Wisata London (3): Panorama Kota dari Puncak Katedral
Setelah 10 menit berangkat dari stasiun kereta bawah tanah Shepherd\'s Bus, saya pun tiba di Stasiun St Paul\'s di Smithfield, kawasan yang disebut sebagai distrik keuangan di London, Inggris, pekan lalu. Jarum jam menunjuk pukul 09.30 waktu setempat ketika saya melangkah keluar stasiun.
Udara dingin dengan suhu 8 derajat Celsius menerpa wajah. Hanya sekitar 15 langkah, saya sudah masuk di halaman luas Gereja Katedral Santo Paulus (St Paul’s Cathedral), salah satu obyek dari 10 destinasi unggulan yang sering disebut sebagai jantung Kota London itu.
Gereja yang sangat berperan dalam sejarah Kota London itu berdiri di Bukit Ludgate. Katedral ini telah lima kali dibangun sejak pertama kali dibangun lebih dari 1.400 tahun silam untuk mengenang St Paulus dari Tarsus.
Bangunan gereja sekarang berubah setelah dirancang baru oleh Sir Christopher Wren setelah kebakaran besar London, September 1666. Namun, gereja ini tetap menjadi tempat paling sibuk bagi komunitas Anglikan merayakan imannya.
Pagi itu sudah tampak banyak orang duduk atau mondar-mandir sekadar mengambil gambar di halaman gereja. Saya berkesempatan masuk di lantai dasar, tanpa membayar tiket masuk.
Semua orang boleh masuk di lantai dasar, tentu saja setelah melewati pemeriksaan petugas. Di lantai dasar ada kafe dan toko penyedia pernak-pernik atau oleh-oleh serta buku-buku tentang kekristenan.
Dari sana saya lalu berpindah lagi, keluar dari gedung menuju halaman gereja lalu melangkah menuju lantai atas setelah meniti tangga dan melewati pemeriksaan yang lebih ketat dari petugas keamanan gereja. Beberapa polisi berpatroli di sekitar gedung gereja.
Pihak pengelola gereja menyediakan pemandu dan menyampaikan semua informasi tentang gereja secara langsung. Untuk pengunjung yang tak mau didampingi, dapat meminta rekaman audio yang bisa didengar sambil menjelajahi bagian dalam hingga ke puncak gereja.
Untuk bisa masuk ke bangunan utama gereja, yang merupakan tempat berbagai ibadah dilaksanakan, termasuk perayaan misa atau ekaristi, tidak gratis. Pengunjung harus membayar tiket masuk bervariasi, baik untuk kunjungan perorangan maupun kelompok atau keluarga.
Saya karena datang seorang diri dan dikenai biaya sebagai orang dewasa yakni 17,50 poundsterling atau sekitar Rp 350.000 (kurs Rp 18.000 per pound), tapi menjadi 15 pound kalau membelinya secara daring. Sedangkan kalau datang berkelompok, per orang dewasa dikenai tarif 15 pound dan anak-anak 8 pound.
Sementara tarif untuk satu keluarga (2 dewasa + 3 anak) ialah 48,50 pound atau kalau beli secara daring akan lebih murah yakni 41,20 pound. Untuk paket keluarga (1 dewasa, 3 anak) ialah 34,00 pound atau jika beli secara daring akan hanya dikenai tarif sebesar 29 pound.
Dengan tiket masuk itu kita akan lebih leluasa menjelajahi bagian dalam gereja, mulai dari deretan bangku-bangku umat hingga sakristi atau altar, tentu saja dengan sikap yang santun karena keberadaan kita selalu dalam pantauan petugas melalui kamera pengawas.
Pengunjung dilarang memotret bagian dalam gereja. Setelah saya memotret beberapa kali, barulah petugas menyadari dan melarangnya.
Saya berkesempatan sampai bagian puncak kubah gereja, yakni di ketinggian 85 meter dari total tinggi bangunan 111,3 meter itu. Kubah gereja yang besar dengan interior bagian dalam yang megah terinspirasi oleh kubah Gereja Santo Petrus di Vatikan. Interiornya dilukis oleh Sir James Thornhill (1675-1734).
