Berolahraga, Berteman, dan Berprestasi di Taman ”Skateboard”
Taman skateboard Fly Over Slipi Skatepark di Gelora, Jakarta Pusat, menjadi tempat pilihan Farel Adli Pamungkas (10) bermain skateboard pada Jumat (22/2/2019) malam. Di tempat itu, ia berlatih dan saling sapa dengan teman-temannya para pencinta skateboard. Pukul 22.00, ia tiba di taman itu bersama ayahnya, Egi Sudrajat (41).
”Biasanya, saya temani dia (Adli) main di Taman Kalijodo. Namun, karena hujan, jadi ke sini,” kata Egi sambil duduk menikmati kopi yang baru saja ia beli dari pedagang kaki lima di sekitar taman.
Taman skateboard Slipi ini memang terlindung dari hujan karena tepat berada di bawah Jembatan Layang Slipi. Selain terlindung dari hujan, taman ini juga disukai warga karena buka selama selama 24 jam.
Taman skateboard Slipi memiliki beberapa jenis arena, seperti half pipe, pool, dan handrails. Awalnya, Farel memilih bermain di arena pool yang berbentuk layaknya mangkok besar. Di arena skateboard ini, Farel memberikan salam khas pemain skateboard kepada semua anak yang ada di arena itu walaupun yang bermain di taman itu sebagian besar tidak ia kenal. Pemain lain pun menyambutnya dan kemudian bermain bersama.
Baca juga: Agar Kolong Tol Tak Jadi Pembuangan Sampah Liar di Jakarta
Saat beristirahat, mereka bercerita bahwa mereka merasa senang dengan adanya taman bermain skateboard ini. Sebelumnya, mereka sering bermain di Taman Kalijodo yang hanya buka hingga pukul 23.00.
Jika ingin bermain lebih lama, mereka biasanya bermain di trotoar, salah satunya di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. Selain itu, dulu mereka juga kerap bermain di fasilitas publik lain, seperti tempat wisata Kota Tua, Jakarta Barat. Biasanya, mereka bermain hingga pukul 05.00.
Sementara di taman Slipi kali ini, sebagian besar dari mereka berencana bermain hingga Sabtu (23/2/2019) subuh. Mereka ingin menguasai gaya bermain yang dilihat di internet.
Mereka belajar bermain skateboard secara otodidak, tak ada yang mengajar atau diajar. Hanya mengamati atau diamati. Mereka berlatih gaya bermain sesuai keinginan mereka.
Egi mengaku sangat senang dengan aktivitas yang dilakukan anaknya setahun terakhir ini. Pasalnya, dengan bermain skateboard, Farel tidak lagi dicandui permainan video game dan permainan daring.
”Sebelum hobi bermain skateboard, Farel sering bermain gim di penyewaan gim atau di warnet hingga malam. Pulang ke rumah, main gim lagi di HP (ponsel),” cerita Egi.
Mereka belajar bermain skateboard secara otodidak, tak ada yang mengajar atau diajar. Hanya mengamati atau diamati. Mereka berlatih gaya bermain sesuai keinginan mereka.
Kebiasaan itu pun tak lagi dilakukan Farel setelah mengenal skateboard di Taman Kalijodo, Jakarta Utara, setahun lalu. Hobinya itu juga telah membawa pengaruh positif lain baginya. Ia kini berani tampil di sejumlah perlombaan skateboard hingga mendapat sponsor untuk perlengkapan bermain skateboard-nya.
Hal serupa dialami Dewi Safitri (18) yang telah menjuarai berbagai perlombaan. Gadis satu-satunya yang main di taman Slipi pada Jumat malam itu juga telah mendapat penghasilan dari salah satu perusahaan penjual perlengkapan skateboard. Dewi mempromosikan produk skateboard di akun media sosialnya yang banyak ia isi dengan pengalamannya bermain skateboard. Selain itu, Dewi juga mendapat beberapa perlengkapan bermain secara gratis.
Dewi mengaku belajar bermain skateboard secara otodidak di taman publik, seperti Taman Kalijodo dan Fly Over Slipi Skatepark ini. Di awal bermain, ia meminjam papan skateboard milik orang-orang yang juga menikmati fasilitas publik gratis itu.
Butuh waktu sekitar setahun hingga ia bisa berprestasi dengan olahraga ini. Saat berlatih, jatuh dan mengalami luka sudah biasa baginya. Ia sering terluka karena tidak terbiasa menggunakan pengaman.
”Sudah biasa kalau jatuh, apalagi kalau arenanya berlubang, seperti di taman Slipi ini yang arenanya banyak berlubang,” kata Dewi saat istirahat dari bermain.
Di arena bermain skateboard di taman yang belum diresmikan ini memang didapati banyak lubang. Penambalan hanya terlihat di arena pool. Sementara di arena lain, lubang-lubang dibiarkan begitu saja.
Belum layak
Dewi mengaku senang taman bermain skateboard di Jakarta telah bertambah. Apalagi boleh digunakan secara gratis. Akan tetapi, ia sangat menyayangkan keadaan arena yang menurut dia tidak layak itu.
”Lihat saja ini, arena half pipe-nya curam sekali. Sangat bahaya, makanya jarang ada yang mau gunakan. Seharusnya, saat mau dibangun harus berkoordinasi dengan ahli pembuat arena bermain skateboard agar tidak sia-sia dana yang dikeluarkan,” tutur Dewi.
Arena bermain skateboard di Fly Over Slipi Skatepark memang telah banyak yang berlubang. Penambalan hanya terlihat di arena pool. Sementara di arena lain, lubang-lubang dibiarkan begitu saja.
Selain itu, para pemain skateboard saat itu juga mengeluhkan pinggir arena tidak dilapisi besi seperti di Taman Kalijodo. Karena itu, pinggiran arena mulai terkikis dan beberapa sudut menjadi sulit digunakan untuk menyangga skateboard.
Hal serupa terlihat pada arena handrails yang sebagian terbuat dari tembok dan sebagiannya dari besi. Arena yang terbuat dari tembok, sisinya sebagian besar telah terkikis.
”Ini juga terlalu panjang dan sangat berbahaya. Makanya dari tadi di sini enggak ada yang coba sampai ujung,” kata Dewi.
Selain kekurangan pada arena bermain, taman ini juga belum dilengkapi toilet dan tempat parkir. Akibat belum adanya tempat parkir, pengunjung memarkir motornya di pinggir jalan yang kerap ramai dilalui pengendara.
”Tidak bisa dilarang parkir di pinggir jalan karena memang belum ada tempat parkir,” kata salah satu petugas keamanan dari Suku Dinas Kehutanan Jakarta Pusat, Fransiskus Naibaho (23).
(SITA NURAZMI MAKHRUFAH)