Bicara soal Bantargebang tidak melulu soal tumpukan sampah. Ada prestasi dan semangat berinovasi dari anak-anak yang sadar teknologi.
Andi Febriyanto (18), siswa kelas XII SMK Negeri 2, Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, berusaha sekuat tenaga menghilangkan gugup saat mempresentasikan smart energy helmet di hadapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang berkunjung ke SMKN 2 Kota Bekasi, Senin (25/2/2019). Adapun kunjungan dilakukan setelah menteri meresmikan Pusat Arsip Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berjarak 1,3 kilometer dari SMKN 2 Kota Bekasi.
Dengan bibir yang sedikit bergetar, Andi menjelaskan bahwa helm itu bisa digunakan untuk mengisi daya baterai telepon seluler (ponsel) pengendara sepeda motor. “Jadi, helm ini dilengkapi dengan panel surya yang bisa menangkap sinar matahari dan mengubahnya menjadi listrik,” kata Andi, siswa jurusan Teknik Elektronika Industri SMKN 2 Kota Bekasi.
Panel surya berukuran sekitar 15 x 5 centimeter (cm) dipasang pada bagian atas helm. Di sebelah kiri bawah helm, ada soket untuk memasang kabel data yang menghubungkan energi listrik ke dalam ponsel.
Sekitar satu menit, Andi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Muhadjir seputar karyanya. Muhadjir penasaran dengan arus listrik yang masuk dan keluar di helm itu. Berulang kali Muhadjir memegang dan memerhatikan kabel yang digunakan di helm tersebut.
Andi menambahkan, karya itu ia buat selama satu bulan. Beberapa bulan lalu pun pernah diikutsertakan dalam lomba inovasi antarsiswa se-Kota Bekasi. Dengan helm itu, ia berhasil menyabet gelar juara.
Pada kesempatan tersebut, tidak hanya Andi yang menunjukkan karyanya. Sekitar 10 siswa lainnya juga memajang karya mereka di koridor kelas sepanjang sekitar 100 meter. Muhadjir pun mencermati satu per satu karya mereka.
Bakat wirausaha
Di meja mesin perakitan dan pemisahan otomatis atau automatic assembling and sorting, Muhadjir berhenti cukup lama. Ia senang melihat karya Erwin Syah Rizal (18) dan kawan-kawan itu. Alat itu merupakan prototipe perakitan komponen industri yang bisa langsung memisahkan komponen logam dan nonlogam.
Erwin mengatakan, pekerjaan utama dalam membuat mesin itu adalah menyusun bahasa pemrograman untuk menggerakkan mesin. Sementara itu, bahan-bahan untuk membuat instalasinya sudah banyak dijual di pasaran.
“Kamu bisa membuat seperti ini, kalau sudah besar mau jadi apa?” tanya Muhadjir.
“Saya mau jadi wirausaha, Pak. Jadi, setelah lulus bekerja dulu untuk mengumpulkan modal, setelahnya ingin membuka usaha sendiri,” kata Erwin.
“Iya, bagus. Kita memang semestinya berparadigma menciptakan pekerjaan, bukan lagi mencari pekerjaan,” kata Muhadjir.
Ketika bergeser ke meja karya yang lain, Muhadjir kembali terkejut saat melihat karya bertajuk “Berkebun Zaman Now Berbasis Android Smart Future”. Tabah Putra (17), siswa jurusan Teknik Sepeda Motor yang membuat alat itu mengatakan, terinspirasi dari kehidupan masyarakat kota yang serba sibuk. Mereka yang ingin berkebun kerap terbentur dengan kesibukan sehingga tidak bisa merawat tanaman secara teratur.
“Alat ini memungkinkan kita untuk tetap menyiram dan memberi pupuk pada tanaman hidroponik dari jauh karena bisa dikendalikan dengan aplikasi di gawai,” kata Tabah.
Pada instalasi itu, Tabah memasang perangkat jaringan internet nirkabel dan telepon pintar dengan program yang dapat menggerakkan komponen-komponen untuk menyiram dan memupuk tanaman.
Menurut Muhadjir, teknologi itu semestinya bisa diterapkan lingkup yang lebih luas. “Itu tinggal dibelikan tanah berapa hektare, bisa dipakai untuk merawat tanaman,” kata dia.
Selain beberapa karya tersebut, masih ada sejumlah karya lain yang dihasilkan sekitar 1.500 murid SMKN 2 Kota Bekasi. Mereka terbagi ke dalam 5 jurusan, yaitu Akuntansi, Rekayasa Perangkat Lunak, Teknik Komputer Jaringan, Teknik Sepeda Motor, dan Teknik Elektronika Industri. Setiap jurusan mampu menghasilkan karya dengan ciri khas masing-masing.
Revitalisasi
Meski menghasilkan banyak karya, baik SMKN 2 Kota Bekasi maupun sekolah-sekolah lainnya masih mengalami keterbatasan dari segi infrastruktur. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Wilayah III Bekasi Herry Pansila mengatakan, sejumlah sekolah belum memiliki ruang praktik siswa, alat peraga juga terbatas.
Oleh karena itu, Herry telah mengajukan revitalisasi untuk 28 SMK. Sebanyak 15 sekolah di Kota Bekasi dan 13 SMK di Kabupaten Bekasi. Revitalisasi yang dimaksud adalah melengkapi sarana dan prasarana untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Muhadjir membenarkan, revitalisasi memang akan dilakukan mulai 2019. Revitalisasi itu juga akan dilakukan secara nasional. Menurut rencana, Kemendikbud akan merevitalisasi 280 SMK sepanjang 2019 dengan total anggaran Rp 2,8 triliun dengan setiap sekolah mendapatkan alokasi dana sekitar Rp 10-11 miliar.
“SMKN 2 Kota Bekasi merupakan sekolah yang akan kami revitalisasi tahun ini,” kata Muhadjir.
Menurut dia, sekolah itu layak diperhatikan karena lokasinya berbatasan langsung dengan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantargebang. Salah satu program revitalisasi yang segera dilakukan adalah pembangunan rumah ibadah.
Akan tetapi, tambah Muhadjir, sekolah itu bukan satu-satunya. Revitalisasi juga akan dilakukan terhadap sekolah lain di Bekasi.