Merapi Kembali Keluarkan Awan Panas, Jarak Luncur 1,1 Km
Oleh
HARIS FIRDAUS
·2 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS -- Setelah tenang selama beberapa hari terakhir, Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah kembali menunjukkan peningkatan aktivitas. Senin (25/2/2019) pukul 11.24 WIB, Merapi mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak luncur 1,1 kilometer (km).
Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), awan panas guguran tersebut meluncur ke arah hulu Kali Gendol, Kabupaten Sleman, DIY, dengan durasi 110 detik. Secara visual, menurut BPPTKG, kejadian awan panas guguran tersebut tidak bisa teramati karena cuaca berkabut.
Kejadian awan panas pada Senin siang itu merupakan awan panas guguran ke-13 yang dikeluarkan Merapi sejak 29 Januari 2019. Seminggu sebelumnya, tepatnya pada 18 Februari 2019, Merapi juga menunjukkan peningkatan aktivitas dengan mengeluarkan tujuh kali awan panas dalam sehari. Saat itu, awan panas yang dikeluarkan Merapi memiliki jarak luncur terjauh 1 km.
Baca Memahami Erupsi Merapi 2018-2019, Seberapa Jauh Tingkat Bahayanya?
Setelah mengeluarkan tujuh kali awan panas tersebut, kondisi Merapi relatif tenang. Hal ini terlihat dari tidak adanya awan panas yang dikeluarkan Merapi dalam kurun waktu 19-24 Februari 2019. Indikasi lainnya, dalam kurun waktu tersebut, jumlah guguran material yang terjadi di Merapi juga relatif rendah.
Meski Merapi telah mengeluarkan beberapa kali awan panas guguran, status Merapi sampai sekarang masih Waspada (Level II). Zona bahaya yang ditetapkan BPPTKG juga masih sama, yakni radius 3 km dari puncak Merapi. Oleh karena itu, BPPTKG merekomendasikan masyarakat tidak beraktivitas dalam radius tersebut.
Dalam kesempatan sebelumnya, Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan, Merapi masih berpotensi mengeluarkan guguran lava dan awan panas dengan jarak kurang dari 3 km. Guguran lava dan awan panas itu belum mengancam keselamatan penduduk di sekitar Merapi. Sebab, tidak ada penduduk yang tinggal dalam radius 3 km dari puncak.
”Apabila terjadi atau berpotensi terjadi awan panas dengan jarak luncur melebihi 3.000 meter, rekomendasi tingkat aktivitas akan dievaluasi,” ujar Hanik.
Apabila terjadi atau berpotensi terjadi awan panas dengan jarak luncur melebihi 3.000 meter, rekomendasi tingkat aktivitas akan dievaluasi
Hanik menambahkan, masyarakat yang beraktivitas di sekitar aliran Kali Gendol juga diminta untuk meningkatkan kewaspadaan. "Sehubungan dengan sudah terjadinya beberapa kali awan panas dengan jarak luncur yang semakin besar, maka masyarakat di sekitar alur Kali Gendol agar meningkatkan kewaspadaan," ujarnya.