Penerjemahan 50 Buku Cergam dalam Bahasa Bali Dimulai
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Guna melestarikan bahasa daerah dan memperkaya pustaka berbahasa Bali, komunitas pelestari bahasa Bali, Basabali, mulai menerjemahkan 50 buku cerita bergambar ke bahasa Bali. Program penerjemahan yang didukung The Asia Foundation melalui program Let’s Read! itu juga bertujuan menumbuhkan minat baca sejak usia anak-anak serta melestarikan dan mengembangkan bahasa Bali.
Upaya penerjemahan 50 buku cerita bergambar (cergam) atau komik untuk kalangan anak-anak itu dimulai tim Basabali Wiki pada Minggu (24/2/2019) di aula Gedung Balai Bahasa Bali di Denpasar, Bali. Tim Basabali Wiki melibatkan sejumlah dosen, penyuluh bahasa Bali, dan praktisi sebagai penerjemah dan penyunting.
”Penerjemahan ini adalah upaya Basabali Wiki yang didukung The Asia Foundation untuk mengenalkan bahasa Bali melalui dunia maya,” kata Direktur Basabali Wiki I Gde Nala Antara dalam pembukaan acara bertajuk Pesta Penerjemahan di aula Gedung Balai Bahasa Bali, Minggu.
Nala menambahkan, kegiatan penerjemahan itu juga serangkaian dengan Bulan Bahasa Bali 2019. Menurut Nala, aktivitas Basabali Wiki berada di dunia maya. ”Melalui dunia virtual ini, kami berharap bahasa Bali semakin dikenal tidak hanya di Bali, tetapi lebih meluas,” ujar Nala yang juga dosen sastra Bali di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.
Ia menuturkan, 50 buku bacaan untuk anak-anak itu diunduh dari laman perpustakaan digital Let’s Read! milik The Asia Foundation. Buku cerita bergambar terpilih lalu dialihbahasakan ke bahasa Bali.
Adapun hasil terjemahannya yang sudah disunting kemudian diunggah ke laman perpustakaan digital The Asia Foundation tersebut dan juga ke laman Basabali. Buku-buku itu di antaranya Nenekku Jago Lempar Bola, Mesin Keren Nenek, Di Mana Si Jago, dan Di Ujung Aliran Sungai.
Literasi anak
Peneliti di Balai Bahasa Bali, Made Sudiana, menyatakan, penerjemahan puluhan buku cerita bergambar untuk kalangan anak-anak itu adalah langkah bagus guna memperkaya pustaka dan kosakata bahasa Bali. Sudiana yang terlibat sebagai penyunting dalam Pesta Penerjemahan itu mengatakan, penerjemahan ke bahasa Bali tidak sekadar mengalihkan bahasa, tetapi juga memindahkan budaya.
”Harapannya, penerjemahan ini membantu menumbuhkan budaya literasi sejak usia anak-anak dan menggugah minat baca lebih lanjut,” katanya. Penerjemahan dari buku cerita bergambar, menurut dia, juga membantu merangsang dan menumbuhkan daya imajinasi anak-anak yang membacanya.
Penerjemahan buku cerita bergambar juga membantu merangsang dan menumbuhkan daya imajinasi anak-anak yang membacanya.
Anggota tim penyunting Pesta Penerjemahan lainnya, I Wayan Suardiana, menyebutkan, kegiatan penerjemahan ke bahasa Bali itu sejalan dengan langkah Pemerintah Provinsi Bali untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa, sastra, dan aksara Bali. Menurut Suardiana, pengembangan bahasa Bali melalui penerjemahan dan penyerapan kosakata diharapkan mampu menjaga keberlanjutan bahasa Bali sebagai bahasa daerah.
UNESCO pada 21 Februari 2009 merilis, sekitar 2.500 bahasa di dunia, termasuk lebih dari 100 bahasa daerah di Indonesia, terancam punah (Kompas, 22/2/2019). Adapun Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa tahun 2019 mencatat, dari 74 bahasa daerah yang telah dipetakan daya hidupnya, 11 bahasa daerah telah punah karena tidak ada lagi penuturnya. Selain itu, terdapat 4 bahasa daerah berstatus kritis dan 22 bahasa terancam punah. Bahasa daerah harus dijaga karena menjadi salah satu penanda identitas dan penunjuk kebinekaan di Indonesia.