Strategi China Meningkatkan Kualitas Hubungan dengan ASEAN
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Bagi Duta Besar China untuk ASEAN Huang Xilian, hubungan antara China dan negara-negara Asia Tenggara merupakan salah satu hubungan yang sangat penting di dunia. Untuk mengembangkan hubungan antara kedua wilayah, China berupaya menanam bibit persahabatan melalui interaksi dengan warga lokal, khususnya dengan para murid dan guru di sekolah.
"Kami berusaha untuk memahami dan mengapresi warga lokal Indonesia dan negara ASEAN lainnya dengan berinteraksi bersama sekolah lokal. Upaya itu adalah yang terbaik untuk memahami dan mengapresiasi warga lokal, budayanya, dan cara hidupnya. Selain itu, anak-anak merupakan masa depan negara. Mereka adalah penerus bangsa yang akan melanjutkan hubungan antara China dan ASEAN ke depan," tutur Xilian dalam acara makan bersama di rumahnya di Jakarta, Kamis (21/2/2019).
Pada kesempatan itu, Kedutaan Besar China menyampaikan sejumlah sumbangan berupa buku dan peralatan olahraga kepada Sekolah Al-Ikhwan, seperti yang direkomendasikan oleh Asean Women\'s Circle of Jakarta (AWC). Xilian menambahkan, ke depan, pihaknya akan mengundang guru dan murid lokal ke acara diplomatik, dalam rangka memperkenalkan mereka tentang hubungan antara China dan ASEAN.
"Ini adalah kontribusi kami yang sederhana dan tulus, yang akan kami lanjutkan ke depan. Kami berharap hubungan kami akan berlanjut dan menjadi pintu interaksi antara kita dan warga lokal," ucap Xilian.
Ia menambahkan, negara ASEAN merupakan salah satu destinasi populer bagi para mahasiswa China untuk belajar serta para wisatawan China untuk berliburan. Pada 2018, ada lebih dari 3 juta wisatawan China yang mengunjungi negara ASEAN dan 3 juta wisatawan Asean yang mengunjungi China.
Selain itu, China dan ASEAN keduanya juga semakin diminati oleh para mahasiswa sebagai tempat belajar. Pada 2018, pertukaran mahasiswa antara kedua wilayah mencapai 200.000 orang.
Isu Laut China Selatan
Meski demikian, kehadiran China di ASEAN dinilai kurang disambut baik oleh sejumlah negara. Terutama terkait dengan isu klaim teritori China atas Laut China Selatan. Amerika Serikat misalnya kurang yakin akan politik luar negeri China ke depan di kawasan itu.
"Apakah China, yang pengaruhnya kini semakin kuat di dunia, akan menjadi ancaman bagi stabilitas global atau menjadi rekan yang membantu mempertahankan stabilitas global, serta perdagangan yang bebas, terbuka, dan adil? Tidak hanya Presiden AS Donald Trump, tetapi ada banyak warga AS yang menganggap praktik perdagangan China tidak adil," tutur pengamat politik luar negeri dari Ohio State Univesity, Robert J McMahon.
Hal tersebut Robert sampaikan saat berdiskusi dengan para wartawan mengenai hubungan antara Indonesia dan AS yang telah mencapai 70 tahun, pada Kamis, di Jakarta. Pada 1948-1949, AS berkontribusi dalam mengamankan kemerdekaan Indonesia dari Belanda.
Meskipun sempat tegang, hubungan antara Indonesia dan AS kini cukup kuat. "Indonesia dan AS memiliki kepentingan yang sama, seperti dalam melawan terorisme Namun, ada pula perbedaan, seperti dalam menangani konflik antara Israel dan Palestina," kata Robert.
Menanggapi pernyataan Robert mengenai politik luar negeri China di kawasan ASEAN, XIlian menyampaikan, "Kami menginginkan politik luar negeri yang damai dan bertujuan untuk mendukung pengembangan kawasan itu. China telah melintasi kawasan Laut China Selatan sejak ratusan tahun lalu. Leluhur kami di sana untuk berdagang dan bukan untuk menjajah. Kami ingin memiliki hubungan yang harmonis dengan dunia dan menginginkan politik luar negeri yang mempromosikan kerjasama yang saling menguntungkan," ujarnya.