Terkait Berantas Sarang Nyamuk, Lingkungan Apartemen Sulit Dijangkau
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pencegahan penularan penyakit demam berdarah melalui gerakan pemberantasan sarang nyamuk baru bisa berhasil jika dilaksanakan secara serentak dan konsisten di lingkungan sekitar masyarakat. Gerakan ini harus dilakukan di semua tempat, termasuk apartemen dan rumah susun yang hingga kini masih sulit dijangkau.
Ketua Umum Asosiasi Penghuni Rumah Susun Seluruh Indonesia (Aperssi) Ibnu Tadji, Senin (25/2/2018), di Jakarta, mengatakan, meski belum ada laporan dari pihak pengembang dan pemilik rumah susun terkait penularan demam berdarah dengue (DBD), pemeriksaan oleh juru pengamat jentik (jumantik) di lingkungan tersebut sulit dilakukan.
”Para jumantik tidak diperkenankan masuk oleh pengelola yang masih terafiliasi dengan pengembangnya,” ujar Ibnu.
Gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) bisa dilakukan dengan metode 3M plus dan pemantauan jentik nyamuk. Metode 3M plus, yakni menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, mendaur ulang barang-barang bekas, serta menggunakan alat lain yang bisa mencegah gigitan nyamuk, seperti kelambu, semprotan pembasmi nyamuk, atau losion antinyamuk.
Cara yang sederhana tersebut nyatanya belum dilakukan secara maksimal oleh masyarakat. Akibatnya, jumlah pasien demam berdarah terus meningkat. Pemantauan dari jumantik pun belum optimal karena tidak semua tempat bersedia untuk diperiksa. Hal inilah yang terjadi di sebagian rumah susun atau apartemen.
Meski begitu, Aperssi tetap memberikan sosialisasi dan imbauan kepada pegiat di rumah susun untuk meningkatkan upaya pencegahan penularan DBD. Pihak rumah susun cenderung tertutup dan tidak mengizinkan pihak di luar pengelola dan pemilik untuk masuk ke kawasan rumah susun.
”Kami sudah berupaya melakukan sosialisasi, tetapi melalui para pegiat atau aktivis di rusun yang bisa kami jangkau. Banyak (pihak pengelola) yang tidak bisa kami jangkau karena mereka tertutup,” kata Ibnu.
Ketua Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) The Bellezza Permata Hijau, RH Wiwoho, mengatakan, selama ini belum ada kader jumantik yang datang ke rusun tersebut. Tawaran dari kader jumantik pun belum pernah ada.
”Mungkin menarik kalau ada tawaran. Saya pribadi setuju. Saya akan diskusikan dengan warga dan pengurus lainnya soal jumantik ini,” ujarnya.
Untuk pencegahan penularan DBD, berbagai upaya antisipasi telah dilakukan, seperti metode pengasapan atau fogging setiap minggu di area bersama, pembersihan saluran air, pemberian bubuk larvasida pada kolam, dan memastikan tidak ada saluran yang menggenang di sekitar kawasan rusun.
”Kami juga mengimbau kepada tenant dan penghuni untuk menjaga kebersihan dengan tidak menimbun barang dan kardus di dalam unit dan menutup jendela saat malam dan siang hari. Selain imbauan langsung, kami juga menempelkan stiker waspada DBD,” tuturnya.
Standar baku mutu
Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, setiap pengelola dan pengembang kawasan permukiman, termasuk rumah susun atau apartemen, harus memastikan wilayahnya terbebas dari hewan yang menjadi sumber penyakit menular, termasuk sumber penular DBD, yakni nyamuk Aedes aegypti.
Ia mengatakan, aturan tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 50/2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan, khususnya untuk pengendalian vektor atau binatang pembawa penyakit seperti nyamuk. Pengembang dan pengelola kawasan permukiman diwajibkan menurunkan vektor dan binatang pembawa penyakit beserta cara pencegahan dan penularan penyakit tersebut.
”Sayangnya, penegakan hukum di lapangan dari pemerintah daerah masih kurang. Regulasi kita rasanya tidak pernah kurang, tetapi aspek pelaksanaannya yang belum optimal,” ujarnya.
Ia menambahkan, aktivitas PSN untuk mengendalikan populasi nyamuk dengue juga perlu dilakukan setiap individu, minimal satu orang di dalam satu keluarga. Oleh karena itu, pemerintah mendorong gerakan ”1 rumah 1 jumantik”.
”Para kader jumantik punya jangkauan yang terbatas. Tidak semua tempat bisa diperiksa, seperti di apartemen yang sulit dijangkau. Untuk itu, kesadaran setiap individu sebagai juru pengamat jentik di rumahnya menjadi sangat penting,” katanya. (AGUIDO ADRI)