Dapil Partai-partai Nasionalis
Pada Pemilu 2009 dan 2014, penetrasi partai nasionalis menguat di sejumlah daerah pemilihan. Selain mempertahankan kemenangan di daerah pemilihan tertentu, partai-partai itu juga berhasil menaikkan perolehan suaranya.
Partai dengan karakter demikian didominasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar. PDI-P mempertahankan kemenangan di 14 daerah pemilihan. Namun, hanya di delapan dapil, PDI-P memenangi sekaligus menambah perolehan suara. Delapan dapil itu ialah Jawa Tengah 5, Jateng 8, Jawa Barat 9, Jawa Timur 6, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kepulauan Bangka Belitung.
Kemenangan dan kenaikan suara tertinggi dari partai terjadi di Dapil Jateng 5 dengan kenaikan 13,5 persen, dari 29,4 persen pada 2009 menjadi 42,9 persen tahun 2014. Fenomena ini membuat dapil itu bisa dikatakan sebagai dapil paling menjanjikan bagi PDI-P.
Dapil lainnya yang juga menjadi dapil yang konsisten menyumbang suara tertinggi bagi PDI-P ialah dapil Bali. Dapil ini meliputi semua kabupaten dan kota di Provinsi Bali. Persentase kemenangan PDI-P di dapil ini selalu terbesar dibandingkan dengan dapil lainnya. Pada Pemilu 2009, PDI-P meraih 40,1 persen suara, sedangkan Pemilu 2014 sebesar 43,1 persen.
Selain itu, PDI-P memenangi kembali perolehan suara di enam dapil kendati terjadi penurunan suara, yakni di Dapil Jabar 10, Jateng 9, Jatim 8, Jateng 4, Jateng 3, dan Jateng 7. Kecenderungan penurunan suara PDI-P di beberapa dapil wilayah Jawa bisa menjadi indikasi menguatnya upaya sejumlah partai kompetitor menunjukkan eksistensi.
Seperti halnya PDI-P, Golkar juga memenangi kembali perolehan suara untuk pemilu legislatif di 14 dapil. Namun, hanya tujuh dapil yang konsisten memenangkan Golkar dengan perolehan suara makin besar. Tujuh dapil itu Gorontalo, Kalimantan Selatan 1, Kalimantan Timur, Jateng 2, Sulawesi Selatan 3, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Timur 1.
Kemenangan dan kenaikan suara tertinggi Golkar diperoleh di dapil Gorontalo dengan kenaikan perolehan suara 18,8 persen, dari 30,0 persen naik 48,8 persen di 2014. Dengan kemenangan itu, Gorontalo menjadi lumbung suara Golkar.
Selain itu, ada enam dapil yang dimenangi Golkar, tetapi dengan penurunan perolehan suara, yakni Dapil Jabar 8, Riau 2, Sulawesi Barat, Sumatera Selatan 1, Papua Barat, Sulawesi Selatan 2, dan Sulawesi Selatan 1. Di Dapil Sulawesi Selatan 1, raihan suara Golkar turun 9,7 persen, dari 23,8 persen menjadi hanya 14,1 persen di 2014.
Direbut parpol lain
Pada Pemilu 2014 cukup banyak wilayah kemenangan Golkar yang direbut parpol nasionalis lain. PDI-P ”mengambil” enam dapil Golkar, sedangkan Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai Demokrat masing-masing merebut satu dapil.
Dari semua partai nasionalis, partai yang paling terpuruk di Pemilu 2014 ialah Demokrat. Partai yang memenangi 38 dapil di Pemilu 2009 itu hanya bisa mempertahankan kemenangan di dua dapil pada 2014. Itu pun dengan penurunan capaian suara yang tajam. Dua dapil itu ialah Dapil Jatim 7 dan Aceh 1. Dapil Jatim 7 meliputi Kabupaten Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek. Di dapil yang menjadi tanah kelahiran Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono perolehan Demokrat menurun dari 34,6 persen menjadi 21,7 persen.
Di Dapil Aceh 1, yang antara lain meliputi Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Kota Banda Aceh, dan Kota Subulussalam, suara Demokrat merosot dari 38,2 persen menjadi hanya 16,7 persen meski masih menjadi pemenang.
Sementara itu, Dapil Jateng 5 yang mencakup Boyolali, Klaten, Sukoharjo, dan Kota Solo memiliki beberapa keunggulan. Jumlah pemilihnya sampai 2,9 juta jiwa, lebih besar daripada rata-rata jumlah pemilih di semua dapil. Tingkat partisipasi pemilih mencapai 77,61 persen, lebih tinggi daripada rata-rata partisipasi di semua dapil.
Dapil Jateng 5 juga memiliki jumlah kursi cukup besar, yaitu delapan kursi. Tingkat keketatannya juga cukup tinggi, yaitu 1 : 27.401, sehingga membuat caleg harus meraih suara lebih banyak daripada rata-rata dapil. Dengan jumlah caleg perempuan 44,3 persen, wilayah ini juga akan menjadi dapil perebutan pengaruh yang ketat antara caleg laki-laki dan perempuan. Terlebih pada pemilu lalu di dapil ini 25 persen caleg perempuan terpilih, lebih tinggi daripada rata-rata nasional. Di dukung Indeks Pembangunan Manusia yang tinggi, pemilih di dapil ini bisa dikatakan berkarakter rasional.
Dapil Gorontalo
Dapil Gorontalo meliputi semua kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo. Dapil ini bisa dikatakan sebagai dapil mini yang militan. Jumlah pemilihnya hanya 812.801 jiwa atau sepertiga dari rata-rata pemilih di semua dapil. Jumlah kursi yang diperebutkan juga hanya tiga kursi dengan jumlah caleg 44 orang. Namun, dapil ini menunjukkan tingkat partisipasi tinggi, mencapai 82,97 persen di Pemilu 2014.
Dapil Gorontalo akan menjadi wilayah yang dinamis perebutan suaranya mengingat banyak caleg wajah baru di Pemilu 2019. Caleg ”lama” hanya 7 persen atau separuh dari rata-rata semua dapil yang sebesar 14,8 persen. Caleg perempuan harus berusaha keras merebut kursi karena dominasi caleg laki-laki di dapil ini.
Dapil Gorontalo yang selama ini dikuasai Golkar menjadi salah satu dapil menantang bagi anggota DPR karena kontradiksi ekonomi. Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi dapil ini tinggi, rata-rata 7,13 persen selama 2013-2017. Di sisi lain dapil ini juga menunjukkan tingkat kemiskinan tinggi dan IPM yang rendah. Menyelaraskan ekonomi yang kondusif untuk kemakmuran rakyat tentu jadi upaya selayaknya yang didorong oleh kehadiran anggota legislatif baru seusai pemilu. (LITBANG KOMPAS)