Gunung Agung Erupsi Dua Kali dalam 30 Menit
BANYUWANGI, KOMPAS — Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, kembali erupsi pada Jumat (22/2/2019). Letusan tersebut terjadi dua kali dalam jangka waktu 30 menit, yaitu pada pukul 16.31 Wita dan 17.01 Wita.
Dampak erupsi berupa lontaran dan hujan abu di sekitar area kawah. Kolom erupsi teramati condong ke timur, tetapi arah angin mengarah ke barat sehingga abu vulkanik berpotensi bergerak ke barat.
Informasi tersebut disampaikan Kepala Subbidang Mitigasi Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana di Banyuwangi, Jumat (22/2/2019). Letusan pertama pada 16.31 Wita disertai kolom abu dengan ketinggian 700 meter di atas puncak, sedangkan letusan kedua pukul 17.01 Wita disertai kolom abu setinggi 300 meter di atas puncak.
”Dampak erupsi berupa lontaran ataupun hujan abu di sekitar area kawah. Karena adanya abu vulkanik yang dikeluarkan, PVMBG juga mengeluarkan Vulcano Observatory Notice for Aviation (VONA) dengan kode warna oranye,” ujar Devy.
VONA adalah indeks level penerbangan yang berkaitan dengan sebaran abu vulkanik di udara. Saat ini, informasi dan rekomendasi VONA dari PVMBG sangat diperlukan bagi dunia penerbangan.
Devy mengatakan, dalam beberapa hari terakhir pihaknya menganalisis data secara komprehensif dari peralatan pemantauan Gunung Agung. Hasilnya memang terjadi peningkatan aktivitas magmatik di dalam tubuh Gunung Agung sehingga erupsi yang terjadi merupakan hal yang wajar.
Pascaerupsi sore ini, Gunung Agung masih tetap berpotensi erupsi kembali. Tipe erupsi yang mungkin terjadi dapat bersifat efusif (lava mengalir) ataupun eksplosif (lontaran lava pijar ataupun abu).
”Namun, indikasi untuk terjadinya erupsi yang besar atau yang setara dengan November 2017 lalu masih belum teramati. Saat ini status aktivitas Gunung Agung masih berada di Level III (Siaga) dan radius bahaya masih berada di dalam radius 4 kilometer,” kata Devy.
Krakatau
Sementara Gunung Krakatau juga masih menunjukkan aktivitas erupsinya. PVMBG mencatat, erupsi terakhir Krakatau terjadi pada Senin (18/2/2019). Saat itu Gunung Krakatau mengeluarkan embusan kolom abu berwarna putih hingga kelabu dengan ketinggian sekitar 500 meter dari puncak.
Kepala Subbidang Mitigasi Pengamatan Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Kristianto mengatakan, Gunung Krakatau masih berpotensi erupsi. Walaupun saat ini bentuk Krakatau lebih kecil dan tidak memiliki kerucut seperti sebelum letusan Desember lalu, potensi tersebut masih ada.
”Potensi erupsi dapat terjadi melalui lubang-lubang yang menjadi tembusan sulfatara. Lubang-lubang tersebut berada di sekitar kawah yang kini tertutup air,” ujarnya.
Potensi erupsi dapat terjadi melalui lubang-lubang yang menjadi tembusan sulfatara. Lubang-lubang tersebut berada di sekitar kawah yang kini tertutup air.
Selama erupsi masih terjadi, lanjut Kristianto, Krakatau masih akan terus tumbuh. Erupsi yang terjadi membentuk tumpukan material yang turut membangun tubuh Krakatau.
Sebelum erupsi besar yang menyebabkan runtuhnya tubuh Krakatau, gunung yang berada di selat Sunda tersebut memiliki tinggi 338 mdpl. Erupsi pada Desember 2018 lalu membuat tinggi Krakatau saat ini tersisa 155 mdpl.
Merapi
Sementara itu, Kepala PVMBG Kasbani menjelaskan mengenai kondisi Gunung Merapi yang juga masih dalam masa erupsi efusif. Erupsi yang terjadi di Merapi menimbulkan pertumbuhan kubah lava yang kemudian disusul awan panas guguran.
”Saat ini laju pertumbuhan kubah lava sekitar 1.300 meter kubik hingga 1.500 meter kubik per hari. Tingginya pertumbuhan kubah lava ini yang akhirnya memunculkan guguran dan menimbulkan awan panas ke Kali Gendol,” ujarnya.
Kasbani mengatakan, masa erupsi yang terjadi saat ini masih sangat jauh untuk dapat menyamai erupsi besar seperti tahun 2010. Kendati demikian, ia mengimbau agar warga tetap mematuhi rekomendasi yang diberikan PVMBG dengan mengosongkan daerah di radius 3 km dari puncak. Saat ini guguran awan panas bisa mencapai 2 km dari puncak Gunung Merapi.
Dari 127 gunung api aktif di Indonesia, PVMBG memantau terus aktivitas 69 gunung di antaranya. Dari 69 gunung tersebut terdapat 20 gunung yang aktivitasnya di atas normal, termasuk lima gunung yang masuk dalam kategori kritis. Kelima gunung tersebut ialah Gunung Sinabung yang berstatus Awas dan empat gunung lainnya yang berstatus Siaga yaitu, Gunung Agung, Gunung Karangetang, Gunung Soputan, dan Gunung Krakatau.
Baca juga: Gunung Bromo Masih Labil