Tonggak Perjalanan Properti, Lini Bisnis Ketujuh Astra
Membangun sebuah perusahaan yang dapat menjadi “pohon rindang” dan bermanfaat bagi semua orang yang berteduh di bawahnya. Itulah cita-cita Oom William Soeryadjaya, sapaan Pendiri Astra pada 62 tahun lalu dari sebuah kantor sederhana di Jalan Sabang Nomor 36 A, Jakarta Pusat. Kini, tidak jauh dari kantor itu, berdiri kokoh gedung megah menjulang tinggi bernama Menara Astra.
Satu dekade pasca Kemerdekaan RI, Oom William rupanya sudah merintis awal berdirinya PT Astra International Tbk. Perjalanan perusahaan multinasional itu terus berkembang di Indonesia dengan kekuatan tujuh lini bisnisnya.
Kini, ada 226 perusahaan di bawah tujuh lini bisnis itu. Sebut saja, otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, dan kini lini bisnis properti menjadi sayap baru kekuatannya. Sebanyak 226.140 anak bangsa berkarya di dalamnya.
Tepat pada hari ulang tahun (HUT) ke-62, tonggak perjalanan Astra itu tersaji lengkap di Menara Astra yang berdiri megah di jantung Ibu Kota Jakarta, persis di kawasan segitiga emas Sudirman.
Menara Astra juga menghadirkan ruang Galeri Astra. Di sana, tersaji lengkap perjalanan dan pencapaian Astra bersama masyarakat Indonesia.
Dalam galeri itu, diperlihatkan filosofi perusahaan, cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa, perjalanan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia atau disebut SATU Indonesia hingga goal Astra untuk menjadi perusahaan kebanggaan bangsa pada tahun 2020.
Cita-cita itu diwujudkan menjadi mural dinding dan patung melalui keterlibatan tangan-tangan seniman terbaik Indonesia, yakni Dolorosa Sinaga, Mangu Putra, Heri Dono, Agus Suwage, Chusin Setiadikara dan Budi Lim sebagai arsitek.
Seluruh karya seni itu bermakna mendalam. Empat patung melambangkan pula keempat Catur Dharma Astra. “Gagasan" menggambarkan Catur Dharma pertama yakni menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Diwujudkan dalam gerak membawa gagasan dan gunungan.
"Memberi" menggambarkan Catur Dharma kedua, yakni memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. "Sinergi" melambangkan Catur Dharma ketiga, yakni menghargai individu dan membina kerja sama. "Harmoni" adalah wujud Catur Dharma keempat, yakni senantiasa berusaha mencapai yang terbaik.
Ada pula, patung William Soeryadjaya, sang pendiri Astra berdiri kokoh.
Butuh Lima Tahun
Pembangunan Menara Astra pada atas lahan seluas 1,1 hektar itu ternyata butuh waktu lama. Hingga hingga diresmikan pada Rabu (20/2/2019), pembangunan ini membutuhkan waktu sekitar lima tahun. Setelah penanaman batu pertama pada 10 Desember 2013, pembangunan gedung tersebut baru dapat dilakukan penutupan pada 20 Februari 2017.
Secara formal, Menara Astra memiliki 47 lantai konstruksi serta sarana pendukung ritel tiga lantai dan enam lantai basement. Bahkan, jika ditambah dengan lantai marketing terhitung, maka ketinggian Menara Astra mencapai 261 meter, sehingga menjadikannya sebagai gedung tertinggi keempat di Jakarta.
Menara Astra juga sudah meraih Building and Construction Authority Green Mark Platinum Certificate, karena memiliki tingkat efisiensi energi sebesar 40 persen dibandingkan gedung pencakar langit pada umumnya. Menara ini juga dilengkapi convention hall berkapasitas hingga 1.500 orang.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto dalam peringatan HUT ke-62 Astra di Jakarta, Rabu (20/2/2019), mengatakan, “Peresmian (Menara Astra) ini sekaligus menandai fokus perusahaan Astra dalam mengembangkan lini bisnis ketujuhnya, yaitu bisnis properti. Untuk menjalankan kapal sebesar Astra di tengah perubahan yang begitu cepat, dibutuhkan kemampuan beradaptasi serta kelincahan untuk melihat peluang dan kesempatan.”
