JAKARTA, KOMPAS — Sebagian besar anak di Indonesia kurang mengonsumsi lemak esensial, baik asam lemak omega 3 maupun asam lemak omega 6. Padahal, kandungan ini diperlukan dalam perkembangan fungsi kognitif dan penglihatan anak. Perlu intervensi melalui program nasional untuk mengatasi permasalahan ini.
Guru Besar Bidang Keamanan Pangan dan Gizi Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB) Ahmad Sulaeman, Jumat (22/2/2019), berpendapat, pemerintah perlu mengintervensi dengan mengadakan program nasional agar kecukupan asupan lemak esensial pada anak bisa terwujud. Program ini bisa dilakukan dengan pemberian susu terfortifikasi, suplemen minyak ikan, ataupun sumber pangan lain yang mengandung asam lemak esensial.
”Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 jelas tertulis, pemerintah berkewajiban mewujudkan kecukupan pangan yang aman dan bergizi bagi masyarakat. Dengan kondisi asupan gizi kurang pada anak berarti harus ada program nasional yang dilakukan secara terus-menerus, bukan sekadar gerakan seremonial seperti saat ini,” ujarnya di Jakarta, Jumat.
Ahmad mengatakan, program yang saat ini berjalan, seperti program gizi anak sekolah, belum signifikan meningkatkan angka kecukupan gizi pada anak Indonesia, termasuk kecukupan kebutuhan asam lemak esensial. Intervensi perlu secara menyeluruh di seluruh wilayah, terutama pada ibu hamil, bayi yang baru lahir, dan usia anak.
Dari hasil penelitian Ahmad yang telah dipublikasikan pada Journal of Food Composition and Analysis, 8 dari 10 anak Indonesia kurang asupan asam lemak esensial. Dampak jangka panjang dari kurangnya asupan ini adalah gangguan pada pertumbuhan, gangguan sistem kekebalan tubuh, serta adanya gangguan mental.
”Asam lemak omega 3 juga dapat memengaruhi perasaan, perilaku, dan personalitas seseorang. Bahkan, penelitian menyebutkan, asam lemak ini berdampak untuk mencegah depresi saat melahirkan,” ucap Ahmad.
Asam lemak esensial, seperti omega 3 dan omega 6, tidak bisa diproduksi tubuh. Untuk itu, seseorang perlu mengonsumsi kandungan makanan lain yang mengandung asam lemak tersebut, seperti ikan lele, ikan sarden, ikan salmon, kacang-kacangan, serta tahu dan tempe.
Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), Bernie Endyarni Medise, menambahkan, lemak esensial paling dibutuhkan pada 1.000 hari pertama kehidupan seseorang, yakni sejak masa kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Hal ini karena pertumbuhan otak dan fungsi tubuh lain terjadi maksimal dalam jangka waktu tersebut.
”Untuk menunjang pertumbuhan otak dan fungsi organ lainnya, tubuh membutuhkan omega 3 dan omega 6. Untuk itu, sejak dari ibu hamil sudah harus memperhatikan kebutuhan gizi ini. ASI pun harus diberikan minimal sampai anak usia 6 bulan karena kaya akan asam lemak esensial. Setelah itu, kadungan MPASI (makanan pendamping ASI) untuk anak 6-24 bulan juga perlu diberikan lagi,” katanya.
Ahmad menyampaikan, anak usia 0-6 bulan membutuhkan asupan omega 3 sebanyak 0,5 gram per hari dan 4,4 gram omega 6 per hari. Jumlah ini sudah bisa didapatkan dari ASI. Kemudian, anak usia 7-12 bulan membutuhkan 0,5 gram per hari omega 3 dan 4,6 gram per hari omega 6.
Untuk anak usia 1-3 tahun, kebutuhan omega 3 sebesar 0,7 gram per hari omega 3 dan 7 gram per hari omega 6. Sementara, untuk ibu hamil perlu mengonsumsi setidaknya 340 gram ikan per minggu untuk mencukupi kebutuhan omega 3 dan omega 6 bagi kandungannya.