Pembangunan Blok Sakakemang Ditargetkan Selesai 15 Tahun
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
BAYUNG LENCIR, KOMPAS — Eksploitasi cadangan gas di Blok Sakakemang yang yang mencapai 2 trilliun kaki kubik di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, diperkirakan baru akan dilakukan 10-15 tahun ke depan. Hingga saat ini, pihak Repsol sebagai kontraktor kontrak kerja sama masih menyelesaikan tahap eksplorasi, termasuk pengembangannya.
Temuan cadangan gas ini diharapkan dapat berdampak pada meningkatnya pendapatan daerah penghasil.
Manajer Senior Hubungan Masyarakat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Perwakilan Sumatera Bagian Selatan Andi Arie Pangeran di Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sabtu (23/2/2019), mengatakan, setelah Repsol menemukan cadangan gas yang cukup signifikan di Blok Sakakemang, eksplorasi terus berlangsung. Temuan itu tepatnya ada di Sumur Kaliberau Dalam (KBD) 2X yang terletak di Desa Tampang Baru, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Sumur gas tersebut memiliki kedalaman 2.430 meter. Kini, Repsol terus melakukan pengeboran dan penyelesaian tahapan eksplorasi.
Selain di KDB 2X, Repsol juga mengeksplorasi sumur lain, yakni KBD 3X yang jaraknya tidak jauh dari lokasi KBD 2X. ”Pengerjaan dilakukan secara serentak,” katanya.
Temuan cadangan gas ini merupakan yang terbesar keempat di dunia dan terbesar di Indonesia setelah penemuan Blok Cepu pada 2001 lalu. Potensi cadangan dengan kandungan gas hingga 2 triliun kaki kubik gas. Pengelolaan Sumur KBD 2X dilakukan di atas lahan seluas 4,7 hektar. ”Sebelum dijadikan tempat pengeboran, lokasi ini merupakan kawasan konsesi perkebunan kelapa sawit sebuah perusahaan,” ucap Andi.
Repsol mulai berinvestasi di Indonesia sejak tahun 2009 dengan fokus pada aset-aset di wilayah timur Indonesia. Pada tahun 2015, Repsol mengambil saham Tasliman. Hingga saat ini, Repsol mengelola empat wilayah kerja eksplorasi, yaitu Jabung Timur, Sakakemang, Jambi Tenggara, dan Andaman 3.
Kini, Repsol masih mengukur tekanan gas yang ada, termasuk meneliti kandungan gas tersebut. ”Sampai saat ini, gas masih diukur, api pun masih berkobar di lokasi pengeboran,” katanya.
Lokasi itu disterilkan untuk menjaga keamanan warga sekitar. Di lokasi pengeboran hanya ada pekerja. Adapun warga tinggal cukup jauh dari lokasi pengeboran.
Pembangunan fasilitasi produksi
Andi menuturkan, walau Repsol sudah mengetahui kandungan cadangan gas dalam sumur tesebut, upaya ekspolitasi masih menunggu rampungnya pembuatan fasilitas produksi yang membutuhkan waktu 3-8 tahun. ”Dari penemuan cadangan gas hingga penyelesaian lapangan membutuhkan waktu 10-15 tahun,” katanya.
Menurut Andi, selain menyelesaikan proses eksplorasi dan eksploitasi, saat ini pihak Repsol dan SKK Migas juga berupaya untuk mencari pasar yang akan menggunakan gas yang telah dihasilkan. Pencarian pasar ini bertujuan untuk mencari kapasitas produksi, termasuk menentukan nilai ekonomi yang akan diperoleh.
Beberapa wilayah di Sumsel memang memiliki potensi gas yang cukup besar, seperti di Banyuasin, Penukal Abab Lematang Ilir, Prabumulih, dan Musi Banyuasin. Produksi gas di Sumsel pada tahun 2018 mencapai 1.434 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). ”Penemuan ini tentu akan mendongkrak produksi gas di Sumsel,” katanya.
Ada beberapa pasar yang kemungkinan akan disasar, seperti bahan bakar untuk listrik dan kebutuhan pabrik pupuk. Namun, bisa saja gas disalurkan ke pasar potensial lain yang ada di daerah lain atau di luar negeri. Namun, sebelum disalurkan ke tempat tersebut, pasar domestik akan jadi prioritas.
Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin mengatakan, keberadaan Blok Sakakemang diharapkan dapat mendongkrak perekonomian Musi Banyuasin dan Sumsel. Menurut dia, penemuan ini akan dikembangkan untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Musi Banyuasin, menciptakan lapangan kerja, dan membangun jaringan gas rumah tangga.
Selain itu, lanjut Dodi, pihaknya juga akan membangun kawasan industri yang diharapkan dapat mendongkrak perekonomian daerah. Sejumlah industri yang dapat dikembangkan adalah pabrik pengolahan sawit, pupuk, dan pembangkit listrik.
Dengan temuan itu, Bupati berharap produksi gas di Musi Banyuasin dapat meningkat dua kali lipat. ”Apabila berproduksi, APBD Musi Banyuasin diperkirakan meningkat hingga dua kali lipat dari dana bagi hasil,” ucapnya.