BEIJING, JUMAT Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman menandatangani kesepakatan senilai 10 miliar dollar AS untuk proyek pembangunan kompleks penyulingan minyak dan petrokimia di China, Jumat (22/2/2019). Pangeran yang populer dengan panggilan MBS itu bertemu Presiden China Xi Jinping dan sepakat untuk menjalin kerja sama melawan ekstremisme dan teror.
Kantor berita Arab Saudi, SPA, melaporkan, Arab Saudi menandatangani 35 perjanjian kerja sama ekonomi dengan China senilai total 28 miliar dollar AS pada forum investasi bersama.
China merupakan negara terakhir yang dikunjungi MBS dalam tur lawatan ke Asia. Sebelumnya, ia bertandang ke Pakistan dan India. Di Pakistan, MBS menjanjikan investasi senilai 20 miliar dollar AS. Adapun di India, ia menyatakan melihat peluang investasi senilai lebih dari 100 miliar dollar dalam dua tahun ke depan. Semula, MBS juga dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia dan Malaysia, tetapi ditunda tanpa batas waktu.
”China adalah teman baik dan mitra bagi Arab Saudi,” kata Presiden Xi kepada MBS di depan wartawan. MBS mengatakan, hubungan Arab Saudi dan China telah terjalin sangat lama. ”Selama bekerja sama yang begitu lama dengan China, kami tidak pernah mengalami masalah,” katanya.
MBS menyatakan, Arab Saudi melihat peluang besar dalam kerja sama dengan China. ”Inisiatif Jalan Sutra dan orientasi strategis China sangat seiring dengan Visi 2030 Saudi,” kata MBS.
Kesepakatan senilai 10 miliar dollar AS itu terwujud melalui perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco. Aramco sepakat membentuk usaha patungan dengan perusahaan raksasa China, Norinco, dalam pengembangan kompleks penyulingan dan petrokimia di kota Panjin, China timur laut.
Dalam pernyataan resminya, manajemen Aramco mengatakan, para mitra akan membentuk perusahaan bernama Huajin Aramco Petrochemical Co sebagai bagian dari proyek yang akan mencakup kilang 300.000 barel per hari (bpd) berkapasitas 1,5 juta metrik ton etilena. Aramco akan memasok hingga 70 persen bahan baku minyak mentah bagi kompleks itu.
Operasional perseroan diharapkan dimulai tahun 2024. Dalam catatan Kompas, kerja sama Aramco-Norinco pernah diumumkan pada kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ke China pada 2017. Kala itu juga dijajaki peluang kerja sama di luar perminyakan, seperti kerja sama perdagangan, luar angkasa, energi terbarukan, dan pendidikan.
Pada 2018, pejabat Aramco pernah menyebut teknis kerja sama dengan Norinco akan dirampungkan pada pertengahan 2019. Dengan penandatanganan kesepakatan kali ini, Arab Saudi berharap bisa merebut kembali posisinya sebagai pengekspor minyak terbesar ke China. Posisi itu dipegang Rusia selama tiga tahun terakhir.
Kantor berita SPA melaporkan, dalam kunjungan MBS tersebut, Aramco juga menandatangani perjanjian pembelian 9 persen saham di Zhejiang Petrochemical.
Hal ini meresmikan rencana yang sebelumnya diumumkan untuk mendapatkan saham di kilang 400.000 bpd dan kompleks petrokimia di Zhoushan yang terletak di selatan Shanghai itu.
Kurikulum bahasa China
MBS menyebutkan, perdagangan di antara kedua negara meningkat 32 persen pada tahun lalu. Arab Saudi juga mengatakan, mereka sedang mempersiapkan untuk menambahkan bahasa China dalam kurikulum di sekolah-sekolah dan universitas-universitas di Arab Saudi.
”Pengenalan bahasa China ke dalam kurikulum adalah langkah penting untuk membuka wawasan baru bagi para siswa,” kata Pemerintah Arab Saudi dalam pernyataannya.
Penasihat Negara yang juga Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyatakan, Beijing melihat potensi besar dalam perekonomian Arab Saudi dan ingin lebih banyak kerja sama teknologi tinggi.
Namun, China tetap harus melangkah hati-hati dalam hubungan dengan Riyadh karena Beijing juga berhubungan dekat dengan Iran, musuh Arab Saudi.
Koran Global Times dalam tajuk rencananya menyebutkan, China tak ingin memainkan politik di Timur Tengah. ”China tidak ingin menjadi pemain geopolitik di Timur Tengah. Negara ini tidak mempunyai musuh dan bisa bekerja sama dengan semua negara di kawasan itu,” tulis koran tersebut.
Dalam pertemuan dengan MBS, televisi Pemerintah China melaporkan bahwa Xi mengatakan, kedua negara wajib memperkuat kerja sama internasional tentang deradikalisasi untuk ”mencegah penyusupan dan penyebaran pemikiran ekstremis”.
Dalam tanggapannya, MBS menyatakan, Arab Saudi menghormati dan mendukung hak China untuk melindungi keamanannya sendiri dan mengambil langkah kontraterorisme dan deradikalisasi. Riyadh pun menyatakan kesediaannya untuk meningkatkan kerja sama.
Isu tentang deradikalisasi juga dibahas dalam pertemuan sebelumnya antara MBS dan Wakil Perdana Menteri China Han Zheng. Kantor berita China, Xinhua, saat melaporkan pertemuan itu, tidak menyebut secara langsung kasus warga Uighur di Xinjiang, China barat, yang menjadi sorotan dan kritik negara-negara Muslim serta masyarakat internasional.