SDM Teknis Pembangkit Listrik Tenaga Surya Disiapkan di Kupang
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·4 menit baca
KUPANG, KOMPA- Untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknis pembangkit listrik tenaga surya, Politeknik Negeri Kupang, Nusa Tenggara Timur membentuk lembaga pelatihan di bidang energi baru dan terbarukan, khusus pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS. Lulusan lembaga pelatihan ini, berpeluang direkrut pemprov dan pemkab di NTT guna menjaga keberlangsungan PLTS yang kini sedang digalakkan di NTT. Saat ini ada 700 PLTS di NTT, sekitar 210 unit dalam keadaan rusak.
Pembantu Direktur III Politeknik Negeri Kupang (PNK) Ambros Tino saat membuka Pelatihan Teknik Pemeriksaan dan Pengujian PLTS off-grid bagi mahasiswa semester akhir di Kupang, Senin (25/2) mengatakan, saat ini sebanyak 981 dari total 3.270 desa di NTT belum terlistriki. Sekitar 10 dari 22 kabupaten/kota di NTT memiliki ratio elektrifikasi di bawah 50 persen.
Masalah kekurangan listrik di NTT itu berdampak luas, yakni kemiskinan. Padahal, NTT memiliki potensi energi terbarukan sangat besar, tetapi belum tergarap maksimal, karena keterbatasan sumber daya manusia.
Saat ini terdapat 700 pusat listrik tenaga surya (PLTS) di NTT, 30 persen atau sekitar 210 unit dalam keadaan rusak karena keterbatasan SDM. Masyarakat setempat tidak memiliki keterampilan memperbiki.
Jika tidak segera menghadirkan tenaga teknisi untuk menjamin keberlangsungan, diprediksi semua PLTS yang sudah dibangun bakal tidak dapat dimanfaatkan semuanya karena rusak.
Menjamin keberlangsungan PLTS yang ada, pengetahuan tentang dasar-dasar PLTS harus dimiliki masyarakat NTT, terutama menyangkut instalasi, pemeriksaan, pengujian, pengopersian, dan pemeliharaan. PLTS tidak hanya dibangun, tetapi butuh pemeliharaan berkelanjutan.
Ambros mengatakan, kegiatan pelatihan bagi tenaga teknisi energi baru terbarukan (EBT) ini didukung Dirjen EBT dan Konservasi Energi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral bekerjasama dengan “the Deutsche Gessellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmBH” atas nama Kementerian Jerman Urusan Ekonomi dan Pembangunan (BMZ). Pelatihan dilakukan lewat proyek “Electrification through Renevable Energy”. Pelatihan ini sebagai wujud keseriusan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jerman, mendukung EBT berkelanjutan di Indonesia.
Pelatihan diprioritaskan untuk PLTS off-grid. Mereka yang dilatih, bakal membantu melakukan pemasangan, dan pemeliharaan terhadap PLTS off-grid di desa dan kecamatan terpencil.
PLTS off-grid adalah PLTS yang dibangun jauh dari jangkauan PLN. Sistem PLTS off-grid biasanya berada di daerah terpencil, dan tidak terkoneksi dengan PLN.
Sementara sistem PLTS on-grid adalah listrik dari panel surya yang terkoneksi dengan sistem PLN. Sistem ini sebagian besar di bangun di wilayah perkotaan untuk mengurangsi beban pemakaian listrik dari tenaga diesel.
PNK sebelumnya telah mengirimkan 4 tenaga trainer untuk mengikuti pelatihan di Jakarta, Desember 2018 yang diselenggarakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan GIZ. Keempat tenaga trainer ini lulus dengan predikat terbaik.
“Hari ini keempat tenaga trainer itu, bersama beberapa tenaga ahli dari Jakarta memberi pelatihan kepada 24 mahasiswa PNK semester enam dari jurusan teknik elekrto dan teknik mesin. Pelatihan berlangsung 14 hari," kata Ambros.
Materi pelatihan berupa teori disampaikan di dalam ruangan. Selain itu juga diselenggarakan praktik lapangan di luar ruangan. "Praktek lapangan dilakukan di Kabupaten Belu dan Kabupaten Alor, sementara teori berlangsung di PNK,” kata Ambros
Sejauh ini Lembaga Pelatihan Energi Baru Terbarukan PNK menjadi lembaga pertama di Indonesia yang melatih SDM di bidang perbaikan dan perawatan EBT secara berkelanjutan.
Ke depan, lanjut Ambros, PNK akan bekerjasama dengan pemprov, pemkab, dan LSM. Empat tenaga pelatih dengan sertifikat kelulusan terbaik, bakal melatih mahasiswa PNK lain, terutama mahasiswa semester akhir, sebagai persiapan terjun di dunia kerja. Perusahaan swasta dan pemda juga bakal merekrut lulusan pelatihan menjadi tenaga ahli lapangan di bidang EBT.
Kepala Bidang EBT Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral NTT, Paulus Kedang mengatakan, jumlah PLTS di NTT akan terus bertambah. Setiap tahun selalu ada alokasi pembangunan PLTS dari APBN dan dana alokasi khusus. Persoalan saat ini, keterbatasan tenaga teknisi untuk memperbaiki, dan merawat PLTS yang ada.
Saat ini, PLN telah mengoperasikan sebuah PLTS on-grid terbesar di Indonesia dengan kapasitas 5 MWp, yakni di Oelpuah Kabupaten Kupang. Selanjutnya terdapat 40 instalasi PLTS skala kecil, dibangun dengan dana APBN dan dana alokasi khusus, untuk energi skala kecil.
“Lulusan pelatihan ini berpeluang untuk direkrut pemda dan perusahaan. Tenaga ini sangat penting karena saat ini EBT sedang digalakan di mana-mana. Tidak hanya NTT tetapi juga provinsi lain. NTT besyukur karena pertama membangun lembaga pelatihan ini,” kata Kedang.
Ketua Panitia Pelatihan Yulius Tanesab mengatakan di tahap pertama, pelatihan ini khusus PLTS. Ke depan, akan hadir pelatihan serupa, tetapi untuk bidang EBT lain seperti PLTMh, PLTP.
“Tenaga teknisi yang memiliki sertifikat yang dikeluarkan dari lembaga independen dan kredibel tentu sangat membantu semua pihak. Karena itu, diharapkan dalam waktu 14 hari pelatihan digunakan sebaik mungkin. Selesai pelatihan, tenaga-tenaga ini bisa membantu Pemda dan masyarakat NTT,” kata Kedang.