BENGKALIS, KOMPAS — Kebakaran lahan gambut di Provinsi Riau bertambah luas dari sebelumnya 858 hektar menjadi 892 hektar. Kebakaran paling parah terjadi di Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis. Kekurangan alat dan cuaca panas menyebabkan api sukar dipadamkan.
Dari pantauan Kompas sepanjang Sabtu (23/2/2019), di Kecamatan Rupat, Bengkalis, api masih menyala di beberapa kawasan. Hal ini terlihat di Desa Kampung Baru, kabut asap memenuhi perkebunan warga.
Api merambat dari satu titik ke titik lain di bawah tanah. Sesekali api muncul ke permukaan membakar ranting kering, pohon karet, dan sawit milik warga. Sampai dengan pukul 18.30, api masih membakar lahan gambut Rupat.
Petugas gabungan yang terdiri dari Manggala Agni, TNI, Polri, dan BPBD serta warga bahu-membahu memadamkan api dengan cara menyiram dengan air dan memukul dengan ranting. Lahan yang terbakar di lokasi itu semuanya milik warga.
Berdasarkan data Manggala Agni Provinsi Riau, hingga Sabtu, luas lahan yang terbakar di provinsi itu 892 hektar. Luas lahan yang terbakar bertambah dari sebelumnya 858 hektar. Mengingat lahan yang terbakar adalah lahan gambut, dikhawatirkan api akan merambat ke lahan yang lain.
Warga Desa Kampung Baru, Derman (48), mengatakan, kebun karet miliknya seluas 3 hektar terbakar pada Sabtu pagi, padahal sehari sebelumnya api masih berjarak puluhan meter dari kebunnya. ”Saya hanya bisa pasrah melihat tanaman karet terbakar,” ujarnya.
Tambahperalatan
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meninjau lokasi kebakaran lahan di Desa Kampung Baru, Rupat. Ia terbang dari Pekanbaru ke Rupat menggunakan helikopter. Panglima berada di lokasi sekitar 30 menit. Ia ikut menyiram dengan air untuk memadamkan api.
Hadi mengatakan, pemadaman sukar dilakukan karena peralatan dan personel minim. Selain itu, pengaruh cuaca panas dan angin kencang juga memicu api cepat merambat.
Oleh karena itu, lanjutnya, peralatan seperti mesin pompa dan kendaraan lapangan harus ditambah. ”Personel TNI juga akan ditambah. Nanti dihitung berapa keperluan,” kata Hadi.
Menurut Hadi, selain pemadaman melalui darat, juga diperlukan pemadaman lewat udara. Helikopter milik TNI akan dikerahkan ke Rupat untuk menjatuhkan bom air. Sebelumnya, dua helikopter milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta milik perusahaan Sinar Mas dikerahkan untuk memadamkan api.
Hadi menyebutkan, jika memungkinkan, air akan diangkut menggunakan Hercules dengan kapasitas air 15 ton, kemudian ditumpahkan menggunakan balon karet ke titik api. ”Kalau BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menyarankan untuk membuat hujan buatan, kami buat, tergantung kondisi awan,” ucapnya.
Selain pemadaman melalui darat, juga diperlukan pemadaman lewat udara. Helikopter milik TNI akan dikerahkan ke Rupat untuk menjatuhkan bom air.
Data BMKG Pekanbaru menunjukkan, titik panas yang terpantau pada Sabtu di Riau sebanyak 18 titik, jauh menurun dibandingkan pada Jumat yang sebanyak 44 titik. Namun, cuaca panas dan angin masih terjadi sehingga bisa memicu timbulnya titik api baru.
Komandan Regu III Manggala Agni Dumai Hamdani menuturkan, selain penambahan mesin pompa, juga diperlukan alat berat untuk membuka akses ke lahan yang terbakar. Titik lahan yang terbakar sukar diakses karena berupa semak belukar sehingga menyulitkan pemadaman.
Hamdani mengatakan, diperlukan alat berat untuk membuka akses dan jika memungkinkan membuat kanal agar api tidak meluas. Apabila warga merelakan lahannya dibuat kanal api, lanjutnya, akan lebih cepat padam.
Warga Rupat berharap pemerintah cepat menangani sampai api padam. Pasalnya, kebakaran lahan telah menyebabkan warga rugi karena perkebunan mereka ikut terbakar. Warga melakukan shalat untuk meminta hujan selama tujuh hari.
”Seharusnya warga dibantu mesin pompa. Jika ada titik api, kan, bisa langsung menangani sehingga tidak sampai membesar,” kata warga Rupat, Sugito.
Sementara di Dumai, titik api berhasil dipadamkan. Namun, petugas masih menyiram di bekas lahan yang terbakar agar api tidak muncul kembali.