Rest area Pendopo 456 di ruas Tol Semarang-Solo, Jawa Tengah, akan hadir sebagai destinasi wisata dan bukan hanya sekadar tempat istirahat. Integrasi dua area istirahat yang berseberangan dengan konsep rumah tradisional masyarakat Jawa atau Joglo menjadi pembeda dengan rest area lainnya.
Sebagai gambaran, Jalan Tol Semarang-Solo yang juga bagian dari Tol Trans-Jawa, terbentang dari Km 420 hingga Km 484. Ruas tol terbagi atas lima seksi, yaitu Semarang-Ungaran (10,85 km), Ungaran-Bawen (11,99 km), Bawen-Salatiga (17,57 km), Salatiga-Boyolali (24,47 km), dan Boyolali-Solo (7,74 km).
Dengan panjang tol mencapai 72,6 km, akan ada delapan rest area yang dapat menjadi tempat singgah, salah satunya rest area atau Resta Pendopo 456. Rest area ini tepatnya terletak di seksi Tol Bawen-Salatiga.
Pembangunan Resta Pendopo 456 dimulai sejak Senin (25/2/2019) ini. Dalam acara groundbreaking atau peletakan batu pertama, Direktur PT Astra Internasional Tbk Bambang Widjanarko Santoso menyatakan, tahap pertama yang merupakan pembangunan fisik ditargetkan selesai pada Desember 2019.
”Setelah itu, baru akan ada fasilitas pendukung lain, misalnya stasiun pengisian bahan bakar untuk umum. Ditargetkan semua pembangunan beserta layanannya akan selesai pada 2021, Namun, target waktu ini tentu akan terus berkembang,” ujar Bambang, Senin (25/2/2019).
Hadir dalam acara peletakan batu pertama, di antaranya, Direktur PT Trans Marga Jateng Zainal Abidin, Direktur PT Astra International Tbk, Bambang Widjanarko Santoso, Staf Ahli Kabupaten Semarang Katon, Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sri Puryono, Wali Kota Salatiga Yuliyanto, Direktur Sarana Pembangunan Jawa Tengah Adi Fitra, dan Direktur Jasamarga Properti Dian Takdir.
Resta Pendopo 456 dibangun dengan memadukan kekayaan alam dan budaya berdesain Joglo. Inspirasi berangkat dari lima gunung yang melatarbelakangi pemandangannya, yaitu Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Ungaran.
Dengan suguhan panorama yang hijau dari perpaduan sawah, gunung, serta perbukitan, rest area ini hadir lebih dari tujuan istirahat, yaitu wisata. Alam, kuliner, dan budaya hadir berpadu untuk memanjakan pengunjung. Tentu, ini kesempatan bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mengembangkan usahanya.
Tak sembarang UMKM
Dalam acara peletakan batu pertama Resta Pendopo 456 dihadirkan beberapa UMKM yang nantinya akan bergabung. Mulai dari tekstil, kerajinan tangan, hingga kuliner.
Yani Mardiyanto, pemilik Kain Lukis Nasrafa, salah satu pelaku UMKM yang memanfaatkan peluang ini. Meski telah menjual kainnya hingga ke seluruh Nusantara dan bahkan Benua Eropa, Yani mengaku berjualan di rest area akan menjadi pengalaman baru baginya.
”Saya percaya ketika rest area ini selesai dibangun, akan ada banyak wisatawan, khususnya dari luar kota yang mampir ke sini. Inilah kesempatan saya menjual kain lukis,” kata Yani.
Dengan harga Rp 200.000 sampai Rp 500.000 per lembar, kain lukis Nasrafa menawarkan detail desain yang maksimal disertai motif, baik bunga khas Nusantara maupun hewan-hewan. Yuni meyakini, jika saat ini timnya mampu memproduksi hingga 1.500 kain per bulan, dengan adanya peluang di rest area, produksi akan meningkat.
Tidak hanya tekstil, ada pula Asosiasi Pusat Oleh-Oleh (Aspoo) yang akan membuka usahanya di rest area ini. Aris Wahyudin, karyawan Aspoo mengatakan, ada ratusan UMKM yang tergabung di dalam asosiasi ini.
”Salah satu UMKM yang baru bergabung dengan kami adalah Lumpia Semarang kalengan sejak 2018 kemarin. Peminatnya sudah cukup banyak. Tentu dengan adanya rest area ini, peluang usaha semakin besar,” kata Aris.
Dalam sambutan tertulis Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang dibacakan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono disampaikan, keberadaan UMKM di rest area adalah bentuk komitmen pemerintah untuk meningkatkan ekonomi daerah.
”Ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah bahwa 70 persen dari rest area diperuntukkan bagi pelaku UMKM. Silakan para pelaku UMKM menyajikan kekhasan Jawa Tengah, mulai dari makanan, minuman, busana, hingga musik,” kata Sri.
Menurut dia, para pelaku UMKM yang ingin tergabung di sini adalah mereka yang memiliki daya juang untuk sukses berbisnis. Maka, bagi mereka yang tertarik, akan ada pelatihan dan pembinaan guna meningkatkan nilai jual produk. Misalnya, melalui pengemasan yang rapi dan menarik.
”Sehingga ke depan, rest area ini bisa jadi salah satu destinasi wisata. Tidak hanya yang melewati jalan tol, tetapi menarik bagi mereka yang mengkhususkan diri untuk berwisata di rest area,” ujar Sri. (SHARON PATRICIA)