Seluruh petahana anggota DPR dari daerah pemilihan Sulawesi Utara mencalonkan kembali sebagai calon anggota legislatif atau caleg. Enam legislator dari lima partai politik kembali bersaing memperebutkan kursi parlemen dari wilayah pemilihan yang cukup luas (15 kabupaten/kota).
Selain keberadaan petahana, caleg-caleg DPR ini juga menghadapi dua tantangan dalam memenangi hati calon pemilih. Pesaing dengan modal politik yang kuat dan wilayah dengan keadaan ekonomi yang sudah baik membuat calon pemilih akan memasang standar tinggi.
Pada dua pemilu lalu, dapil ini berturut-turut dimenangi oleh partai nasional. Pemilu 2009 dimenangi oleh Partai Golkar dengan 24,5 persen dan pada 2014 dimenangi oleh PDI-P dengan 31,9 persen.
Dengan modal kemenangan masa lalu, dua partai ini pun beramunisi caleg-caleg yang memiliki rekam jejak di atas rata-rata. Di PDI-P, terdapat dua petahana yang mencalonkan kembali, yaitu Vanda Sarundajang dan Djenri Alting Keintjem.
Selain itu ada nama Adriana Charlotte Dondokambey, anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara. Adriana merupakan adik dari Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey. Pada Pemilu 2014, Olly merupakan caleg peraih suara terbanyak dari Dapil Sulawesi Utara dengan meraup 237.620 suara.
Di Partai Golkar, dua nama yang mencolok adalah Jerry Sambuaga dan Djelantik Mokodompit. Jerry merupakan petahana anggota DPR yang dilantik menjadi anggota DPR pengganti antarwaktu (PAW), menyandang warisan politik dari ayahnya, Theo L Sambuaga, yang merupakan tokoh Golkar yang pernah menjabat menteri. Sementara itu, Djelantik merupakan mantan Wali Kota Kotamobagu.
Selain nama besar di partai pemenang, terdapat nama petahana lainnya, yaitu Wenny Waarouw dari Gerindra, EE Mangindaan dari Demokrat, dan Bara Hasibuan dari PAN. Nama EE Mangindaan adalah petahana DPR yang memiliki rekam jejak politik mengakar di Sulawesi Utara. Mangindaan sebelum menjadi anggota DPR dan menteri kabinet, pernah menjabat Gubernur Sulawesi Utara periode 1995-2000.
Kehadiran caleg petahana tersebut akan memanaskan persaingan di antara 82 caleg untuk memperebutkan enam kursi DPR. Caleg baru harus mampu menonjolkan modal lainnya, seperti sosial dan budaya demi meraih hati calon pemilih.
Selain profil dari para caleg, keadaan ekonomi juga akan menjadi tantangan. Indikator ekonomi dan Indeks Pembangunan di dapil ini berada di atas rata-rata nasional. IPM berada di poin 70,1, dan rata-rata pertumbuhan ekonomi (2013-2017) berada di angka 6,34 persen.
Keadaan ekonomi yang baik akan membuat caleg dituntut untuk mampu membawa dapil ke standar yang lebih baik lagi. Apalagi, masyarakat di dapil ini menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap pemilihan caleg.
Tingkat partisipasi pemilih yang mencapai 80,8 persen pada Pemilu 2014 (peringkat ke-13 dari 77 dapil) mencerminkan masyarakat yang sadar akan hak politik mereka untuk memilih calon terbaik. (LITBANG KOMPAS)