JAKARTA, KOMPAS — Bali United akan menjadi klub sepak bola Indonesia pertama yang melakukan penawaran umum saham perdana atau IPO di Bursa Efek Indonesia. Ditargetkan selambat-lambatnya pada Juni 2019 klub kebanggaan warga Pulau Dewata ini akan tercatat di papan bursa.
Kedua petinggi Bali United, yaitu sang pemilik klub Pieter Tanuri dan CEO Bali United, Yabes Tanuri, menyambangi Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (26/2/2019). Mereka berdua didampingi Direktur PT Kresna Graha Sekurindo Tbk Octavianus Budiyanto, sebagai perusahaan penjamin emisi.
Pieter mengatakan, pasar modal merupakan salah satu opsi sumber mencari pendanaan bagi klub sepak bola profesional yang dapat digunakan untuk pengembangan dan mengarungi kompetisi.
”Tujuan kami go public untuk menjadi pionir dan pembuka jalan bagi industri olahraga nasional untuk melakukan hal serupa,” ujar Pieter.
Meski tidak menampik bahwa masih banyak hal yang perlu diperbaiki dari industri sepak bola nasional, dia menilai beberapa tahun terakhir kinerja sepak bola nasional menunjukkan perkembangan kualitas baik dari sisi pemain, pelatih, infrastruktur, hingga cara fans memberi dukungan.
Sayangnya, menurut Pieter, tingginya antusiasme masyarakat terhadap olah- raga sepak bola belum terkelola dengan baik sehingga belum berdampak signifikan pada perekonomian nasional.
”Kami sudah riset sederhana. Di Indonesia, tiga besar sumber devisa adalah batubara, kelapa sawit, dan pariwisata. Sport tidak pernah masuk. Padahal, di Amerika Serikat, 7 persen sumber APBN berasal dari industri olahraga,” katanya.
Octavianus Budiyanto mengatakan, menurut rencana Bali United melepas 33,3 persen saham mereka kepada publik. Dana yang didapat dari hasil IPO nantinya akan digunakan untuk investasi dan pengembangan infrastruktur klub.
”Karena klub tidak tercatat memiliki utang, penggunaan dana IPO akan dimanfaatkan untuk modal kerja dan investasi,” ujarnya.
Saat ini Bali United memiliki aset senilai Rp 120 miliar dan total modal perusahaan sekitar Rp 108 miliar. Nantinya, lanjut Octavianus, IPO akan menggunakan tahun buku Desember 2018 sehingga kemungkinan untuk tercatat di papan bursa selambat-lambatnya baru bisa dilakukan pada Juni 2019. Direncanakan, Bali United melantai di bursa dengan nama PT Bali Bintang Sejahtera Tbk.
Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, mengatakan, berkaca dari prospek saham industri sepak bola di Eropa, potensi saham klub sepak bola nasional di pasar modal sangat positif. Meskipun valuasi klub sepak bola nasional masih jauh di bawah klub sepak bola Eropa, pangsa pasar klub lokal dinilai cukup luas.
”Valuasi saham klub sepak bola di luar negeri bagus banget. Sebab, sumber pendapatannya dari berbagai aspek, mulai dari sponsor, kompetisi, hingga merchandise. Kalau pengelolaannya profesional, klub di Indonesia juga punya potensi yang sama,” ujarnya.
Hingga saat ini, Inarno mengungkapkan, baru Bali United, klub sepak bola profesional Indonesia, yang menyatakan minatnya untuk melantai di BEI. Namun, tidak menutup kemungkinan Bali United akan membuka gerbang bagi klub-klub sepak bola nasional lain yang ingin turut mencari sumber pendanaan di pasar modal.
Hal itu terlebih, sejak 2011, klub sepak bola di Indonesia dituntut lebih profesional, tidak lagi mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk menjalani roda kompetisi.