Bali Diharapkan Menjadi Laboratorium Perfilman Dunia
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·2 menit baca
GIANYAR, KOMPAS – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Gede Oka Artha Ardana Sukawati mengharapkan Bali semakin dikenal sebagai studio alami pembuatan film berskala nasional maupun internasional. Selain didukung alam, Bali juga mempunyai seni dan budaya serta masyarakat yang adaptif dengan perkembangan.
“Di Bali, budaya masih dipertahankan, bahkan budaya tumbuh dan berkembang. Selalu ada hal baru di Bali,” kata Tjokorda Gede Oka Artha Ardana Sukawati, atau akrab disapa Tjok Ace, ketika bertemu sutradara Amerika Serikat asal Indonesia Livi Zheng di Ubud, Gianyar, Sabtu (23/2/2019).
Tjok Ace menginginkan Bali dikenal sebagai laboratorium perfilman di dunia. Dia menambahkan, selain sebagai sarana hiburan, film menjadi cara mengenalkan daerah dan potensi daerah secara luas. Tjok Ace mengungkapkan, Ubud semakin dikenal secara internasional setelah menjadi lokasi pengambilan film berjudul "Eat Pray Love" yang dibintangi Julia Roberts pada 2010.
Livi Zheng berada di Bali dalam serangkaian riset untuk proyek filmnya dan pengenalan film dokumenternya yang berjudul “Bali: Beats of Paradise”. Livi Zheng mengungkapkan, film itu direncanakan ditayangkan di Indonesia mulai Juli mendatang.
Film “Bali: Beats of Paradise” mengulas kisah tentang kebudayaan Indonesia, khususnya gamelan Bali, di AS melalui kehidupan suami-istri asal Indonesia, I Nyoman Arjasa Wenten dan Nanik Wenten. Wenten adalah komposer gamelan yang sudah 40 tahun bermukim di AS dan mengajarkan etnomusikologi di negeri “Paman Sam” itu. Sedangkan Nanik Wenten adalah penari dan koreografer.
Livi Zheng adalah aktris, produser, dan sutradara asal Indonesia yang juga berkarier di AS. Livi Zheng menyatakan akan terus mengangkat kebudayaan Indonesia dalam film-filmnya untuk mengenalkan Indonesia di panggung internasional.
“Gamelan pernah dipakai dalam sejumlah film Hollywood,” kata Livi Zheng di Ubud. Film populer berjudul “Avatar” (2009), yang diproduseri dan disutradarai James Cameron, juga memasukkan gamelan Bali.
Selain gamelan Bali, menurut Livi Zheng, kekayaan budaya Indonesia lainnya juga perlu diangkat ke layar lebar sehingga Indonesia lebih dikenal dunia. “Masih banyak yang belum tahu Indonesia itu di mana,” ujarnya.
Adapun mengenai Bali, Livi Zheng mengaku selalu terkesan dengan daerah ini. Menurut dia, selalu ada hal baru di Bali meskipun sudah berulang kali didatangi. “Itu mengagumkan,” katanya.