Sujiyanto. Alasannya, waktu itu OS sedang berkomunikasi dengan temannya melalui aplikasi pesan WhatsApp.
“Waktu itu, saya memang dorong-dorongan karena minta HP saya dikembalikan. Tapi enggak ada mukul atau ngancam,” kata OS.
Pada Kamis siang, manajemen SMK Negeri 3 Yogyakarta mempertemukan OS dan orangtuanya dengan Sujiyanto. Dalam pertemuan itu, OS mengaku menyesal melakukan perbuatan tersebut dan meminta maaf kepada Sujiyanto. “Saya menyesal telah melakukan ini dan tidak akan mengulangi lagi. Saya minta maaf, Pak,” katanya lalu bersalaman dengan Sujiyanto.
Dalam pertemuan tersebut, hadir juga Kepala Kepolisian Sektor (Polsek) Jetis, Kota Yogyakarta, Komisaris Hariyanto, dan sejumlah petugas kepolisian lain. Menurut Hariyanto, kasus tersebut tidak akan dibawa ke ranah hukum karena tidak ada laporan dari pihak guru atau sekolah. “Proses hukum harus diawali dari laporan. Kalau tidak ada laporan, kita hanya lakukan pembinaan,” ujar dia.