Menurut Nilawati Irjani, Wakil Presiden Direktur Astra Property, setelah proyek pembangunan Menara Astra tahun 2013, disusul peluncuran Anandamaya Residence tahun 2014. “Melalui dua proyek ini, Astra memantapkan diri untuk masuk ke lini bisnis Astra Properti pada 2016. Astra meyakini perkantoran dan apartemen yang terintegrasi akan saling menopang dan mendukung perkembangan ekonomi," ujarnya.
Nilawati menegaskan, pengembangan bisnis properti tetap berlandaskan filosofi Astra, yaitu sejahtera bersama bangsa.
Menara Astra dialokasikan untuk Astra Group sebesar 20 persen dan selebihnya 80 persen dialokasikan untuk publik. Hingga akhir tahun 2018, okupansinya sudah mencapai 50 persen.
Sementara untuk tiga apartemen Anandamaya Residence di atas lahan seluas 1,6 hektar yang berlokasi di belakang Menara Astra, terdapat 509 unit hunian. Sekitar 95 persen sudah terjual dan serah terima kunci dilakukan bertahap dari Oktober 2018.
“Yang pasti, kami berfokus untuk memastikan proyek pertama kami, yaitu Menara Astra sebagai perkantoran dan Anandamaya Residence sebagai hunian, dapat tersampaikan dengan standar kelas dunia kepada para pelanggan. Sebab, yang terpenting dalam bisnis properti adalah kepercayaan dan jangka panjang,” tegas Nilawati.
Tidak hanya dua proyek ini, Astra juga telah mengembangkan beberapa proyek properti lainnya. Melalui PT Astra Land Indonesia yang menggandeng Hongkong Land, Astra juga membangun proyek strategis kluster hunian Asya seluas 70 hektar di daerah Cakung, Jakarta Timur, yang diluncurkan akhir November 2017.
Bersamaan dengan itu, Astra juga menggarap proyek apartemen Arumaya di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Lokasinya strategis, kira-kira hanya sejauh satu kilometer menuju stasiun MRT, dibangun di atas lahan seluas 2,6 hektar.
Menara yang memiliki 22 lantai ini memiliki total 262 unit kamar, dimana 16 unit di antaranya bangunan landed house. (Kompas, 27 November 2018)
Arumaya dibangun dengan memanfaatkan aset lahan yang selama ini dimiliki Astra. Boleh dibilang, proyek ini menjadi salah satu bidikan peruntungan di tengah hiruk-pikuk pembangunan infrastruktur di Jakarta.
Direktur Regional Head of Advisory JLL Indonesia Vivin Harsanto dalam perayaan dua tahun PT Astra Property, akhir November 2018, menuturkan, “Dua tahun Astra Property bukan cuma ibarat bayi yang baru bisa merangkak, tetapi sudah seperti anak kecil yang lincah dan siap berlari kencang. Ekspansif sekali menangkap peluang. Apalagi seluruh Jakarta akan dilewati infrastruktur yang atraktif seperti jalan tol, LRT, MRT, dan kereta commuterline.
Gerakan bisnis properti Astra juga ditunjukkan dengan pemanfaatan lahan oleh Astra Land di daerah Gatot Subroto. Tahun ini, segera diluncurkan proyek properti baru oleh Astra. “Sama seperti yang lainnya, yang dibangun adalah apartemen dan perkantoran,” ujar Nilawati.
Kontribusi Astra
Head of Corporate Communication Astra Boy Kelana Soebroto menjelaskan, tahun ini, Astra berfokus pada pengembangan dalam ketujuh lini bisnis. Masih banyak hal yang bisa dikembangkan dalam bisnis-bisnis ini, termasuk bisnis properti untuk berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Meski baru dua tahun dikembangkan, laba bersih dari lini bisnis properti mencapai Rp 48 miliar pada semester pertama 2018.
Menurut Boy, penurunan itu disebabkan oleh rendahnya penerimaan laba dari pengembangan proyek Anandamaya Residence. Hal itu mencerminkan tingkat persentase penyelesaian proyek yang semakin mengecil pada tahap akhir konstruksi.
Sesuai tema: Inspiring the Nation pada HUT ke-62, cita-cita Oom William kini makin menunjukkan kekuatan “pohon rindang” di tengah dinamika sosial, politik dan ekonomi pada tahun 2019. Senantiasa pula mendorong dan mempertahankan Astra sebagai institusi agar dapat terus menginspirasi negeri ini adalah, sesuatu juga yang harus terus diperjuangkan oleh insan Astra di seluruh penjuru Indonesia. Selamat ulang tahun, Astra.