Untuk mencapai ketinggian yang diizinkan, yakni bagian yang disebut Golden Gallery (85 meter dari lantai katedral), pengunjung harus meniti kuat sebanyak 528 anak tangga (steps). Lumayan capai untuk orang tua.
Kalau ingin sampai di Stone Gallery saja, maka kita hanya akan meniti 376 anak tangga, yakni di ketinggian 53 meter dari lantai katedral. Namun, kalau Anda cukup mau sampai di ketinggian 30 meter dari lantai katedral, tepatnya di Whisppering Gallery, cukup meniti 257 anak tangga.
Subyek promosi
Pengunjung bisa dengan leluasa mengambil gambar pemandangan gedung-gedung pencakar langit dan lanskap London dari ketinggian di Lantai Golden Gallery. Di sana terlihat keindahan panorama Kota London di berbagai penjuru.
Saya pun memotret pemandangan Kota London dari empat sisi arah mata angin dengan berdiri di area puncak kubah. Salah satu panorama yang kelihatan indah dari ketinggian itu adalah gedung pencakar langit The Shard, yang pada 5 Juli 2012 diresmikan sebagai gedung tertinggi di Eropa.
Pembangunan gedung setinggi 310 meter dengan 95 lantai itu menghabiskan dana sekitar Rp 22 triliun atau 1,5 poundsterling. Pembangunan gedung yang terletak di Southwark, tak jauh dari London Bridge, itu dibiayai oleh dana pinjaman dari Qatar Bank.
Dari puncak kubah Katedral belahan lain hamparan Kota Megapolitan London pun tampak. Katedral ini telah menjadi subjek utama promosi wisata Inggris. Saya sempat membeli dua kartu pos yang menampangkan foto kubah katedral yang ikonik, dikelilingi asap dan api yang menggambarkan peristiwa The Blitz.
Untuk sightseeing, St Paulus dibuka setiap Senin-Sabtu, dari jam 08.30 sampai pukul 16.00. Menurut petugas di sana, Gereja Katedral St Paulus yang megah saat ini merupakan bangunan kelima yang berdiri di Bukit Ludgate sejak tahun 604.
Saya mengecek beberapa literatur tentang gereja tersebut. Benar apa yang disampaikan pemandu tersebut. Bangunan kelima ini didirikan antara tahun 1675 dan 1711, setelah yang terdahulu hancur oleh kebakaran besar pada 1666.
Era tersebut (1675-1711) dikenal sebagai “Kelahiran St Paulus yang Baru”. Gereja baru itu menjadi katedral pertama yang dibangun setelah Reformasi Inggris pada Abad XVI, ketika Raja Hendry VIII memisahkan Gereja Inggris dari jurisdiksi kepausan dan Kerajaan mengambil alih kekuasaan atas Gereja Inggris, yang menginduki Komunitas Anglikan Sedunia, hingga kini.
Di Katedral St Paulus ini, Pangeran Charles dan Putri Diana Spence melangsungkan pernikahan mereka pada 21 Juli 1981. Menurut catatan pengelola gereja ini, Katedral St Paulus dikunjungi rata-rata 1,9 juta sampai 2 juta orang per tahun, dengan puncak pada 2013 yakni mencapai 2,14 juta orang.
Tanpa terasa, matahari sudah di puncak. Saya pun bergegas menuju stasiun St Paul’s, yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari pelataran gereja. Toko, kafe, restoran, dan gedung-gedung di sekitar Gereja Katedral selalu menggunakan “St Paul’s”, maklum, gereja ini adalah jantung kota (heart of the city) London.
Gereja ini menjadi tempat paling pas untuk mendapatkan ketenangan dan bertemu Tuhan di tengah dunia yang terus berubah semakin profan dan hedonis. Gereja Katedral St Paulus merupakan ikon yang paling penting atau signifikan dalam menggambarkan identitas nasional warga Inggris.