Hamparan sawah, kebun, tanah lapang, dan pepohonan di pusat kota telah berganti dengan permukiman dan gedung pencakar langit. Dampaknya, makin jarang anak-anak terlihat memainkan permainan tradisional di Jakarta dan sekitarnya.
Tidak ingin permainan tradisional punah, sejumlah komunitas mengadakan festival permainan tradisional seperti bermain gundu, egrang, dan engklek. Di hari Minggu (24/2/2019), ada acara menarik yang punya tujuan serupa, yaitu Festival Permainan Tradisional Slepetan 2019 di Lapangan Tembak Galapuri, Ciledug, Kota Tangerang, mulai pukul 08.00.
Slepetan merupakan nama alias dari ketapel, mainan yang biasanya terbuat dari kayu bercabang dan membentuk huruf Y, dan dihubungkan oleh dua utas tali karet ke selembar kulit. Genggam ketapel, selipkan batu di lembaran kulit, tarik tali karet sambil membidik sasaran. Dan… Tembak!
Ketua panitia festival sekaligus pencetusnya, Syah Lind Pitung, mengatakan, ia bersama kawan-kawan panitia, termasuk tokoh masyarakat setempat Baba Haji Omat, tergerak untuk membuat festival slepetan karena ingin mengenang masa lalu saat masih tinggal di kampung dengan lahan terbuka luas.
“Saya lahir di Kampung Haji Batong, Cilandak (Jakarta Selatan). Sekarang, udah jadi perumahan elite dan kami pindah ke pinggir,” ucap pria yang kini tinggal di Kampung Silat Peninggilan, Kota Tangerang itu, Kamis.
Bermain slepetan konon melatih motorik dan kemampuan fokus anak.
Agenda utama dalam Festival Permainan Tradisional Slepetan 2019 adalah lomba slepetan. Syah Lind menuturkan, lomba terbuka untuk semua kalangan peserta, baik tua dan muda maupun laki-laki dan perempuan. Panitia sudah mencatat 60-an nama peserta lomba, termuda berusia sekitar 15 tahun dan paling senior lebih dari 40 tahun.
Sayangnya, panitia sudah menutup pendaftaran peserta, mengingat acara di hari-H mesti rampung sebelum hari gelap karena penerangan malam yang minim. Namun, masyarakat bisa datang secara gratis untuk menonton lomba.
Masing-masing peserta lomba akan menembak menggunakan gotri atau gundu (kelereng). Terdapat empat kaleng sebagai sasaran, yang ditempatkan pada jarak sekitar 8 meter dan 14 meter. Nilai untuk masing-masing target bervariasi tergantung jarak dan ukuran, yaitu 35, 55, 85, dan 100. Peserta dengan akumulasi nilai terbanyak bakal keluar sebagai juara.
“Kaleng harus jatuh ke tanah. Kalau hanya menyenggol, tidak dapat nilai,” ujar Syah Lind. Seru bukan?
Pecinta hewan peliharaan
Keseruan lainnya bisa didapatkan di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta Pusat. PT Mavic Media Indonesia dan PT Dyandra Global Edutainment bekerja sama dengand\'Alexandri Creative Network menghelat pameran hewan peliharaan dan hewan hobi, Jakarta Indonesia Pet Show (JIPS) 2019. Pameran selama tiga hari, 22-24 Februari 2019, dan digadang-gadang sebagai yang terbesar di Asia Tenggara.
Para pengunjung bebas membawa peliharaan mereka ke acara dengan tema Your Pet Deserves the Best Care and Good Welfare itu. Sejumlah dokter hewan di area pintu masuk pameran akan memeriksa kesehatan peliharaan yang ikut serta. Di dalam area pameran, pengunjung antara lain akan memeroleh informasi soal cara tepat merawat hewan peliharaan, bergantung jenisnya.
Acara juga akan dimeriahkan oleh tiga kontes hewan, yaitu Jakarta Great Show untuk hewan anjing, Jakarta International CFA (The Cat Fanciers’ Association) Cat Show untuk kontes kucing, serta Jakarta International ARBA (The American Rabbit Breeders Association, Inc) Rabbit Show untuk kelinci.
Area pameran seluas 10.000 meter persegi bakal diisi oleh 150-an peserta pameran dari dalam maupun luar negeri, antara lain China dan Kanada. Targetnya, lebih dari 40.000 pengunjung hadir. Tiket masuk bisa dibeli di tempat seharga Rp 40.000 per orang untuk sekali masuk pameran.
Acara berlangsung pukul 09.00-21.00 di hari Jumat serta 08.00-21.00 pada Sabtu dan Minggu.
Tanaman unik
Setelah melihat penampilan hewan-hewan peliharaan yang cantik, seimbangkan dengan menikmati tanaman-tanaman yang unik. Mari datang ke pameran seni bonsai di Gallery North Art Space, Pasar Seni Ancol, Jakarta Utara. Acara bertema Merajut Seni dan Budaya Melalui Bonsai itu akan berlangsung pada 22-24 Februari.
PT Taman Impian Jaya Ancol bekerja sama dengan Komunitas Seniman Bonsai Indonesia (KOSBI) menyelenggarakan pameran ini untuk menyambut hari ulang tahun Pasar Seni Ancol ke-44 sekaligus memeriahkan Tahun Baru Imlek 2570
“Perbedaan mencolok dibanding pameran bonsai umumnya adalah karya bonsai akan disajikan sebagai karya seni, dipadukan dengan seni lukis, patung, instalasi dan juga multimedia” tutur Robert Steven, inisiator KOSBI. Pameran akan menampilkan 60 hasil bonsai yang seluruhnya karya seniman KOSBI.
Budaya Peranakan Tionghoa
Masih dalam suasana perayaan Imlek, @perkumpulanwastraindonesia bekerja sama dengan Restoran Kembang Goela mengadakan jamuan makan dan minum teh sambil berbincang seputar keunikan budaya Peranakan Tionghoa di Indonesia, Sabtu ini pukul 09.30-16.30.
Diskusi sembari menikmati kuliner khas peranakan dan Chinese tea ini akan mengangkat sejumlah tema yakni akulturasi peranakan nusantara, instalasi pakaian peranakan nusantara dahulu dan sekarang, kuliner khas peranakan, aneka wastra khas peranakan nusantara khususnya tokwi, serta Chinese tea.
Hadir sebagai pembicara antara lain Iwan Santosa, Didi Budiardjo, Lily Wibisono, Mona Lohanda, William Kwan Hwie Liong, Lewa Pardomuan, dan Bambang Laresolo. Anda yang tertarik bisa mendaftar ke Yongky Suadi 08787841376. (ART)