Pemenangnya... Ayam Geprek!
Variasi menu ayam tiada habis. Kreasi ayam digoreng dan dilumuri sambal dengan tingkat kepedasan beragam, membuat menu ayam geprek digemari semua kalangan. Tambahan keju dan saus telur asin menjadikan menu ini modern dan disukai anak-anak muda. Ayam geprek menggebrak pasar.
Awal tahun ini, Cantika Adinda (27) mendapat laporan digital perihal jumlah dan jenis makanan yang paling sering ia pesan pada 2018. Laporan dari aplikasi ojek dalam jaringan itu menyebutkan, karyawan swasta ini sering memesan menu ayam. Lebih spesifik lagi, ayam penyet atau ayam geprek.
Ayam geprek adalah salah satu olahan ayam yang belakangan popularitasnya melejit. Harga per porsi rata-rata Rp 15.000-Rp 30.000, tergantung tambahan lain, seperti keju, saus telur asin, atau sambal.
Bagi Cantika, saat bertugas ke luar DKI Jakarta, ayam penyet jadi menu makanan paling ‘aman’ dari berbagai aspek. Sebab, menu ini mudah dijumpai. “Hampir semua teman saya suka ayam geprek, jadi enggak sulit cari orang yang mau makan bareng,” katanya.
Warung ayam penyet atau geprek yang direkomendasikan Cantika dan teman-temannya adalah Iwak Pecah. Warung makan milik pasangan Ichwan Nopianto Ponco Nugroho (38) dan Dyah Widyanti (37) ini dirintis 2015. Iwak Pecah menawarkan dua jenis ayam penyet, yaitu ayam goreng dan ayam tepung. Teksturnya renyah dan dilumuri sambal ulek.
Ichwan bercerita, kata ‘Iwak’ berasal dari Bahasa Jawa yang berarti aneka jenis lauk, sementara ‘Pecah’ mendeskripsikan kepedasan yang luar biasa.
Pada awal usahanya, di Jalan Kalibaru Timur, Bungur, Senen, Jakarta, pengunjung yang datang 30-40 orang per hari. Namun, setelah rutin mengikuti berbagai pameran kuliner dan bergabung dengan aplikasi daring, kini Iwak Pecah melayani 300-400 transaksi per hari. Harga satu paket ayam penyet, nasi, dan lalapan Rp 26.000. Antrean pengemudi ojek daring yang melayani pesanan makanan melalui aplikasi sudah jadi pemandangan sehari-hari.
Ayam geprek bahkan mengubah nasib Eko Siswanto, pemilik Ayam Geprek Mas Eko, dan Agung Prasetyo Utomo, pemilik Ayam Geprek Juara. Ayam Geprek Mas Eko -yang menjadi mitra Go-Food- kini tersedia di 5 cabang, yang tersebar di Jawa, Bali, dan Batam. Adapun Ayam Geprek Juara ada di 57 cabang di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur.
Agung menyebutkan, 20 cabang dikelolanya sendiri, sedangkan sisanya dikelola orang lain dengan model waralaba. Setiap bulan, Ayam Geprek Juara menghabiskan 60 ton ayam potong.
Sementara, Eatlah, bagi anak-anak muda dianggap sebagai bagian gaya hidup masa kini. Nasi ayam goreng dengan saus telur asin ditambah telur ceplok lekat dengan citra Eatlah yang berdiri pada 2016.
Co-Founder dan Marketing Director Eatlah, Charina Prinandita, menjelaskan, pasar utama Eatlah adalah anak muda usia 18-35 tahun. Promosi mengandalkan media sosial sehingga menjangkau segmen yang dituju.
Kini, Eatlah memiliki 21 cabang, termasuk yang ada di mal. Agar semakin diterima anak-anak muda, konsep di setiap gerai berbeda, disesuaikan dengan perilaku konsumen di sekitarnya.
Bagi Lidia Tanod, aktivis Komunitas Jalan Sutra, variasi di dunia makanan seperti mode di dunia pakaian. Artinya, terus berubah seiring perkembangan zaman. Selalu ada yang baru di kuliner, meskipun dengan mengkreasikan produk yang sudah ada sebelumnya.
"Di bisnis kuliner, terutama untuk makanan berat, bahan dasarnya itu-itu saja, ayam, daging, ikan. Dari ketiganya, ayam yang paling banyak variasinya," kata Lidia.
Ayam dipilih, tidak saja karena harganya lebih murah dari daging, tetapi juga karena kemudahan dan kecepatan dalam pengolahan. Proses memasaknya juga relatif lebih cepat, sehingga ongkos produksi olahan ayam lebih murah.
"Kalau ikan tidak mudah divariasikan karena tidak semua orang senang ikan. Hanya orang-orang pesisir yang menyukai ikan. Apa pun jenis masakan ikan bisa diterapkan di ayam," ujar Lidia.
Penambah cita rasa ayam geprek adalah sambal dengan tingkat kepedasan bervariasi. Anak-anak muda menyebut nya dengan level kepedasan. Kesan modern membuat ayam geprek gampang diterima anak muda.
Paling banyak
Go-Food, aplikasi pemesanan makanan daring, pernah merilis daftar makanan yang paling banyak dipesan selama sebulan penyelenggaraan Pesta MaMiMuMeMo hingga 5 Desember 2018. Program itu menyasar pengguna Go-Food, pedagang yang menjadi mitra, serta pengendara ojek mitra Go-Jek.
Hasilnya, paket ayam unggul dengan pemesanan 10 juta kali. Menu lainnya adalah aneka paket nasi (3,5 juta kali), kopi (1,5 juta kali), gorengan (1,2 juta kali), mi (1 juta kali), dan martabak (700.000 kali).
Adapun GrabFood mengumumkan, hingga 21 November 2018, ada 10 jenis makanan dan minuman yang paling banyak dipesan pelanggan. Ayam geprek ada di urutan pertama.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko, kreasi yang disajikan di atas piring konsumen menjadi salah satu penopang permintaan ayam.
“Saya optimistis permintaan ayam pedaging di peternakan tidak akan turun. Apalagi, daging ayam adalah salah satu protein yang paling mudah dijangkau masyarakat,” katanya.
Rata-rata daya serap ayam pedaging di pasar tumbuh 5 persen per tahun. Permintaan paling tinggi dari kawasan Jabodetabek, disusul Bandung dan Surabaya.
Menu ayam yang kian bervariasi membuat permintaan daging ayam meningkat. Namun, Singgih meyakini, peningkatan permintaan itu masih dapat dipenuhi dari domestik. Saat ini, populasi ayam pedaging berkisar 62-65 juta ekor per minggu. (KRN/ARN/MED/JUD)