ANGGI, KOMPAS - Pelestarian noken diharapkan mampu memutus rantai kekerasan terhadap perempuan di Papua dan Papua Barat. Lebih dari sekadar kerajinan tas, noken sarat filosofi kasih sayang dan transfer ilmu luhur antar generasi.
Noken adalah warisan budaya tak benda asal tanah Papua yang telah diakui UNESCO. Biasa berwujud tas, fungsinya lebih dari hanya membawa barang.
Noken menjadi bahasa universal bagi ratusan suku di Papua dan Papua Barat. Kehadirannya vital dalam upacara kelahiran anak, membesarkan keturunan, pernikahan, pelantikan kepala suku, hingga menjadi simbol perdamaian antar suku.
"Dengan segala nilai luhur tentang kebaikan, saya berharap noken bisa terus menjadi jembatan memutus mata rantai kekerasan di Papua dan Papua Barat," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise di Anggi, ibukota Pegunungan Arfak, Papua Barat, Sabtu (23/2/2019).
Harus ditempuh menggunakan kendaraan gardan ganda sekitar 2,5 jam dari Manokawari, ibukota Papua Barat, Yohana meresmikan program Mama Noken dan Noken Anak di Pegunungan Arfak. Masyarakat di sana, diminta memakai noken dalam kesehariannya. Lebih dari 500 ibu dari berbagai daerah di Papua Barat mengikuti peresmian acara ini.
Yohana mengatakan, ada banyak pesan cinta dan kasih sayang antara ibu dan anak dalam noken. Dia mencontohkan, di Papua dan Papua Barat, noken wajib ada mendampingi ibu dan bayi yang baru dilahirkan.
Saat membesarkan anak, noken juga berperan penting. Ketika ibu bekerja di kebun, anak kerap dibawa dalam noken atau dipangku di pundak beralas noken. Hal itu, membuat ibu tetap bisa ikut mencari nafkah tanpa melepaskan pengawasan kepada anak-anaknya.
Dengan pengawasan sejak dini, Yohana mengatakan, pola pengasuhan ideal keluarga pun potensial muncul. Nilai-nilai kehidupan bisa disampaikan lebih intens, termasuk tidak melakukan kekerasan pada perempuan.
"Saat semakin banyak yang memakai noken maka promosi tanpa kekerasan dapat lebih digalakkan. Semoga semangat serupa bisa diterapkan di daerah lain di Indonesia. Tanpa kekerasan, hidup akan lebih baik," katanya.
Berdasarkan data Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan tahun 2017, tercatat kasus kekerasan terhadap perempuan masih tinggi. Ada 5.167 kasus kekerasan terhadap istri, kekerasan pacaran (1.873 kasus), kekerasan pada anak perempuan (2.227 kasus). Bentuknya berupa kekerasan fisik, seksual, psikis, dan kekerasan ekonomi.
Di Papua Barat, ada 44 kasus kekerasan pada perempuan. Jumlah itu berpotensi lebih tinggi apabila semua kasus terdata.
Kehidupan lebih baik
Bupati Pegunungan Arfak Yosias Saroy berharap, noken terus memberi harapan hidup sejahtera bagi warga. Selain menekan kekerasan dan ramah lingkungan, noken bisa menopang ekonomi keluarga untuk mendorong kehidupan rumah tangga lebih baik.
"Saat noken diwajibkan untuk dipakai warga Arfak maka akan semakin banyak noken yang dibuat," katanya.
Saat ini, harga noken bervariasi bergantung bahan dan ukuran, antara Rp 100.000 hingga Rp 2 juta per buah. Bahan alami itu antara lain serat daun nenas, serat kayu melinjo, hingga serat batang anggrek.
Dalam kesempatan yang sama, anggota Asosiasi Tradisi Lisan Indonesia Donna Sampaleng, yang fokus pada budaya di Papua Barat, mengatakan, pemahaman noken lebih sekadar tas harus diubah. Sebagai warisan budaya, noken punya arti lebih penting selain pembawa barang. Mulai dari pencarian bahan, pembuatan, hingga pengaplikasiannya, noken penuh nilai luhur tentang manusia, alam, dan sang pencipta.
"Noken adalah budaya kehormatan warga Papua dan Papua Barat. Di sana, rajutan kehidupan terus dijaga. Menghargai noken sama dengan menjaga cinta orang tua pada anak-anaknya. Ibarat rahim, noken menjadi jembatan untuk kehidupan dan harapan yang lebih baik," katanya.