Sandiaga: Debat Bukan Sarana Mengkritik
BANYUWANGI, KOMPAS — Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, menjanjikan tampil santun dalam debat ketiga saat berhadapan dengan calon wakil presiden nomor urut 01, Ma’ruf Amin. Menurut dia, debat bukan sarana untuk saling menyerang dan mengkritik.
Sandiaga menilai, debat merupakan sarana untuk meyakinkan dan membantu masyarakat menjatuhkan pilihan. Kendati merasa sungkan dengan pribadi Ma’ruf Amin, Sandiaga siap menghadapi debat yang dijadwalkan digelar pada 17 Maret 2019.
Hal itu disampaikan Sandiaga di sela kampanyenya di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (21/2/2019). ”Kami sudah putuskan tidak akan tampil menyerang. Kami ingin mewujudkan politik yang menyejukkan. Debat bukan sarana untuk saling kritik, melainkan sarana untuk meyakinkan masyarakat siapa yang lebih layak, siapa yang punya program, siapa yang lebih menyentuh kesejahteraan masyarakat petani nelayan dan buruh, siapa yang bisa hadirkan lapangan pekerjaan, dan siapa yang bisa menghadirkan kestabilan harga,” ujar Sandiaga.
Mantan Wakil Gubernur Jakarta tersebut mengakui, butuh formula khusus dalam debat antarwakil presiden. Ia bersama timnya terus berupaya mengemas agar debat dapat berjalan menarik, tetapi tetap santun.
Sandiaga mengakui, dirinya sungkan apabila harus berdebat dengan Ma’ruf Amin. Rasa hormatnya kepada Ma’aruf membuat ia berada pada posisi dilematis.
”Saya pasti sungkan dengan ulama. Kiai Ma’ruf merupakan pribadi yang saya muliakan. Ini dilematis. Di satu sisi, pendukung mengharapkan perdebatan sengit. Tetapi, di sisi lain, saya dididik untuk santun dan hormat sama orang tua,” ujarnya.
Kunjungan Sandiaga ke Banyuwangi dalam rangka kampanye calon wakil presiden ini merupakan kali kedua. Ia bahkan menyebut masih akan satu kali lagi berkunjung ke Banyuwangi untuk berkampanye.
Saya pasti sungkan dengan ulama. Kiai Ma’ruf merupakan pribadi yang saya muliakan. Ini dilematis. Di satu sisi, pendukung mengharapkan perdebatan sengit. Tetapi, di sisi lain, saya dididik untuk santun dan hormat sama orang tua.
Ia mengakui, Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa yang memiliki potensi sebagai basis suara. Pada Pemilu Presiden 2014, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla unggul di Banyuwangi.
Jokowi-JK meraih 539.652 suara atau 59,87 persen dari total DPT Kabupaten Banyuwangi. Sementara itu, Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa meraih 361.727 suara atau 40,13 persen.
Dalam kunjungan ke Banyuwangi, kemarin, kedatangan Sandiaga dan simpatisannya justru ’disambut’ pendukung calon presiden 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin. ”Penyambutan” tersebut dilakukan dengan membentangkan spanduk dukungan di jalan-jalan yang dilalui Sandiaga dan pendukungnya. Tak hanya itu, sejumlah pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin juga menyanyikan lagu ”Jokowi Wae”.
Sementara pendukung pasangan calon presiden Prabowo-Sandi yang melintas membalas dengan acungan jari telunjuk dan ibu jari. Tak sedikit pula pendukung Prabowo-Sandi yang menarik tuas gas kendaraan bermotornya saat melintasi pendukung Jokowi-Ma’ruf.
Peristiwa tersebut terjadi sebelum dan sesudah kunjungan Sandiaga di Pondok Pesantren Nurul Abror Al-Robbaniyin di Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo. Kendati saling menyerukan dukungan terhadap pilihannya masing-masing, kedua belah pihak saling menjaga agar tidak terjadi bentrok.
Dalam kesempatan berbicara di depan pendukungnya, Sandiaga berpesan agar pendukungnya tidak terprovokasi. Sandiaga sempat menyebut pendukung Jokowi-Ma’ruf dengan nama ’toko sebelah’.
”Hari ini ada yang menyambut dari ’toko sebelah’. Tenang, tenang, tenang. Tidak ada masalah. Kita hari ini disambut bukan hanya oleh pendukung kita, tetapi juga disambut mereka yang belum mendukung kita. Jangan kita terprovokasi, jangan terintimidasi. Ini bukan penghadangan, ini justru penyambutan,” tutur Sandiaga.
Masa pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin yang ’menyambut’ kedatangan Sandiaga tersebut menamakan dirinya Relawan Jokowi Akal Sehat. Aksi mereka sengaja dilakukan untuk menyambut Sandiaga yang datang ke desa mereka.
’Kami menyambut Sandiaga supaya Sandiaga tahu bahwa mayoritas masyarakat Wongsorejo masih memilih Jokowi. Daerah Wongosorejo, Desa Alasbuluh, itu basis pemilih Jokowi,” ujar Nur Ali Mansyur, koordinator aksi tersebut.
Terkait dengan pemasangan spanduk-spanduk, komisioner Badan Pengawas Pemilu Banyuwangi, Hasyim Wahid, mengatakan, spanduk tersebut masuk dalam kategori alat peraga kampanye karena sudah ada unsur kampanye.
”Ada ajakan untuk memilih pasangan calon tertentu, tentu itu masuk alat peraga kampanye. Sampai saat ini kami tidak melihat ada unsur kebencian dalam spanduk tersebut,” ujar Hasyim.
Ia menambahkan, dalam persoalan spanduk tersebut, Bawaslu Banyuwangi akan melakukan penelusuran dan pengecekan di lapangan agar bisa dipastikan tindak lanjut penanganannya. Hal itu, lanjutnya, akan dilakukan sesuai dengan prosedur yang diatur dalam regulasi.
Baca juga: Hiruk Pikuk Alat Peraga Kampanye